PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 15 Februari 2018

Sinopsis Radio Romance Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Soo Ho melihat Geu Rim terbangun dari tidurnya, lalu keduanya saling menatap. Soo Ho pun mengaku kalau penasaran tentang Geu Rim. Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan kontrol, keduanya langsung bersembunyi di bawah meja.
“Kenapa kau menggangguku?” keluh Hoon Jung pada seniornya.
“Tunjukkan saja “cue sheet”nya. Kalau sudah selesai kupinjam, nanti kukembalikan.” Kata Seung Goo
“Kau itu pasti mau lihat proposalnya.” Ucap Hoon Jung. Seung Goo tak peduli meminta Seung Goo agar memberikan saja.
“Kenapa kita tidak menyapanya saja?” bisik Geu Rim. Soo Ho menyuruh Geu Rim diam saja agar mendengarnya.
“Penampilanmu makin bagus saja semenjak kau kerja sama Lee Gang PD. Apa Kau senang?” ejek Seung Goo. Hoon Jung mengeluh senang dari mananya.
“Aku malah ingin membunuhnya. Kami saja bekerja semalaman sampai tak tidur. PD.. kenapa kau tidak memasukkanku di tim-mu? Padahal 'kan kerjaanku bagus.” Ucap Hoon Jung. Seung Goo malah mengumpat muak dengan Hoon Jung meminta agar memberikan yang diminta. Hoon Jung ingn mengambil dalam ruang siaran. 


Soo Ho dan Geu Rim sudah duduk di ruang siaran membahas tentang siaran. Soo Ho melihat susunan siaran yang dibuat Geu Rim saat mengucapkan “bridge”. Geu Rim memberitahu kalau sudah menandainya.
“Kalian berdua sedang apa?” tanya Hoon Jung binggung melihat keduanya.
“Kami sedang latihan mau siaran.” Kata Soo Ho. Hoon Jung heran di jam 7 pagi.
“Aku daritadi membantunya.” Ucap Geu Rim. Soo Ho pikir biasanya  penulis dan DJ itu seperti satu orang. Seung Goo tak percaya kalau mereka menjadi Satu orang.
“Bisakah kau menuliskan bagaimana aku harus bereaksi di bagian sini?” ucap Soo Ho tak peduli, Geu Rim menganguk mengerti seolah-olah tak ada Hoon Jung. Seung Goo melihat dari ruang kontrol tak bisa berkomentar. 

Jang Ma tak percaya kalau Soo Ho dan Geu Rim yang menghabiskan malam bersama. Hoon Jung menceritakan Ji Soo Ho bekerja sangat keras, bahkan keduanya membaca naskah  di ruang siaran. Jang Ma pikir mereka tidur bersama. Ga Moom berteriak tak percaya karena mereka hanya Omong kosong.
“Song Geu Rim, dasar tidak sopan... Kalian belum tahu, kan? Kalau menghabiskan malam di ruang siaran radio berduaan pasti nanti ada masalah terjadi.” Ucap Tornado. Hoon Jung meminta agar jangan bicara seperti itu.
“Tunggu Sebentar. Song Geu Rim dan Ra Ra Hee Siapa yang pendengarnya lebih banyak?” ucap Ga Moom penasaran.
“Tapi hidup kita pasti akan  lebih tenang jika Penulis Ra yang menang.” Pikir Jang Man
Ga Moom mendukung  Song Geu Rim, Hong Jung juga yakin yang menang, karena ada si Namaste. Tornado hanya bisa menghela nafas mendengarnya. 


Direktur Park memberitahu KBC telah melakukan penelitian khusus untuk mendapatkan rating dari  pendengar terkait dua acara mereka. Tuan Lee, Seung Goo dan juga Ra Hee sudah duduk menunggu. Direktur  bertanya-tanya apakah garis miring ke atas untuk rating untuk  acara radio di stasiun mereka. Ketiganya tegang menunggu.
“Baiklah... Apa ini rating dari "Radio Romance"-nya Ji Soo Ho Atau, "Let's Meet at 6PM"-nya si Jay? Apa kalian Tebak acara siapa ini?” ucap Direktur Park mengoda.
Ra Hee seperti yakin kalau akan menang dan  akhirnya Direktur Park memberitahu kalau itu acara Ji Soo Ho. Tuan Lee terlihat bahagia mendengarnya dan berbanding terbalik dengan Ra Hee dan Seung Goo yang kecewa.
“Kita sudah sepakat yang kalah akan bekerja hari Minggu juga... Kerja di hari libur itu menyenangkan tahu.. Tapi tim kami harus jalan-jalan.” Ucap Tuan Lee bahagia. Direktur Park pun memperbolehkanya.
“Oh, ya... Siaran kami selanjutnya, kami akan  memakai ruangannya Sung Woo.” Kata Tuan Lee. Ketiganya kaget mendengarnya.
“Apa Kau sudah dapat izin darinya?” tanya Direktur Park. Tuan Lee hanya menjawab “Namaste.” Lalu pamit pergi.
“Hei! Hasil kerjamu ini bagus..., tapi tunggu sampai satu  siaran lagi.” Kata Direktur Park. Tuan Lee menolak dan berjalan keluar dari ruangan.
“Dasar berandal itu. .. Aku memang tidak bisa membencinya.” Ungkap Direktur Park bangga.
Ra Hee menahan amarah ingin tahu keberadan Geu Rim sekarang, Direktur Park seperti tak peduli hanya melihat rating yang tinggi untuk siaran radionya dan berharap mempertahankan seperti ini. Seung Goo dan Ra Hee makin kesal mendengarnya. 


Geu Rim memberikan sandwich pada Soo Ho untuk sarapan, lalu bertanya apa maksud perkataannya tadi,  kalau Soo Ho yang penasaran. Soo Ho tak bisa makan sandwichnya karena gugup. Geu Rim masih ingat yang dikatakan Soo Ho saat di ruang siaran.
“Kau penasaran soal apa?” ucap Geu Rim binggung. Soo Ho ingin menjelaskan tapi Tuan Lee tiba-tiba datang langsung masuk diantara keduanya dan makan sandwich dari tangan Geu Rim.
“Kenapa kau selalu makan punyaku?” keluh Geu Rim. Tuan Lee mengejek Geu Rim pelit.  Soo Ho yang kesal menyuruh Tuan Lee makan sandwich miliknya saja dengan menyodorkan pada mulut Pdnya. Tuan Lee dengan senang hati menerimanya bahkan mengucapkan terimakasih.
“Ji Soo Ho-ssi, berkat kau rating pendengar kami sangat tinggi.” Ucap Tuan Lee bangga. Soo Ho tak peduli karena Tuan Lee mengangguk kebersamanya dengan Geu Rim
“Untuk itu, kita harus pergi  jalan-jalan hari ini. Jadi Ayo berangkat!” kata Tuan Lee. 


Ketiga berada di parkiran, Geu Rim bertanya apakah Soo Ho yang  sungguh tidak ikut. Soo Ho menolak karena ada jadwal besok dan harus mempersiapkan. Tuan Lee pikir itu tak mungkin karena  Soo Ho tidak boleh berhalangan hadir. Soo Ho ingin tahu alasananya.
“Karena kita akan mencari sponsor Jadi kami butuh wajahmu.” Ucap Tuan Lee. Soo Ho hanya bisa terdiam 

Semua bertemu dengan Tuan Moon di restoran. Tuan Moon langsung menolak. Tuan Lee ingin tahu alasanya. Tuan Moon pikir kenapa mereka harus siaran di ruangany sambil mengumpat kesal. Soo Ho hanya terdiam mendengar ucapan Tuan Moon.
“Apa Pikirmu aku akan membolehkan kalian jika ada Ji Soo Ho?” ucap Tuan Moo mengejek.
“Bukankah hal yang baik kalau dia siaran di ruangan Bapak? Rating kami tinggi sekali.” Ucap Geu Rim merayu
“Dan juga..., jika Ji Soo Ho siaran di ruangan Bapak, maka Bapak juga dapat untungnya.” Ucap Tuan Lee menyakinkan.
“ Selain itu Juga, jika Ji Soo Ho siaran di ruangan Bapak...,dia pasti akan memutar lagu, jadi kerjaanku tak berat-berat amat...” kata Hoon Jung polos lalu akhirnya meminta maaf. 

“Ayolah... Sudah menjadi impianku tampil di ruangan radio Bapak. Jika Bapak meminjamkan ruangannya..., berarti aku benar-benar  sudah berhasil, kan?” ucap Geu Rim menuangkan arak beras
“Izinkan kami untuk merayakan Ji Soo Ho memasuki dunia radio. Ruang siaran yang melegenda.” Ucap Tuan Lee memberikan lauk untuk Tuan Moon.
“Ji Soo Ho, kenapa kau tidak bilang apa-apa? Kenapa kau ingin siaran di ruanganku?” ucap Tuan Moon melihat Soo Ho
“Aku memang tidak mau dan tidak peduli meski bukan di ruangan Bapak sekalipun. Menurutku semua ruangan sama saja.” Ucap Soo Ho yang membuat semua orang panik.
“Aku akan meminjamkannya padamu.” Ucap Tuan Moon. Geu Rim dkk berubah jadi kaget dan akhirnya Tuan Moon mengulang ucapanya.
“Aku akan meminjamkannya padamu. Tapi gantinya, pergilah mendaki denganku setiap hari.” Ucap Tuan Moon. Soo Ho kaget mendengarnya ingin tahu maksudnya.
“Kau bilang semua ruangan sam jadi aku akan mengajarimu kalau semua ruangan itu beda. Jadi Mulai dari siaran selanjutnya, pakai saja ruanganku.” Ucap Soo Ho. Semua menganguk setuju dan bahagia. 

Geu Rim keluar dari restoran mengikuti Tuan Moon mengaku seperti  merasa dikhianati. Tuan Moon heran dengan komentar juniornya, Geu Rim Pergi mendaki bersama itu tahap ketiga dari persahabatan jadi kenapa malah mengajak Soo Ho mendaki.
“Karena dia tampan. Dia itu orang yang tidak tahu bagaimana  pentingnya ruangan siaran. Jadi aku harus mengajarinya.” Tegas Tuan Moon. Geu Rim tak percaya mendengarnya.
“Kenapa aku tidak diajari seperti itu juga?” ucap Geu Rim kesal. Tuan Moon seperti tak peduli berjalan pergi untuk mulai mendaki

Tuan Lee pikir Efek Ji Soo Ho memang luar biasa karena tidak pernah gagal jika ada Ji Soo, lalu ingin menuangkan arak beras. Soo Ho langsung menolaknya.
“Karena kita sudah dapat  sponsor ruangan mari kita cari sponsor yang lain.” Ucap Tuan Lee. Soo Ho ingin pamit saja karena sudah banyak fans yang menatapnya. Tuan Lee mengajak Soo Ho melakukan sesuatu. 

Tuan Lee membuat garis lurus didepan restorna mengatakan  Siapa pun yang menang, maka berhak memutuskan. Soo Ho menolak. Tuan Lee kesal dengan sikap Soo Ho karena menurutnya ini dunia persaingan.
“Apa jangan-jangan kau jarang olahraga?” ejek Tuan Lee. Soo Ho tak mau diremehkan begitu saja.
Keduanya bersiap-siap untuk melempar gelas kertas ke dalam tong sampah, sampai akhirnya kedua gelas melayang dan hanya gelas milik Tuan Lee masuk ke dalam tong sampah. Tuan Lee berteriak bahagia karena akan menyuruh Soo Ho ikut denganya. 

Tuan Lee membawa sekotak makanan di pundaknya sambil menaiki tangga. Hoon Jung dengan kelelahan bertanya kemana mereka akan pergi. Tuan lee mengatakan harus kasih hadiah pada pendengar mereka. Hoon Jung mengeluh hadiah apa yang diberikan dengan cuaca yang sangat dingin.
Ketiga masuk ke dalam sebuah lab yang cukup gelap, hanya ada sinar dari jendela kecil.  Tuan Lee bertanya apakah pria itu bos All Natural Labs dan yang menulis ke acara radio mereka. Tuan Lab membenarkan terlihat binggung karena kedatangan dari tim radio.
“Aku PD Lee Kang.. Anda meneliti tentang perawatan kulit untuk semua umur..., tapi orang-orang dari segala umur  menolak produk Anda jadi Anda yang tidak bisa membeli ramen karena hutang...” ucap Tuan Lee. Tuan Lab hanya bisa terdiam mengingat surat yang dituliskan.

Flash Back
Tuan Lab menuliskan surat pada acara Ji Soo Ho  “Aku benci saat orang bilang "menderita itu ada baiknya." Aku bekerja sepanjang malam, tapi utang tetap menumpuk. Jangankan beli rumah. bahkan Bayar sewa bulan ini saja,  aku belum lunas.”
Tuan Lab makan mie instant seperti biasa lalu menerima pesan dari pacarnya, [Hubungan kita sampai disini saja.] Dengan penuh amarah ingin membanting botol-botol hasil penelitianya tapi ditahannya.
“Nyatanya, jika kau bermimpi, maka kau malah makin jadi bodoh. Tapi ada banyak orang bodoh sepertiku yang menulis ke stasiun radio.” 

“Tapi... Aku tidak bisa hidup seperti  orang bodoh lagi. Aku sudah kehabisan dana untuk melakukan penelitian.” Cerita Tuan Lab
“Kami akan membeli kosmetik Anda dari acara kami.” Kata Tuan Lee berpikir kalau Hoon Jung yang sudah sudah buat anggaran mereka.
“Banyak pihak yang mau mensponsori kita karena Soo Ho. Jadi kenapa kita harus membayar.. “ bisik Hoon Jung. Tuan Lee memilih untuk pergi ke arah Ji Soo
“Ji Soo Ho dan kami mensponsori All Natural Labs. Kami akan mensponsori Anda dan akan memasarkan produk Anda pada pendengar kami. Tepatnya Ji Soo Ho yang  akan mempromosikannya.” Ucap Tuan Lee memeluk Soo Ho dengan sangat yakin. Soo Ho langsung melepaskan tangan Tuan Lee dengan wajah sinis.
 “Lalu, aku juga dengar kemarin kalau kegagalan itu bisa menjadi kesuksesan... Jangan menyerah. Kami mendukungmu.” Kata Geu Rim juga memberikan semangat. 


Jason berbicara di atas panggung seminar memberitahu Pasiennya masih menolak di-terap dan menderita insomnia kronis. Ia menceritakan alasanya Karena menjalani hidup yang palsu dan dituntut oleh dunia, maka takut menunjukkan dirinya yang sebenarnya dan menolak menunjukkan bagaimana jati dirinya
Saat itu Tuan Lee dkk sudah membawa semua obat yang dibuat oleh Tuan Lab untuk dipasarkan pada acara mereka.
“Namun ada perubahan yang penting baru-baru ini. Bukan karena keadaan..., tapi dia telah memutuskan pilihan yang berbeda karena seseorang. Aku akan terus memantau keputusan itu beserta perubahannya.” Ucap Jason diatas panggung seperti yakin dengan penjelasanya. 

Nyonya Nam berkomentar Manager Kim yang  tidak bisa  mengendalikan Soo Ho lagi. Manager Kim memberitahu kalau Soo Ho sedang bersama tim radio. Nyonya Nam pikir maka dari itu,  karena Soo Ho jarang bisa langsung akrab dengan orang sekitarnya tapi sekarang berbeda.
“Bukankah itu aneh?” ucap Nyonya Nam seperti tak ingin Soo Ho bersosialisasi.
“Tetap saja..., dia sepertinya sudah membuka hatinya...” kata Manager Kim membela
“Ya, makanya itu... Itu aneh... Kau mengerti perkataanku, 'kan?” ucap Nyonya Nam sinis. Manager Kim hanya menganguk mengerti tanpa mengelak. Akhirnya Nyonya Nam menyuruh Manager Kim keluar saja.
Ia lalu mengangkat telp dari seseorang, memberitahu kalau sudah menyuruh Jin Tae Ri kesana dan bertanya apakah sudah bertemu dia. Manager Kim masih mendengarnya dan keluar dari ruangan dengan menahan amarah. 

Tae Ri bertemu dengan dua pria seperti pemimpin perusahaan. Si pria dengan kepala setengah botak berkomentar kalau tidak pernah melihat Tae Ri di TV lagi.  Tae Ri pikir Bukannya "tidak pernah." Pria lainya berkomentar Tae Ri tidak cukup bagus buat jadi model komersial kulkas mereka.
“Omo. Jika maksud Bapak, aku tidak cukup bagus, haruskah aku balas dengan  "Ya, aku cukup bagus"? Bapak harusnya lebih tahu. Apa aku cukup bagus untuk syuting iklan komersial kulkas Bapak?” komentar Tae Ri
“Berarti gosip itu memang benar.” Kata Si Pria setengah botak mengejek.
“Pak Botak, tadi Bapak bilang "gosip itu benar." Rumor apa maksudnya itu?” tanya Tae Ri berani melawan.
“Kau ini memang tak takut sama sekali, Kau itu tidak populer makanya kau disuruh ke sini.” Komentar si pria
“Aku lebih baik dari kalian yang  menyuruhku kesini. Kalian pecundang yang bahkan tidak berhasil merekrut aktris yang tidak populer sepertiku.” Komentar Tae Ri.  Si pria botak tak bisa menahan amarah langsung menarik rambut Tae Ri. 

Tuan Botak tak percaya kalau Tae Ri yang bersikap seperti binatang Top. Saat itu Manager Kim datang menatap sinis karena Tae Ri dijambak oleh pria tua bangka. Si pria heran kenapa Manager Kim datang berpikir kalau akan menemui Tae Ri.
“Memangnya aku anak kecil?” ucap Tae Ri marah. Manager Kim menyuruh Tae Ri diam dan menariknya keluar dari ruangan. 

Manager Kim menarik Tae Ri ke depan ruangan dan Tae Ri terlihat gemetar menutupi wajahnya. Tae Ri menarik nafas panjang karena seperti tak bisa berbuat apa-apa. Manager Kim akhirnya kembali masuk ke dalam ruangan meminta maaf pada kedua petinggi.
“Jika dia ada salah, mohon maafkan dia. Jika dia kurang sopan, mohon dimaklumi.” Ucap  Manager Kim memohon maaf.
“Beraninya anak itu... Awasi dia yang benar! Orang seperti itu nanti bisa-bisa mengkhianatimu.” Teriak Si pria botak. Manager Kim pun meminta izin agar menuangkan minuman.
“Tapi, Pak.... Apa Bapak bisa memberikan dia iklan komersial?” ucap Manager Kim dengan nada lembut. Si pria mengancam melihat Manager Kim itu sudah gila.
“Siapa yang mau mempekerjakan  orang seperti dia?” ucap Si pria botak menghina.
“Makanya... Kalau Bapak bahkan tidak mau mempekerjakannya, kenapa Bapak memukul dan menjambak rambutnya?” teriak Manager Kim marah ingin membanting botol tapi akhirnya menuangkan kembali pada Tuan Botak.
Tuan Botak ketakutan dengan tangan gemetar menerima dari Manager Kim. Manager Kim mengatakan kalau yang bayar tagihan minum dan pamit pergi sopan. 



Manager Kim keluar dari ruangan berjalan begitu saja. Tae Ri memanggil Manager Kim meminta agar lebh cepat memberikan padanya.  Manager Kim hanya diam saja, seperti masih setia dengan Soo Ho
“Aku akan memanfaatkan Soo Ho dengan segala cara. Aku tahu masa lalunya dan kau punya buktinya.” Ucap Tae Ri. Manager Kim tetap diam saja. 

Tuan Lee melihat Geu Rim berbicara dengan Soo Ho didepan rumah. Soo Ho bertanya kemana Geu Rim akan pergi sekarang. Geu Rim mengatakan harus bekerja semalaman di studio lalu memberikan naskah yang sudah direvisi.
“Ini sepertinya satu-satunya cara yang kupunya sekarang.” Ucap Geu Rim. Soo Ho melihat naskah “Ji Soo Ho's Radio Romance”
“Hei... Maknae, ayo... “ ucap Tuan Lee memanggil Geu Rim. Akhirnya Geu Rim pun pamit pergi pada Soo Ho untuk masuk mobil. 

“Tapi kenapa kau panggil Penulis Geu Rim "Maknae" lagi? Bukankah dia penulis utama? Ada anak baru (maknae) yang baru kerja, aku jadi bingung.” Keluh Soo Ho kesal
“Kenapa bingung? Aku memang memanggil Geu Rim "Maknae" dan Lagipula, kurasa anak baru yang satu itu sudah berhenti,  Soalnya dia tidak bisa dihubungi.” Kata Tuan Lee
“Tetap saja, jangan panggil dia "Maknae"... Dia itu penulis utama...” kata Soo Ho kesal
“Tapi kau saja memperlakukan dia, seperti anak baru. Meski tentu saja, berbeda dari  perlakuanku padanya.” Kata Tuan Lee. Soo Ho ingin tahu maksudnya.
“Kau mengabaikan naskah tulisannya dan menyuruh-nyuruh dia. Kau memperlakukan penulis utama kita seperti anak baru... Baiklah kalau begitu. Kami pamit sekarang.. Sampai jumpa besok karena Dia dan aku akan kerja semalaman hari ini.” Ucap Tuan Lee akan masuk mobil 


Soo Ho berteriak memanggil Penulis Song Geu Rim untuk mengajaknya bicara. Geu Rim yang ada di mobil lalu akhirnya kembali bertemu dengan Soo Ho. Soo Ho memberitahu  ada pemotretan di luar kota besok. Geu Rim tahu karena pemotretan Soo Ho selesai jam 2 siang besok.
“Tapi bagaimana jika aku terlambat  siaran langsung?” ucap Soo Ho. Geu Rim binggung mendengarnya.
“Aku tidak bisa terlambat, jadi sekarang aku ingin menggunakan syarat keempat kontrak Song Geu Rim.” Kata Soo Ho.
Geu Rim seperti mengingat kontraknya [Song Geu Rim tidak boleh menolak permintaan Ji Soo Ho.]  Akhirnya Geu Rim pergi ke toilet mengingat permintaan Soo Ho kalau ingin diantar olehnya besok.
“Memangnya aku supirnya apa?” ucap Geu Rim kesal dan mengingat yang dikatakan Soo Ho  
“Jadi, kau tidak boleh semalaman terus bersama Lee PD malam ini dan kau harus tidur di rumahmu sendiri agar besok, kau bisa menyetir dengan aman.” Ucap Soo Ho
“Itu, biar aku yang urus.” Kata Geu Rim kesal lalu keluar dari toilet. 


Ra Hee memikirkan kalau nanti rating mereka turun lagi setelah memberikan begitu banyak hadiah. Seung Goo pikir kalau hal ini aneh dan ingin tahu alasan  JH malah mensponsori mereka bukannya artis mereka sendiri.
“Jangan khawatirkan soal  yang tidak penting..., fokus saja dengan rating kita ini. Mengerti?” ucap Ra Hee tak ingin membahasnya. 

Geu Rim baru keluar dari toilet menyapa Ra Hee kalau sudah Kerja bagus untuk siaran  hari ini. Ra Hee yang mendengarnya berpikir kalau Geu Rim yang mengejeknya. Geu Rim mengaku kalau tidak seperti itu maksudnya.
“Apa sebenarnya peranmu di tim itu?” ucap Ra Hee. Geu Rim binggung apa maksudnya.
“Aku tahu, Tim Ji Soo Ho 'kan yang menulis naskahnya? Jadi apa sebenarnya yang kau lakukan  sebagai penulis? Apa kau pikir kalian dapat rating tertinggi karena dirimu?” sindir Ra Hee. Geu Rim hanya bisa dia saja.
“Menyebalkan sekali rasanya melihat  siapapun bisa jadi penulis utama.” Ucap Ra Hee sinis lalu beranjak pergi. 

Geu Rim masuk ke dalam kamarnya, mengingat kembali yang dikatakan Ra Hee “Aku tahu, Tim Ji Soo Ho 'kan yang menulis naskahnya? Jadi apa sebenarnya yang kau lakukan  sebagai penulis?. Ia membuka buku harian kembali membaca quote [Kegagalan bisa menjadi kesuksesan]
Sementara Soo Ho dirumah membaca naskah “Ji Soo Ho's Radio Romance” yang dibuat oleh Geu Rim. Saat itu ponsel Geu Rim berdering dan itu telp dari ibu Geu Rim lagi. Soo Ho pun mengangkatnya.  Tapi ternyata Geu Rim yang menelp Soo Ho dari ponsel ibunya. Keduanya tiba-tiba membahas Naskahnya.
“Bagaimana naskahnya?” tanya Geu Rim. Soo Ho mengatakan  belum sempat membaca semuanya untuk persiapan siaran besok, jadi...
“Tak apa. Setidaknya kau membacanya.” Komentar Geu Rim. Soo Ho mengerti dan ingin menutup telpnya.
“Apa Teleponnya sudah mau kaututup?” keluh Geu Rim. Soo Ho heran bertanya apa yang akan dikatakan lagi.
“Ji Soo Ho... Aku sangat ingin menulis naskah yang bagus. Jika naskahku bagus..., maka kau pasti akan menggunakan naskahku suatu hari nanti. benar, 'kan?” ucap Geu Rim. Soo Ho membenarkan terus mendengar GeU Rim yang berbicara.
“Jadi, seorang DJ harus lebih banyak  berkomunikasi dengan penulisnya. Karena aku yang menulis apa yang ingin kau katakan lewat mic. Walaupun sekarang, belum terwujud... “kata Geu Rim.
“Tapi, apa kau tak tersinggung?” tanya Soo Ho, Geu Rim binggung maksud ucapanya.
“Karena aku tidak menggunakan naskahmu saat siaran.” Jelas Soo Ho. Geu Rim mengaku Memang agak menyebalkan, tapi bisa melakukan apapun.
“Aku akan menganggapnya, berarti aku harus menulis naskah yang sangat bagus. Memang menyebalkan..., tapi aku memang belum cukup mahir menulis. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, aku tidak marah padamu, tapi pada diriku sendiri karena tidak bisa menulis.” Ucap Geu Rim, dan keduanya sama-sama ke dapur menuangkan minuman.
“Aku mau tanya... Ini pertanyaan pribadi... Kenapa kau tidak pakai ponsel?” kata Geu Rim penasaran.
“Buat apa aku pakai ponsel?... Lagipula tak ada orang juga yang mau kuhubungi. Tak ada orang yang kuhubungi Dan tidak ada orang yang mau meneleponku.” Ucap Soo Ho
“Keegoisanmu memang tidak  mengenal batas, Kenapa tak ada orang yang Kau hubungi? Itu ada aku. Lee Gang PD-nim. Manajermu. Terus kenapa pula tidak ada orang  yang mau menghubungimu? Saat aku buntu menulis dan penasaran apa yang kau suka atau kata-kata apa yang kau gunakan..., maka kau bisa angkat telepon dariku.” Ucap Geu Rim. Soo Ho terdiam mendengarnya.
“Ji Soo Ho... Tak bisakah kau beli ponsel?” kata Geu Rim. Soo Ho bertanya kalau memang membelinya maka kenapa.
“Kalau kubeli..., apa kau akan meneleponku setiap hari?” kata Soo Ho. Geu Rim kebingungan mendengarnya.
Soo Ho bertanya apakah Geu Rim ada dirumah, Geu Rim membenarkan. Soo Ho menyuruh Geu Rim agar tidur karena harus menyetir. Geu Rim pun menutup telpnya. Geu Rim kesal mendengar sikap Soo Ho yang menelp Geu Rim. 

Soo Ho dan Da Seul melakukan pemotretan minuman bersama dan terlihat sangat dekat. Tapi setelah selesai Da Seul pergi begitu saja meninggalkan Soo Ho begitu saja dan akan melanjutkan setelah makan siang.
Geu Rim menunggu didalam mobil mengatakan di telp kalau sudah dekat, lalu bertanya Apa tak masalah kalau mendatanginya. Soo Ho bahagia melhat Geu Rim  masuk ke mobil dengan makan siang.
“Ji Soo Ho... pemotretannya selesai jam berapa? Aku harus pergi ke suatu tempat. Jadi Aku pinjam dulu mobilnya buat pergi kesana.” Ucap Geu Rim.
“Apa Kau menyuruhku turun dari mobil?” keluh Soo Ho. Geu Rim akhirnya pergi meninggalkan tempat pemotretan. Soo Ho hanya menatap sedih melihat kantung makannya. 

Seorang Guru melatih beberapa anak bernyanyi “Selamat tinggal, temanku.. Saat peluit kabut terdengar Maukah kau menangis untukku,Tanpa ada yang tahu?”. Geu Rim dan ibu guru melihat dari kejauhan.
“Apa cuma Sang Goo yang lulus? Apa yang akan terjadi pada mereka?” tanya Geu Rim
“Kami akan bergabung dengan  sekolah terdekat lainnya. Ada dua anak yang harusnya lulus tahun in tapi Sang Goo saja yang lulus.” Jelas Bu Guru
“Dimana dia sekarang?” tanya Geu Rim penasaran. 

Geu Rim berjalan ke lapangan bertemu dengan seorang anak yang terlihat ketus. Si anak bertanya apakah Geu Rim reporter dan menyuruhnya agar pergi. Geu Rim kaget dengan sikap Sang Goo. Sang Too tahu kalau Geu Rim datang mau menulis bahan cerita.
“Kemarin juga ada beberapa reporter datang.” Ucap Sang Goo sinis.
“Hei, Sang Goo... Apa kau mengamuk karena kau tidak mau lulus? Kenapa begitu?” ucap Geu Rim heran
“Bukan urusanmu.. Pergi. Pergi sana!” ucap Sang Goo. Geu Rim terdiam mengingat dengan seseorang yang memiliki sikap yang sama.
Soo Ho dengan sikap ketus selalu mengatakan “Kenapa kau terus muncul di depanku? Kenapa aku harus memberitahumu? Jika kau tidak ingin melakukannya,  lebih baik batalkan saja. Jadi Pergi, kubilang.”
“Hei.... Aku jadi ingat seseorang.” Ucap Geu Rim menatap Sang Goo karena memiliki sikap yang sama dengan Soo Ho. 


Ibu Guru memperlihatkan sebuah foto, disamping Sang Goo memberitahu kalau anak muridnya yang bernama Gyo Min yang seharusnya lulus bersamaan dengan Sang Goo tapi tidak akan pernah lulus. Geu Rim terdiam mendengarnya lalu kembali mengemudikan mobilnya sambil mengingat yang dikatakan ibu guru.
Flash Back
“Aku tidak bisa memberi tahu anak-anak..., jadi aku bilang dia pergi  berobat ke Seoul. Aku tidak ingin mereka kaget. Namun..., aku tidak menyangka mereka akan menunggu begitu lama untuknya. Karena itulah Sang Goo tidak mau ikut kelulusan sebelum temannya pulang. Dia susah sekali dibujuk.” Cerita Ibu Guru. 

Da Seul bertemu dengan Tae Ri yang memakai pakaian yang sama. Tae Ri berbicara dengan Sutradara kalau sudah dapat telepon  dari CEO Nam dan mengeluh dengan yang dilihatnya.  Dae Seul pun tak percaya dengan Tae Ri mengunakan pakaian yang sama menanyakan hal yang sama pada Sutradara.
“Da Seul, maafkan aku, tapi JH Entertainment ingin meminta adanya perubahan.” Ucap  Sutradara. Da Seul pikir sutradaranya itu sedang bercanda.
“Memangnya masuk akal?  Padahal kami ini beda level.” Ucap Dae Seul sinis. Tae Ri tak mau kalah mengeluh Dae Seul ingin mati ditanganya. Soo Ho hanya terdiam melihat keduanya mulai adu mulut.
“Hei!.. Kenapa kau selalu menggangguku? Apa yang kau inginkan dariku?” ucap Dae Seul marah
“Ya, aku membencimu... Wajahmu tak cantik-cantik, aktingmu juga tak bagus. Jadi aku marah karena  karirmu berhasil semudah itu.” Ejek Tae Ri. Dae Seul ingin tahu apa yang dinginkan Tae Ri sekarang.
“Pasti ada alasan kenapa kau tidak berhasil” balas Dae Seul menyindir.
“Hoobaenim... Kesabaranku ini sebentar lagi mau habis... Jadi tutup mulutmu itu.” Ucap Tae Ri mengancam. Keduanya saling menjambak dan berteriak menyuruh melepaskan, akhirnya Soo Ho memilih pergi dari set pemotretan. 


Manager Kim berbicara di telp memberitahu sepertinya ini tidak lancar. Soo Ho langsung mengambil telp mengeluh Nyonya Nam yang harus seenaknya begini. Nyonya Nam pikir kalau Yang bertindak seenaknya itu Soo Ho.
“Kau setuju siaran radio lalu membuat kesalahan  saat siaran langsung. Makanya Ibu tidak punya pilihan lain dan Ibu lagi sibuk sekarang jadi aku tutup telpnya” ucap Nyonya Nam menutup telp.
Seorang pria bertanya Apa takkan ada masalah dan sudah bicara dengan Ji Soo Ho, bahkan ada acara radio harian. Nyonya Nam mengatakan Tak masalah karena pasti bisa sesuai dengan jadwal lalu memberikan cap pada “Surat Kontrak” atas nama Ji Soo Ho.
Bersambung ke Part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar