PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 22 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Tuan Shin mengajak duduk di depan sungai Han dengan membawa dua kaleng bir dan mengajak Ho Rang Bersulang. Tapi Ho Rang langsung membuka dan meminum dengan cepat. Tuan Shin pikir Ho Rang pasti haus sekali dan bertanya apakah Hari itu selamat sampai rumah.
“Aku sudah berkencan dengan pria ini selama tujuh tahun dan baru saja putus dengannya. Saat kau mengantarku pulang, sebenarnya itu hari aku pindah dari tempat tinggalku bersama dia.” Cerita Ho Rang sejujurnya.
“Tapi..., kenapa barang bawaanmu kemarin sedikit?” ucap Tuan Shin. Ho Rang terlihat kaget dengan pertanyaan Tuan Shin.
“Yah.. Benar juga... Mau selama apa pasangan tinggal bersama..., maka tidak banyak barang yang harus disingkirkan saat mereka putus. Aku juga pacaran dengan pacar  pertamaku selama tujuh tahun.” Cerita Tuan Shin
“Tapi, kenapa kau putus dengannya?” tanya Ho Rang mulai tertarik karena punya cerita yang sama.
“Kami banyak bertengkar  soal urusan menikah. Kencan dan menikah memang dua hal yang berbeda. Jadi apa rencanamu untuk mengatasi masalah ini?” kata Tuan Shin. Ho Rang binggung.
“Maksudku perpisahanmu. Sudahkah kau merencanakan  bagaimana mengatasi perpisahanmu?” ucap Tuan Shin.
“Aku belum punya rencana dan Waktu akan menyembuhkan segalanya.” Kata Ho Rang yakin.
“Mana bisa waktu menyembuhkan semua hal? Waktu cuma berlalu, itu saja. Dan Yang paling kubenci itu kata ungkapan itu. Jangan pernah tertipu sama  kata-kata ungkapan, Ho Rang” kata Tuan Shin. Ho Rang bertanya kata apa yang dimaksud.
“Apa yang kau inginkan  dari dulu hanya akan terwujud saat kau  mengatakannya keras-keras. Jadi aku mengatakan keinginanku keras-keras tiap siang dan malam sambil bercermin.” Jelas Tuan Shin.
Ho Rang ingin tahu apa yang dikatakan Tuan Shin.  Tuan Shin memberitahu selalu mengatakan "Aku bisa melupakannya. Aku bisa mengatasi perpisahan ini. Dengan pikiran dan tekad yang kuat, atasilah sebisa mungkin!" Ho Rang mengeluh meminta agar Jangan bicara denganbahasa yang berat, karena susah mengerti.
“Ini...bukan bahasa yang berat, tapi para ABG biasa pakai bahasa begini” ucap Tuan Shin. Ho Rang melonggo kaget.
“Kenapa kau pakai bahasa seperti itu?” tanya Ho Rang.
“Itu Karena perasaanku jadi lebih baik. Aku merasa lebih muda.” Ungkap Tuan Shin. Keduanya tertawa dan terlihat mulai akrab. 

Yong Seok bertemu dengan Se Hee di cafe memberitahu kalau sudah pernah kesini sebelumnya. Se Hee melihat kartu nama Gye Yong Seok dan dulu pertugas memberitahu kalau Ada pria yang titip koper ini ke alamatnya dengan note yang tertulis untuk Ji Ho “Kau menyuruhku jangan meneleponmu. Jadi kukirim kopermu ini. Aku minta maaf.”
“Aku tahu. Kau yang  mengirim koper itu.” Ucap Se Hee. Yong Seok membenarkan.
“Tak kusangka Penulis Ji Ho sudah menikah. Aku minta maaf. Aku terlalu mabuk saat itu. Jadi aku tidak ingat banyak. Aku berSungguh-sunggung . Mohon percayalah Aku akan melakukan apapun untuk  ganti rugi dan memberikan uang damai.” Ungkap Yong Seok. Se Hee terlihat binggung dengan mengerutkan dahinya.
Jadi... Bisakah kau mencabut gugatannya? Ada proyek baru yang harus  kukerjakan.” Jelas Yong Seok memohon. Se Hee sempat terdiam seperti mencoba mengingat kejadian masa lalunya.
Ia pernah bertemu dengan Ji Ho yang datang dengan pakaian tidurnya, lalu duduk disofa menceritakan “Aku bermimpi berjalan di terowongan yang tak berujung”
“Ah... Kukira... kau sudah tahu. Sepertinya aku harus bicara sama  Penulis Ji Ho.” Ucap Yong Seok melihat mimik wajah Se Hee seperti tak mengerti yang diceritakan lalu pamit pergi. Se Hee menahan tangan Yong Seok.
“Kau harus Duduk... Jelaskan padaku... Ceritakan semuanya dengan jujur.” Ucap Se Hee dengan wajah serius. 


Ji Ho mengucapkan Terima kasih banyak, karena Jun Min sudah menceritakan kisahnya. Jung Min mengaku juga penasaran mengenai Se Hee, lalu bertanya Jika menjawab akan senang jika kembali bersatu dengan Se Hee dan ingin tahu bagaimana kesimpulan Ji Ho selanjutnya.
“Kalau seperti itu jawabanmu..., maka aku akan menjadi musuhmu.” Kata Ji Ho
“Jadi apa kita harus bertarung? Apa kita seharusnya bertarung  layaknya kucing dan anjing di sini?” goda Jung Min.
“Aku pasti akan menunggu hatinya Se Hee.” Kata Ji Ho yakin. Jung Min bisa mengerti kalau Ji Ho akan menunggu hatinya.
“Kenapa? Apa karena pernikahanmu dilakukan berdasarkan kontrak?” kata Jung Min
“Walaupun kami menikah tanpa syarat apapun maka aku juga akan melakukan hal yang sama. Karena pasangan suami-istri tidak selalu memenangkan hati pasangannya.” Jelas Ji Ho. Jung Min seperti baru mengerti.
“Tapi bukankah pernikahan itu berbicara mengenai bisa memenangkan hati pasangan? Menurutku pernikahan itu cara resmi menyatakan bahwa pasangan telah  saling memenangkan hati masing-masing. Jadi walau sudah menikah pun, dan tak saling mencintai lagi tetap rasanya sulit berpisah.” Kata Jung Min.
“Kalau itu, aku tidak tahu... Karena ini pertama kalinya aku menikah dan Ini juga pertama kalinya aku  mencintai seseorang. Jadi aku tidak tahu banyak  soal ini. Namun satu hal yang kutahu pasti, Memenangkan hati seseorang  bukanlah suatu permainan, Melainkan terjadi begitu saja. Tolong jangan beritahu Se Hee kalau aku tahu soal kalian.” Ucap Ji Ho 


Jung Min duduk di dalam mobil kembali menewarang dengan kenanganya.
Flash back
Jung Min menangis sendirian dalam kamar yang kecil, lalu menuliskan sebuah note “Selamat tinggal. Kembalilah ke hidupmu dan  hiduplah dengan baik. Sebagai gantinya..., jangan pernah jatuh cinta pada siapapun. Karena kau tidak berhak mencintai.”
“Yah... Benar... Memenangkan hati seseorang bukanlah suatu permainan, Dia cepat mengerti sekali. Aku iri, Penulis Ji Ho.” Ungkap Jung Min
Sek Jung Min masuk ke dalam mobil. Jung Min merasa kalau sekertarisnya itu menelp terlalu lalu. Sek Jung Min memberitahu kalau barus aja menerima tela dari pengacara kalau Ada masalah dengan tuntutan hukum  Ji Ho terhadap pria itu. Jung Min ingin tahu ada masalah apa.
“Pria itu memohon gugatannya dicabut... Tapi dia dihajar oleh seseorang.” Cerita Sek Jung Min. Jung Min bertanya siapa orangnya.
“Suaminya Penulis Yoon.” Kata Sek Jung Min. Jung Min kaget karena Se Hee mau melakukan hal itu demi Ji Ho. 


Soo Ji dkk minum bersama tim. Direktur memuji Asisten Park dengan kinerjamu bagus tahun ini jadi meminta agar Tahun depan, pertahankan kinerjanya. Tuan Park mengangguk mengerti, lalu Direktur meminta agar mereka bersulang dan menyuruh Tuan Park yang pimpin.
“2017 sudah hampir berakhir... Direktur kami yang terhormat..., aku mencintaimu, Pak.. Dan untuk tim pendukung bisnis kita,  kerja kalian sudah bagus. Ayo bersulang untuk direktur kita yang terhormat.” Ucap Tuan Park terlihat mencoba mengambil hati direktur.
“Sewaktu aku berkata "Direktur!".., maka ...kalian balas bilang  "Aku mencintaimu, Pak!" Oh iya, permintaan maafnya... Asisten Woo, maafkan aku, Selama ini, aku kurang ajar. Ayo kita lupakan semua itu dengan minuman kita.” Kata Tuan Park dengan nada mengejek.
Soo Ji melirik sinis, Semua orang binggung  bertanya Apa ada masalah antara mereka berdua. Tuan Park menutupi kalau tidak ada masalah dan mengajak mereka makan saja. Soo Ji tetap menatap sinis karena ternyata Tuan Park sedang mempermainkanya. 

Mereka pun selesai makan da akan pulang, Tuan Park diajak untuk ronde kedua juga. Tuan Park setuju mereka harus makan sashimi daging sapi, setelah itu karaoke. Mereka pun bahagia, tapi Tuan Park mau mampir kantor duluk dan akan bertemu di tempat sashimi  daging sapi. Soo Ji melihat dari kejauhan seperti memendam dendam.
Sang Goo dkk sedang main monopoli di ruang tengah,  Soo Ji menelp sambil berjalan. Sang Goo dengan nada bisik memangilnya “sayang”. Soo Ji berkata kalau bahasa itu untuk manusia. Sang Goo membenarkan.  Soo Ji menyakinan kembali kalau Bahasa hanya bisa dimengerti oleh manusia
“Betul. Jika bahasa tidak mempan ke orang, berarti dia bukan manusia. Entah dia binatang,  serangga, atau kutu air. Tapi Kenapa tanya itu?” ucap Sang Goo heran.
“Oppa... Kau bersungguh-sungguh saat  bilang akan mendukungku begitu memulainya, 'kan?” ucap Soo Ji.
“Tentu saja, aku bersungguh-sungguh.” Kata Sang Goo. Bo Mi menegur Sang Goo untuk kembali bermain karena giliran melempar dadu.
“Bersenang-senanglah mainnya... Aku cinta kau.” Ucap Soo  Ji lalu menutup telpnya. 
Sang Goo kaget Soo Ji yang langsung menutup telp tanpa menjelaskan, lalu berpikir kalau seperti ingin adu tarung. Bo Mi menyuruh Sang Goo untuk  Lempar dadunya. Sang Goo melempar dadu tanpa melihatnya. Bo Mi tak percaya kalau Sang Goo berhenti di Seoul
“Jangan-jangan dia....... Tidak tidak.” Kata Sang Goo panik. Bo Mi malah heran melihat Sang Goo seperti menolak.
“CEO Ma, kau harus beli Seoul sekarang.” Ucap Bo Mi. Sang Goo tak peduli memilih untuk pergi. Bo Mi mengejek Sang Goo Itu  Pengecut.

Soo Ji berjalan mengingat semua ucapan Tuan Park selama ini yang melecehkan, “Asisten Woo harus mengunggah foto tubuhnya.” Lalu mengatakan kalau ia memiliki cup A  dan berkata “Jika aku belum menikah..., maka aku pasti sudah sama Asisten Woo.”
Tuan Park sudah ada didepan lift melihat Soo Ji berdiri disampingnya dan bertanya kenapa kembali ke kantor. Soo Ji mengatakn kalau Ada kerjaan yang belum selesai.
Saat Tuan Park masuk lift, Soo Ji dengan berani memanggil nama “Jin Ho!” dan langsung memberikan pukulan diwajahnya. Tuan Park kaget langsung terjatuh tak bisa membalasnya karena pintu lift sudah tertutup dan bergerak naik. Soo Ji memegang tanganya seperti sedikit sakit tapi merasa puas. 

Bo Mi dkk masih sibuk main monopoli dan Won Seok akan beli Taipei. Salah satu pegawai mengeluh Padahal aku rencana mau beli itu denga memberikan Seekor kelinci itu jadi raja, kalau tak ada macan (Ho Rang-i). Won Seok mendengar kata Ho Rang” mulai sensitif.
“Apa ini semua tanahmu? Kita sudah membesarkan seekor  bayi macan.” Keluh temanya. Won Seok menahan kesal.
“Makanya itu. Seharusnya tadi kau membelinya. Kau hanya bisa menangkap macan jika kau pergi ke gua macan. (ho rang)” kata Bo Mi
“Sudahlah... Berhenti bermain saja” keluh Won Seok tak ingin mendenagr nama Ho Rang, teman yang lain binggung karena sekarang sudah mulai seru.
“Seru apanya. Ini buat anak kecil... Lebih baik Kita minum saja. Aku yang traktir.” Kata Won Seok mencoba mengalikan. Dua pria terlihat senang kalau akan ditraktir.
“Ya, aku akan mentraktir semuanya. Ayo kita begadang sampai subuh.” Kata Won Seok. Bo Mi memilih untuk pamit pulang saja.
“Kau juga harus ikut sama kami.” Ucap Won Seok. Bo Mi menolak karena  sudah ada janji. Won Seok binggung Jam segini ada janji apa?
“Janji dengan diriku sendiri. Selamat bersenang-senang. Aku permisi sekarang.” Kata Bo Mi lalu melangkah pergi. 

Salah satu temanya ingat kalau hari ini hari jumat, jadi Bo Mi pasti pergi ke Itaewon, kalau Ada toko mainan terkenal di sana dan Bo Mi pergi ke sana setiap hari Jumat membeli semua tokoh kartun. Won Seok mengejek Bo Mi memang cocok bermain itu
“Bicara soal Itaewon..., ayo kita ke kelab malam ini.  Bagaimana?” ucap Won Seok. Keduanya kaget.
“Ya, kelab! Tubuhmu itu mau kau apakan?  Manfaatkanlah tubuhmu. Kau harus menikmatinya selagi bisa karena kau masih lajang.” Ungkap Won Seok penuh semangat.
“Apa kau sering ke kelab?” tanya temanya. Won Seok mengatakan ia juga belum pernah.

Mereka bertiga masuk ke club dan duduk dibagian atas, salah satu temanya mengeluh kalau Telinga sepertinya berdarah karena suara musik yang sangat keras. Won Seok mengaku baru tahu, kalau seperti ini rasanya. Pria yang satunya merasa Matanya juga seperti mau berdarah dan langsung memasang kacamatanya.
“Ayo kita menari di atas panggung.” Ucap Won Seok penuh semangat. Dua orang lainya menolak dan menyuruh Won Seok duluan saja.
“Kalau begitu, aku duluan... Kalian nanti menyusul” ucap Won Seok meminum sebotol bir lebih dulu.
Akhirnya Won Seok bergabung dengan banyak orang mengikuti iringan musik, menari di lantai dansa. Ia berkata kalau akan melupakan Ho Rang. Saat itu Bo Mi sudah menari di atas panggung dengan tiang dan langsung menarik Won Seok ke atas panggung. Won Seok kaget melihat penampilan Bo Mi yang terlihat sangat seksi menari-nari didepanya.
Dua orang pria merasakan ketakutan mendengar musik, dan berpikir kalau  lebih baik ke warnet saja. Sementara Won Seok masih binggung melihat Bo Mi karena mengatakan kalau ada janji. Bo Mi memberitahu kalau Di atas panggung, harus bicara pakai tubuh dan mulai mengoyangkan tubuhnya. 


“Se Hee.. boleh aku minta bantuanmu? Jikalau Ji Ho kelak ingin menulis lagi bisakah kau mengizinkan dia menulis? Bisakah kau membuatnya mewujudkan impiannya sebagai penulis dan tak menyia-nyiakannya?”
Se Hee mengingat pemintaan ibu Ji Ho saat dihari penikahan dan Ji Ho menangis, lalu melihat kartu nama Ko Jung Min. Ia pun dibawa masuk oleh pegawai Jung Min menuju ruangan mantan kekasihnya. 

Ji Ho berjalan melihat lembaran Kontrak Menulis ditanganya, dan berhenti disebuah toko buku, lalu mencari dibagian rak “Penulis Korea, penulis asing” lalu bertanya ada penjaga toko apakah menjual buku yang dicarinya dengan memperlihatkan ponselnya.
Si Pegawai melihat judul bukunya,  ["Walau Tak Ada Apapun yang Berubah Meski Kau Menangis"] sama seperti yang dibaca Se Hee. Lalu memberitahu kalau Hanya ada satu barang tersisa  di stok toko mereka dan sudah terjual. Ji Ho terlihat sedih dan hanya bisa mengucapkan  Terima kasih Saat itu telp nya berdering dan mengangkat telp dari ayah mertuanya. 

Jung Min memberitahu kalau Se Heecukup parah menghajarnya. Se He bertanya Apa itu akan merugikan bagi si Ji Ho Jung Min pikir tak ada masala karena juga sudah bertemu CEO perusahaan Yong Sek dan karena saling mengenal jadi takkan memperbesarnya. Se Hee pun mengucapkan terimakasih.
“Begini... Karena aku suaminya Ji Ho... Apa itu akan mempengaruhimu... bekerja sama dengan dia?” ucap Se Hee to the point.
“Apa Karena itukah kau datang kesini? Apa kau khawatir aku bisa  menghancurkan pekerjaannya karena dendam dari cinta lamaku? Apa kau Takut kalau aku bisa menyakitinya?” ucap Jung Min. Se Hee membenarkan.
“Saat aku menikah...,ibunya Ji Ho minta bantuanku. Dia memintaku untuk mengizinkan Ji Ho menulis kalau dia ingin menulis lagi agar dia tidak menyia-nyiakan impiannya. Ibunya minta bantuan itu padaku. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa..., jadi aku hanya berjanji  padanya aku tidak akan membahayakannya. Tapi kau tahu. Kau tahu bagaimana cara membuatnya tidak menyiakan impiannya.” Jelas Se Hee.
“Jadi karena itu kau datang menemuiku. Kau baru bertemu dengan cinta lamamu setelah 12 tahun..., tapi apa hanya itu yang bisa Kau katakan? Aku jadi agak kecewa.” Ungkap Jung Min
Se Hee hanya bisa meminta maaf, dan mengaku tak bisa apa-apa lagi, karena baru tahu hari ini, alasan Ji Ho  tak mau menulis lagi. Jadi Satu-satunya hal yang bisa dilakukan ialah menghajar pria itu. Ia tahu kalau Jung Min adalah produser yang hebat.
“Jung Min... Jangan memperlakukannya sebagai istriku..., tapi sebagai penulis..., kumohon.” Ungkap Se Hee memohon untuk JiHo. 



"Kata-kata terlahir dari mulut orang dan mati di telinga orang."
Se Hee membaca buku yang berjudul  ["Meskipun Tidak Ada Apapun yang  Akan Berubah Meski Kau Menangis"] di dalam bus sambil bergumam
"Tapi ada beberapa kata  yang takkan mati."
Lalu ia mengingat saat membaca note yang ditinggalkan Jung Min 12 tahun lalu  [Jangan pernah mencintai lagi, karena kau tak berhak mencintai.]
"Yaitu kata-kata yang masuk ke dalam  hati orang dan bertahan."
“Kata-kata ini bertahan di hatiku  selama 12 tahun. Lalu Sejak kapan kata-kata ini tiba-tiba menghilang seperti ini? Aku tidak bisa menyingkirkan kata-kata ini dari hatiku, entah sekeras apa aku mencobanya.” Gumam Se Hee. 

Flash Back
Jung Min mengantar Se Hee sampai ke depan lift, mengatakan kalau punya pertanyaan, yaitu “Apa kau pernah mengaku pada  Penulis Yoon sebelumnya?” Se Hee terlihat binggung. Jung Min menjelaskan kalau mengaku perasaan kalau menyukainya Atau semacamnya.
“Menurutku itu tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata.” Kata Se Hee merasa semua berjalan seiring waktu
“Jadi belum pernah ternyata. Apa Kau tahu Kau juga tidak pernah mengaku padaku... Kau tak pernah menyatakan kalau kau menyukaiku.” Ucap Jung Min. Se Hee seperti tak berkomentar memilih untuk pamit dan segera masuk ke dalam lift.
“Tahukah kau... kata-kata bisa bertahan hanya  saat kata-kata bisa menggapai hati orang? Kau harus mengatakannya keras-keras  agar bisa menggapai hati orang lain.” Kata Jung Min
“Ini bukan suatu kebetulan.”gumam Se Hee saat pintu lift tertutup. 


Se Hee sudah sampai rumah membuka lacinya teringat kembali kata-kata Ji Ho di telp “Jadi mulai sekarang...,jangan sengaja beri batas antara kita.” Se Hee pikir itu karena kata-kata Ji Ho lalu mengingat kembali saat di pinggir pantai.
“Ini bukan salah siapa-siapa. Sama seperti ombak yang terus mengali dan ada juga ombak  yang lagi beristirahat. Seperti itulah. Jadi...” ucap Ji Ho
“Kata-kata hangatnya menumpuk di hatiku.” Gumam Se Hee.
“Se Hee juga..., jangan terlalu khawatir. Hanya karena kau sudah melewati hari ini...,bukan berarti kau tahu apa yang akan terjadi esoknya.” Kata
“Kata-katanya bertahan.. dalam hatiku yang sudah mati.” Gumam Se Hee dan melihat kalung kucing dengan tulisan [Woori] yang dimaksud adalah kita. 

Ji Ho bertemu dengan Tuan Nam di cafe. Tuan Nam bertanya apakah Ji Ho  masih kerja sambilan. Ji Ho menganguk dan memberitahu sepertinya akan segera berhenti. Tuan Nam memuji kalau itu Keputusan bagus. Ji Ho memberitahua setelah berhenti dari pekerjaan ini,  maka berencana mau menulis lagi.
“Apa maksudnya? Apakah Drama itu?” kata Tuan Nam kaget. Ji Ho membenarkan.
“Kukira kau sudah berhenti menulis, agar bisa fokus jadi ibu rumah tangga.” Ucap Tuan Nam,
“Ya tapi...aku dapat kesempatan bagus...,jadi aku berencana mulai menulis lagi.” Jelas Ji Ho
“Lalu anak? Kapan kau akan melahirkan?” ucap Tuan Nam. Ji Ho sempat kaget dan mengatakan kalau belum tahu.
“Pekerjaan memang penting, tapi  kau juga harus mempertimbangkannya. Kau masih muda, tapi Se Hee tidak. Dan Bayar uang angsurannya pakai tabungan ini lalu Gunakan sisanya buat kalian saat kau melahirkan.” Ucap Tuan Nam memberikan buku tabungan dan capnya. Ji Ho terlihat binggung.
“Aku pernah berjanji akan memberikan uang ini kalau dia menikah.” Ucap Tuan Nam
“Menurutku aku tidak berhak mengambil uang ini.” Kata Ji Ho. Tuan Nam pun bertanya lalu siapa lagi.
“Tentu saja, Ayah harus kasih ini ke Se Hee.” Pikir Ji Ho.
“Hubungan kami lagi tak baik Dan dia juga tidak akan mengambil uangnya.  Jadi Kau saja sebaiknya yang mengambil uangnya. Kau harus menjadi jembatan  antara anggota keluarga selaku istrinya.” Ucap Tuan Nam mengajak mereka pulang.
“Ayah... Ada yang ingin kukatakan.” Kata Ji Ho dengan wajah serius menatap Tuan Nam sudah berdiri dari bangkunya.
Akhirnya keduanya keluar dari restoran, dan Tuan Nam langsung menaiki tas. 


Soo Ji dan Ji Ho sudah ada dirumah, menelp Ho Rang menanyakan keberadaanya karena belum pulang. Ho Rang terlihat bahagia kalau akan pulang nanti. Soo Ji mengomel kalau sudah larut malam jadi menyuruhnya untuk segera pulang.
“Hei, memangnya aku anak kecil? Jangan berlebihan. Sampai jumpa lagi” ucap Ho Rang di telp lal menutup telpnya. Soo Ji mengeluh dengan sikap Ho Rang.
“Dia sepertinya lagi senang.” Komentar Ji Ho lalu mereka pun mulai bersulang.
“Soo Ji.. Apa Kau tahu film, "The Graduate"?” ucap Ji Ho. Soo Ji pasti tahu kalau it film favorit Ji Ho
“Aku sudah menontonnya lebih dari 10 kali. Waktu pertama kali nonton,  aku masih kelas 1 SMA. Aku jatuh cinta pada Ben saat dia  pergi ke pesta pernikahan Elaine dan kabur bersamanya.” Ucap Ji Ho tiba-tiba merasakan sesuatu yang sudah dijelaskan.
“itu sangat romantis menurut gadis 17 tahun.” Kata Ji Ho. Soo Ji tahu kalau Itu bagian yang paling terkenal dari film itu.
“Tapi...,ketika aku menonton film itu lagisewaktu umur 20-an..., maka aku bisa mengerti banyak hal lain tentang film ini.” Cerita Ji Ho. Soo Ji bertanya Seperti apa misalnya.
“Wajah mereka setelah  kabur dari gedung pernikahan. Mereka kabur dari pesta pernikahan  dengan penuh kegembiraan. Tapi entah bagaimana, mereka  terdiam setelah naik bus. Sepertinya mereka cemas dan  tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa mengerti itu saat masih remaja. Tapi sekarang aku bisa.” Cerita Ji Ho.
Soo Ji ingin tahu alasanya dan bertanya apakah  Apa itu yang dialami Ji Ho dengan majikan rumahnya. Ji Ho mulai berkaca-kaca. Soo Ji pikir itu berat. Ji Ho menganguk dengan air mata mengalir. 



Keduanya menunggu dengan wajah kedinginan. Soo Ji menerima telp dari Sang Goo seperti mengajak untuk bertemu Sekarang. Ji Ho langsung meyuruh Soo Ji agar pergi saja. Soo Ji pikir Jangan khawatirkan dirinya. Ji Ho menyuruh Soo Ji pergi karena  Sang Goo sedang menunggunya. Soo Ji pun tersenyum meminta Ji Ho agar menelpnya kalau sudah sampai rumah.  

Sang Goo sudah menunggu dan langsung bertanya Ada apa dengan Soo Ji dan keadaanya sekarang, berpikir kalau melakukan sesuatu pada Tuan Park. Ji Ho memberitahu kalau cara Sang Goo tidak berhasil ternyata Jadi aku pakai caranya sendiri.
“Apa yang kau perbuat?” tanya Sang Goo panik. Ji Ho memberitahu kalau  meninju wajahnya. Sang Goo kaget tapi setelah itu memeluk bahagia Ji Ho karena sudah melakukan yang terbaik.
“Aku menyadarinya saat  menemukan cinta.” Gumam Ji Ho melihat dari kejauhan Soo Ji dan Sang Goo berpelukan sebelum masuk ke dalam taksi. 

“Alasan pernikahan kita mudah terlaksana adalah karena kita tidak jatuh cinta.” Gumam Ji Ho
Flash Back
Saat di bus, Se Hee pikir akan membayar setengah  dari biaya gaunnya. Ji Ho menolak karena harganya tidak mahal. Se Hee tak enak hati karena Ji Ho harus bayar  sepatu dan karangan bunga juga jadi akan mengurangi biaya sewa bulan depannya.
“Pernikahan seharusnya terjadi saat  kedua belah pihak saling jatuh cinta. Tapi kenapa...” gumam Ji Ho melihat buku tabungan yang diberikan oleh Tuan Nam dan mengingat kalau Tuan Nam menginginkan seorang anak dan menjadi ibu rumah tangga.
“Apa aku lebih terluka lagi saat aku jatuh cinta padanya?” gumam Ji Ho sedih 

Se Hee memakaikan kalung pada Kitty sambil mengingat yang dikatakan Jung Min “Apa Kau sudah mengaku menyukainya? Tahukah kau kalau kau harus mengatakannya agar dia bisa tahu? Kau harus mengatakannya. Hanya itu cara untuk mencapai hatinya.”
“Aku juga tahu. Ini benar-benar canggung. Tapi kelihatannya ini jauh  lebih baik dari yang kukira. Hari ini... ayo kita semangat.” Ucap  Se Hee yakin. 

Se Hee menyambut Ji Ho yang baru pulang dan bertanya apakah  dari rumahnya Soo Ji. Ji Ho membenarkan kalau minum bir dengannya. Se Hee bertanya apakah Ji Ho sudah tandatangan kontrak hari ini, Ji Ho menjawab sudah dan mengatakan CEO orang yang baik. Se Hee mencoba memegang tangan Ji Ho tapi Ji Ho memindahkan tasnya dan menaruh langsung disaku jaketnya.

“Aku Senang dengarnya, Tapi Kau kelihatan lelah.” Kata  Se Hee
“Aku memang agak lelah... “ kata Ji Ho hanya tertunduk.
“Hari ini... Kucing, kau menyambut kami hari ini.” Ucap Se He.. sambil mengendong kitty seperti ingin memperlihatkan kalung yang dipakai.
“Ada yang ingin kukatakan.” Kata Ji Ho. Se Hee mengaku kalau juga ada yang ingin dikatakan. Ji Ho pun masuk kamar. Se Hee binggung berpikir kalau tidak kelihatan kalung yang dipakai oleh Kity. 


Se Hee duduk diruang tengah dengan sengaja mendudukan Kitty disampingnya,  Ji Ho datang langsung meminum bir dan keduanya sama-sama saling berbicara. Ji Ho pikir Se Hee lebih dulu saja bicara.  Se Hee mulai bicara seperti ingin meminta sesuatu, tapi memilih untuk mengurungkan niatnya dan  menyuruh Ji Ho duluan saja.
“Aku ingin...kontrak kita......aku ingin mengakhirinya sekarang.” Ucap Ji Ho dengan yakin. Se Hee kaget dan keduanya saling menatap.
“Kata-kata selalu...lebih lambat dari hati.” Gumam Se Hee yang tak bisa mengungkapkan perasaanya lebih dulu.
Bersambung ke episode 15

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

3 komentar: