PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 10 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 26


PS : All images credit and content copyright : SBS
Jaksa Park pikir  tidak penting merekam bagaimana kegiatan tugas malam, karena Hong Joo akan menghabiskan dua hari lagi disini. Hong Joo mengaku ingin pulang hari ini, Tapi bosnya ingin ia merekam apapun yang terjadi di kejaksaan jadi terpaksa harus mengikuti perintahnya. Aku terpaksa.
“Jaksa Son... Siapa yang tugas malam hari ini?” tanya Jaksa Park melihat Jaksa Son
“Seharusnya Jaksa Lee, tapi dia bertukar dengan Jaksa Jung.” Kata Jaksa Son. Jaksa Park terlihat panik.
“Dari sekian orang, kenapa dia bertukar... dengan anak baru itu? Apa Kau bisa menggantikannya?” bisik Jaksa Park
“Aku ada rencana.” Ucap Jaksa Son. Jaksa Park pun bertanya bagaimana dengan Hee Mi
“Katanya dia juga ada rencana malam ini. Percayalah kepadanya dan biarkan dia yang melakukannya. Jaksa Jung sudah banyak berusaha.” Ucap Jaksa Park
“Aku tahu dia sudah berusaha, tapi tidak menghasilkan apapun setelah berusaha siang dan malam.” Pikir Jaksa Park, Hong Joo seperti bisa tersenyum karena akhirnya bertemu dengan Jae Chan. 

Di ruangan
Jae Chan kaget mengetahui Hong Joo yang  akan merekamnya saat tugas malam hari ini, lalu ingin menolaknya tapi akhirnya memilih untuk menyetujuinya.  Setelah menutup telp wajahnya mulai panik membereskan semua berkas dibelakang mejanya. Tuan Choi bertanya apakah ada yang akan datang karena mereka sudah selesai dengan penyidikan hari ini.
“Dia akan kemari untuk merekamku tugas malam hari ini! Asisiten Moon, tolong sembunyikan dokumen ini di ruangan Jaksa Lee.” Kata Jae Chan mengambil trolly. Hyang Mi binggung kenapa ia harus melakukanya.
“Aku akan terlihat memiliki banyak kasus tidak selesai, itu akan membuatku tampak payah.” Kata Jae Chan.
“Jangan berlebihan. Bersikaplah seperti biasa.” Pikir Tuan Choi

“Maka aku akan mempermalukan seluruh kejaksaan.” Kata Jae Chan. Hyang Mi pikir paling tidak Hong Joo pasti tahu.
Jae Chan lalu melihat jubah jaksanya dan mencium bau karena tidak pernah dicuci, lalu bertanya pada Tuan Choi kalau bau dari bajunya itu takkan terekam kamera. Saat itu Hong Joo sudah ada didepan pintu mengucapkan terimakasiah sudah mengizinkanya merekam hari dinas malam Jae Chan di kantor.
Jaksa Park seperti telat memberikan kode kalau sedari tadi Hong Joo sudah merekamnya. Jae Chan benar-benar kaget karena Hong Joo sudah merekam segela kepanikanya. Hyang Mi dan Tuan Choi terlihat senang karena akan masuk TV juga. 


Di kantor polisi
Woo Tak dan Petugas Oh melihat si pria yang sedang di interogasi. Detektif Ko menanyakan alasan menemui Kepala Park Dae Young. Pria itu merasa sudah mengatakan dari awal, kalau Orang yang kehilangan ponsel itu memintanya mencarikan ponsel itu jadi ia mewakilinya untuk menemui orang itu.
“Disini Justru, aku korbannya.” Ucap si korban menyakinkan. Detektif Ko ingin tahuapa 10.000 dolar itu.
“Kurasa ponselnya seharga itu. Mungkin ponsel itu menyimpan kenangan berharga.” Ucap si pria.  Detektif Ko tertawa mendengar ucapan si pria
“Lalu kenapa kau membuang ponsel semahal itu ke sungai? Itu bahkan bukan ponselmu.” Kata Detektif Ko curiga
“Aku tidak membuangnya dan Sudah kubilang, ponselnya jatuh dari tanganku.” Kata si pria 

Woo Tak merasa yakin kalau Pasti ada sesuatu di dalam ponsel itu, Petugas Oh tidak percaya dengannya dan Ada yang tidak beres. Woo Tak pun ingin penasaran karena merekabahkan tak bisa menemukan ponsel itu karena dibuang ke sungai. Saat itu si pria yang mencuri ponsel diam-diam menyembunyikan sesuatu di dalam kaos kakinya. 
Polisi bertanya apakah Tuan Park tidak keberatan dengan obrolan video dengan Jaksa, Tuan Park mengatakan ingin bicara langsung dengannya dan ingin bertemu dengannya langsung. Polisi terlihat binggung karena Tuan Park ingin bertemu langsung dengan jaksa. 

Hong Joo seperti agak canggung karena sedari tadi Jaksa Park berdiri disampingnya. Jae Chan pun bertanya apakah Jaksa Park tidak pulang. Jaksa Park pikir Jangan pedulikan padanya dan Anggap saja tidak disini lalu Jae Chan lakukan pekerjaannya.
“Kau bisa Santai saja. Jangan pedulikan aku.” Ucap Jaksa Park. Tapi Jae Chan seperti juga merasa tak enak kalau direkam dengan Jaksa Park melihatnya. Akhirnya Jaksa Park pun keluar dari ruangan, tapi berdiri di pintu karena sangat khawatir dengan juniornya. 

“Apa tugas utama yang harus ditangani saat Anda tugas malam?” tanya Hong Joo
“Kami biasanya menangani tugas yang terkait penangkapan tersangka, seperti meninjau pengajuan surat penangkapan dari polisi.” Ucap Jae Chan dengan gaya dibuat keren.
Saat itu ponsel berdering, Jae Chan dengan bangga mengangkat dengan mengatakan “  Ini Jung Jae Chan dari Divisi Tiga Tindak Pidana.” Lalu mencoba memutar bangku seperti gaya bos mengangkat telp tapi malah membuatnya terjatuh.
Kamera Hong Joo masih merekam, Jaksa Park yang melihatnya hanya bisa menghela nafas karena nasib divisinya bisa hancur. Setelah Jae Chan berdiri, Hong Joo kembali merekam bertanya  Apa ada yang akan datang. Jae Chan dengan menahan rasa sakit, berbicara ditelp menyuruh agar datang saja. 

Tuan Park berjalan masuk dengan bertanya pada Tuan Choi Siapa nama jaksanya, karena berharap baik dan pengertian. Sebelum masuk ruangan, dengan sengaja menempelkan berkas permen karet didepan pintu. Jaksa Park melihat Tuan Park masuk ruangan seperti mengingat-ngingat sesuatu.
“Dia dicurigai sebagai residivis pencurian ponsel. Polisi telah mengeluarkan surat penangkapan karena dia bisa saja kabur atau merusak barang bukti.” Ucap Jae Chan berbicara dengan gagah didepan kamera. Hong Joo bertanya siapa pria itu.
“Kami biasanya mewawancara tersangka lewat telepon atau panggilan video, tapi dia ingin bicara langsung, jadi, kini dia sedang menuju kemari.” Ucap Jae Chan.
“Anda akan mewawancarainya disini sebelum memutuskan akan meminta surat penangkapan atau tidak, 'kan?” kata Hong Joo . Jae Chan membenarkan.
Tuan Choi memberitahu kalau Tuan Park sudah datang. Jae Chan pun menyuruh Tuan Park duduk karena mendengar  sangat ingin menemuinya secara langsung. Tuan Park membenarkan dan Jae Chan melihat berkas  "Surat Penangkapan atas Kasus Pencurian Park Dae Young"
“Anda dan asisten kepala jaksa kami memiliki nama yang sama.” Kata Jae Chan. Jaksa Park pun akhirnya mengingat pria itu bernama  Park Dae Young.
“Yah.... Benar. Dia mempermalukan namaku.” Keluh Jaksa Park karena residivis memiliki nama yang sama denganya.
“Anda mungkin tidak memercayaiku, tapi dulu aku pegawai sipil sepertimu. Lalu suatu hari, adikku terkena masalah, dan aku kehilangan semua uangku saat berusaha membebaskannya. Setelah itu Istriku juga meninggalkanku. Aku memiliki seorang putri, tapi dia kecelakaan mobil saat usia 9 tahun, dan mengalami cedera punggung. Dia bahkan tak bisa minum tanpa bantuanku.” Cerita Tuan Park
“Lalu, saat ini apa dia di rumah sendirian?” tanya Jae Chan. Jaksa Park yang melihatnya tak percaya kalau Jae Chan sudah tertipu.
“Tak ada pekerjaan di negara ini yang bisa kujalani, sambil merawat putriku yang sakit. Karena itu aku mencuri ponsel. Aku tahu bahwa tidak pantas dimaafkan. Aku akan bekerja sama dalam penyidikan dan persidangan dengan baik, jadi, tolong... Tolong jangan... menangkapku, Pak.” Ucap Tuan Park sambil menangis.
“ Putriku, Joo Kyung... Dia bisa mati jika aku tak ada. Dia pasti sedang melipat kertas, menungguku pulang membawa panekuk manis. Dia berpikir jika dia membuat 10.000 buah, Dia percaya akan bisa berjalan jika membuat 10.000 buah.” Cerita Tuan Park yang terus menangis. 

“Hei.. Ini sudah satu dekade, tapi ceritamu belum berubah. Dia berbohong, jangan tertipu. Sekarang Minta surat penangkapan.” Ucap Jaksa Park tiba-tiba masuk
“Pak Kepala, Apa Anda mengenal pria ini?” tanya Jae Chan binggung. Tuan Park mengaku sangat mengenalnya.
“Si berengsek ini, bahkan satu dekade lalu...” ucap Jaksa Park tak bisa menahan emosi. Tuan Choi mengingatkan Jaksa Park bahwa Kamera masih menyala.
“Reporter Nam, tolong sunting itu. Pria ini melakukan pencurian yang sama 10 tahun lalu, dan aku meminta surat penangkapan untuknya. Seakrang Teruskan dan minta surat penangkapannya.” Ucap Jaksa Park
Jae Chan ingin tahu apakah putri Tuan Park benar-benar sendirian saat ini. Tuan Park membenarkan. Jaksa Park terlihat kesal dengan sikap juniornya. 

Akhirnya keduanya bertemu di ruang kontrol. Jaksa Park terlihat kesal, meminta Jae Chan  Jangan seperti jaksa amatir, kalau sudah terlihat dengan jelas bahwa Tuan Park yang berbohong. Ia sudah tahu kalau  10 tahun lalu, berkata putrinya berusia sembilan tahun.
“Apa dia tidak menua? Memangnya dia melawan waktu?” ucap Jaksa Park keasl
“Aku tidak berkata akan melepaskannya. Aku hanya ingin ke rumahnya dan memastikan.” Ucap Jae Chan.
“Kau hanya butuh lima menit untuk melakukan hal seperti ini. Kenapa kau membuatnya menjadi dua jam? Yang kau lakukan saat ini seperti yang dilakukan dukun. Kau seperti dokter bodoh yang menghabiskan berjam-jam memasang perban pada pasien yang hanya luka di lututnya saat korban kecelakaan sedang sekarat di ruang UGD. Kau selalu terjebak dengan tipuan tersangka, dan membuang waktu. Maka Tidak heran kasusmu banyak yang tidak selesai. Sekarang Tak ada lagi alasan. Cepat minta surat penangkapan!” ucap Jaksa Park marah. 

Jae Chan tak melawan memilih untuk membungkuk lalu keluar dari ruangan, Hong Joo sudah menunggu di depan ruangan dengan tatap sedih.  Jae Chan terlihat merasa sedih karena Hong Joo menndengar ia terkena omelan atasnya. Hong Joo pun menanyakan keadaan Jae Chan. Jae Chan mengaku baik-baik saja lalu bergegas pergi dengan wajah kecewa.
“Jaksa Jung jarang dimarahi seperti ini... Bagaimana, aku menjelasknya?.. Ini sangat jarang terjadi, jadi, jangan terlalu kecewa.” Jelas Tuan Choi mencoba agar jangan salah mengira dengan Jae Chan.
“Penyidik Choi... Apa menurutmu dia pantas dimarahi seperti itu hanya karena tertipu? Maksudku, memercayai orang bukanlah hal buruk.” Kata Hong Joo merasa tak ada yang salah dengan sikap Jae Chan. 

Tuan Oh turun dari mobil merasa kalau Sedikit berlari tadi sudah membuatny lapar dan mengajak Woo Tak untuk memesan ayam goreng. Woo Tak masih penasaran memastikankalau Tuan Oh sudah tahu, Tuan Oh bertanya tahu mengenai apa.
“Bahwa aku...buta warna.” Kata Woo Tak. Tuan Oh membenarkan kalau sudah mengetahuinya.
“Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Itu bisa menjadi alasan pemecatan.” Kata Woo Tak heran
“Apa Kau berbohong saat bergabung dengan kesatuan?” tanya Petugas Oh. Jae Chan mengatakan tidak tapi ada kesalahan dengan tesnya.
“Kalau begitu, tidak masalah... Kau sudah bergabung, jadi, jangan khawatirkan itu. Takkan ada yang terjadi jika aku tetap menutup mulutku.” Kata Tuan Oh. Woo Tak merasa tak enak hati.
“Aku tanya, Siapa yang menangkap pria yang berusaha kabur hari ini? Aku atau dirimu? Memang sulit dipercaya, tapi masalah penglihatanmu itu, tidak sebanding dengan ini jika menyangkut pantas dipecat. Aku terlalu lamban untuk bekerja sebagai polisi.” Ucap Petugas Choi yang menunjukan perut tambunnya. Woo Tak bisa sedikit bernafas lega, Tuan Park pun mengajak Woo Tak masuk dan berpikir untuk tak jadi makan ayam goreng hari ini.


Di sebuah rumah bertuliskan spanduk “PANEKUK MADU EUN JI”. Hong Jo datang memesan kue pada nenek dengan uang 2 ribu won. Sementara Jae Chan pergi dengan membawa sebuah alamat, lalu didepan rumah Tuan Park mengedor pintu  bertanya apakah anak Tuan Park ada didalam.
Seorang bibi keluar dari sebelah rumah, bertanya siapa yang datang. Jae Chan pun menyapa tetangga Tuan Park, bertanya apakah tahu pria yang tinggal disini. Si bibi mengaku tahua karena sering memberinya kimchi. Jae Chan pun berpikir kalau si bibi juga kenal putrinya.
“Kau bilang Putrinya? Kau pasti salah alamat... Dia tinggal sendiri.” Ucap Si bibi. Jae Chan kaget ternyata Tuan Park berbohong padanya. 


Jae Chan duduk lemas di tangga, merasa sangat aneh dengan Tuan Park yang terdengar tulus dan ingin tahu alasanya berbohong. Ia pun hanya bisa mengumpat kesal karena harus bicara pada Jaksa Park setelah datang ker rumah Tuan Park. Hong Joo tiba-tiba sudah duduk disamping Jae Cahn.
“ Bagaimana kau tahu aku disini? Ah... Kau pasti memimpikan aku lagi.” Pikir Jae Chan.
“Tidak, aku bahkan tidak perlu bermimpi lagi. Kini aku bisa membacamu dengan mudah. Firasatku mengatakan kau disini.” Kata Hong Joo menawarkan kue yang baru dibelinya.
“Tidak, aku tidak berselera.” Kata Jae Chan yang masih kesal. Hong Joo tahu kalau Tuan Park itu pasti tidak punya putri dan sudah membohonginya. Jae Chan membenarkan.
“Aku pasti tampak sangat menyedihkan hari ini. Aku tertipu oleh tersangka dan dimarahi oleh Kepala Park. Tapi Sunting bagianku hari ini. Aku tidak ingin mempermalukan seluruh divisi.” Ucap Jae Chan malu.
“Aku bertanya kepada nenek penjual panekuk ini disana. Pria itu memiliki putri 10 tahun lalu. Gadis 9 tahun yang cedera punggung karena kecelakaan mobil. Dia tak bisa merawat putrinya dengan bekerja sebagai tukang pos.” Cerita Hong Joo yang membuat Jae Chan terdiam. 


“Kurasa karena itu dia berhenti dan mulai mencuri ponsel. Lalu dia tertangkap. Putrinya di rumah sendirian dan akhirnya diselamatkan, tapi dia meninggal saat ayahnya di penjara. Sejak saat itu, dia sendirian.”
Di rumah Tuan Park, terlihat foto dengan anak dan istrinya lalu masih tersimpan origami yang dibuat anaknya.  Hong Joo pikir jika Tuan Park  bertemu jaksa seperti Jae Chan bukan Kepala Park 10 tahun lalu, maka putrinya mungkin masih hidup. Jae Chan hanya bisa terdiam seperti tak percaya.
“Jangan khawatirkan ini. Aku akan menyunting bagianmu dan tidak membiarkan orang melihat. Jika ini disiarkan, semua wanita di dunia akan jatuh cinta kepadamu. Aku tak bisa membiarkan itu.” Ucap Hong Joo dan Jae Chan tiba-tiba memberikan ciuman pada Hong Joo
“Wah, ini sangat manis... Sekarang Berikan aku satu.” Kata Jae Chan seperti memiliki nafsu makan kembali. Hong Joo pun memberikan pada Jae Chan.
Jae Chan makan kue sambil mengengam tangan Hong Joo, lalu tersadar kalau dijarinya sudah memakai cincin. Hong Joo berpura-pura kalau Jae Chan yang baru melihatnya dengan mengejek kalau ada yang salah dengan matanya. Jae Chan mengucapkan Terima kasih. Keduanya bisa menikmati malam berdua saja. 


Tuan Park berbicara dengan teman-temanya di sel tahanan, Jae Chan datang memanggil Park Dae Young. Tuan Park mendekati ingin tahu dengan nasibnya sekarang Apa bisa bebas dan bersama putrinya. Jae Chan mengatakan sudah meminta surat penangkapan dan Interogasi pra-penahananmu akan dilakukan hari ini.
“Yah.. Matilah ku... Padahal, aku berharap kau membantuku. Apa yang aku pikirkan?” keluh Tuan Park dengan wajah kecewa kembali duduk.
“Aku ke rumahmu semalam... Putrimu tak ada disana.” Ucap Jae Chan.
“Apa Karena itukah kau meminta surat penangkapan? Karena kau tersinggung aku berbohong kepadamu?” kata Tuan Park terlihat kesal.
“Aku sudah mendengar soal putrimu 10 tahun yang lalu. Mereka seharusnya menolongmu saat kau ditangkap waktu itu, tapi mereka tidak menolongmu. Aku tahu percuma saja  meminta maaf mewakili mereka, tapi aku tetap ingin meminta maaf kepadamu.” Ucap Jae Chan membungkuk meminta maaf.
Tuan Park memanggil Jae Chan sebelum pergi mengaku kalau menggunakan putriku sebagai alasan dan menangis enam kali hanya untuk menghindari penangkapan, tapi hanya Jae Chan sebagai jaksa yang datang ke rumahnya. Ia lalu mengeluarkan USB dari kaos kakinya.
“Aku ingin memberimu sesuatu untuk menunjukkan rasa terima kasihku.” Ucap Tuan Park. Jae Chan binggung apa yang diberikanya.
“Aku tidak tahu itu apa, tapi pasti ada sesuatu yang sangat penting di dalamnya.” Kata Tuan Park. Jae Chan ingin tahu Seperti apa.
“Mana kutahu? Dan Tugasmu adalah mencaritahunya.” Kata Tuan Park. 


Jae Chan melihat isi USB yang diberikan Tuan Park dengan banyak foto. Tuan Choi bertanya apakah ini file  dari ponsel senilai 10.000 dolar itu Jae Chan membenarkan kalau pemiliknya rela mengeluarkan 10.000 dolar demi ponsel itu pasti berisi informasi yang nilainya lebih dari itu. Hyang Mi merasa kalau Jae Chan tertipu lagi.
“Setiap hari. Seolah-oleh setiap hari adalah April Mop.” Keluh Hyang Mi
“Kita tidak pernah tahu. Jika ada sesuatu, aku bisasegera menyelidikinya, 'kan?” kata Jae Chan terus melihat isi file
“Menyadari kasus bukan berarti kau bisa mulai menyelidikinya. Prosedurnya sangat rumit. Jangan membuat pekerjaan sendiri dan Kerjakan saja kasus yang sudah ada.” keluh Tuan Choi
“Lalu Apa ini? Yang kulihat hanya foto anjng dan makanan. Informasi apa ini ?” pikir Jae Chan heran
“Mungkinkah ini informasi rahasia sebuah perusahaan? Dari mata-mata perusahaan.”kata Hong Joo datang dengan kameranya.

Jae Chan panik menghalangi Hong Joo agar tak merekam, Hong Joo pikir kalau Jae cahn bahkan tidak sedang menyelidikinya. Jae Chan tetap melarang Hong Joo kalau tidak boleh merekamnya dan menyuruh agar merekam Hyang Mi saja karena tampak menawan hari ini.
“Hei.. Bukankah kau kemari untuk mewawancarai Jaksa Shin? Sedang apa kau di ruangan kami?” kata Hyang Mi sementara Tuan Choi sibuk melihat kembali isi file ponsel 10ribu dollar.
Tuan Choi tiba-tiba terdiam melihat isi file dengan wajah-wajah orang-orang mengunakan pakaian rumah sakit. Jae Chan pun bertanya ada apa dengan Tuan Choi karena terlihat terkejut. Tuan Choi tahu aklau Ini foto-foto pasien dan berpikir kalau Pemilik ponsel itu seorang dokter.
“Kenapa? Ada yang kau kenal?” tanya Jae Chan. Tuan Choi memberitahu kalau Mereka adalah korban. Jae Chan ingin tahu korban apa maksudnya. “Kasus pembunuhan berantai cairan infus.” Ucap Tuan Choi. Semua terlihat kaget. 


Si pria yang mengambil ponsel berbicara di telp kalau tak perlu  khawatir karena sudah membuang ponsel itu ke sungai jadi tak mungkin polisi akan menemukannya dan tidak perlu mencemaskan polisi karena sudah mengatakan kalau tidak mengenalnya.
“Ya, semua akan baik-baik saja.” Ucap Si pria lalu masuk rumah kontainernya
“Kenapa ada foto-foto korban disini?” tanya Jae Chan binggung. Hyang Mi pikiritu dari ponsel Myung Yi Suk. Hong Joo yakin Tidak mungkin. Karena Tuan Myung dipenjara setahun lalu.
“Totalnya ada berapa pasien?” tanya Tuan Choi. Jae Chan. menjawab  Ada 19 pasien dari file dalam ponsel.
“Apa 19 pasien itu korban kasus pembunuhan berantai?” tanya Jae Chan.  Tuan Choi dengan wajah gugup mengatakan hanya 11.
Hong Joo pun bertanya siapa delapan sisanya, Hyang Mi merasakan tubuhnya langsung merinding karena takut berpikir Delapan sisanya pasti masih hidup. Hong Joo penasaran dengan artinya berpikir kalau Myung Yi Suk memiliki kaki tangan Atau pembunuh sebenarnya adalah orang lain. Jae Chan pikir harus bertemu pemilik ponsel ini lebih dulu.

“Jangan khawatir. Kenapa mereka berusaha mencariku? Aku memberitahu  Mereka tidak beralasan untuk melakukan itu. Aku tidak berbuat salah. Kenapa mereka...” ucap si pria masuk rumah kaget melihat seseorang sudah ada di dalam kontainer karena tidak tahu kau disini.


Jaksa Park melihat isi file yang diberikan Jae Chan dan kembali marah karena  membuka isi ponsel curian itu, menurutnya lebih bak Kerjakan kasus yang belum selesai jika punya waktu luang. Jae Chan mengatakan kalau ini sangat penting.
“Pria itu menawarkan 10.000 dolar demi mendapatkan ponsel itu kembali. Ponsel itu berisi foto korban pembunuhan berantai. Tampaknya seseorang mengambil foto-foto itu sebelum korban meninggal. Orang itu mungkin saja kaki tangan atau pembunuh sebenarnya.” Jelas Jae Chan.
“Residivis itu yang memberikannya kepadamu, 'kan? Sudah kubilang, dia sering berbohong. Bahkan 10 tahun yang lalu...” ucap Tuan Park dan langsung disela oleh Jae Chan.
“Putrinya benar meninggal 10 tahun yang lalu. Aku sudah memastikannya. Dia bilang putrinya sakit, tapi seorang jaksa menganggap itu bohong, bahkan tidak mengeceknya. Lalu Dia memohon, tapi mereka tidak mengizinkannya. Itu yang terjadi. Aku tidak ingin menjadi jaksa seperti itu.” Tegas Jae Chan. Tuan Park sempat terdiam.  Hong Joo berusaha mengetahui yang terjadi didalam ruangan, Sek Tuan Park berusaha menghalanginya.  


Tuan Choi berjalan dengan wajah gugup dan panik mengingat ucapan Yoo Bum saat di interogasi “Itu bisa saja dimanipulasi. Jika jaksa itu dan pihak forensik bersekongkol dan mengarang, sejumlah dokumen yang menyatakan darah Yoo Soo Kyung tidak ditemukan, membebaskannya akan mudah.”
“Apa pemalsuan itu mungkin?” tanya Woo Tak saat di interogasi
“Jaksa memiliki kuasa dan cara untuk melakukan itu.” Kata Yoo Bum dengan yakin.
Tuan Choi sudah masuk lobby, Yoo Bum baru saja keluar lift melihat Tuan Choi bertanya Ada apa kau kemari karena tak menyangka akan datang ke kantornya. Tuan Choi berusaha menahan amarah membahas kasus Myung Yi Suk.
“Apa Kau memanipulasi barang buktinya? Jawab aku!” ucap Tuan Choi marah. Yoo Bum mengerutkan dahi karena hari itu selalu bersama dengan Tuan Choi. 

Hong Joo datang ke kantor polisi mencoba menahan tawa melihat Doo Hyun yang berkerja dengan baju hamil. Doo Hyun terlihat sangat marah karean memanggilnya. Hong Joo merasa kalau Doo Hyun sangat cocok dengannya.
“Bukankah kau dekat dengan Detektif Ko di Polsek Hangang?” ucap Hong Joo. Doo Hyun mengangguk dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu.
“Kau ingat pria yang tertangkap bersama pencuri ponsel itu, 'kan? Polisi mengira dia penadah ponsel curian.” Kata Hong Joo. Doo Hyun menjatuhkan berkas tapi tak bisa membungkuk mengambilnya.
“Sayang, aku akan baik kepadamu mulai sekarang.” Ucap Doo Hyun mencoba meminta tolong pada Hong Joo.
“Bisakah kau mencarikan alamatnya untukku?” kata Hong Joo.Doo Hyun mengatakan kalau tidak sulit, tapi...
“Sayang, aku mencintaimu.” Kata Doo Hyun tak bisa mengambilnya. Hong Joo dengan mudah mengambilnya.
Hong Joo mengatakan ingin mengecek sesuatu. Doo Hyun ingin tahu mengecek sesuatu. Doo Hyun ingin tahu mengecek masalah apa.  Hong Joo mengatakan ingin menunjukkan kepadanya bahwa Jae Chan tidak ditipu.

Jae Chan melihat berkas dan akan keluar ruangan. Hyang Mi bertanya mau kemana Jae Chan karena mereka ada makan malam tim hari ini. Jae Chan merasa tak bisa ikut, karena harus melakukan riset. Hyang Mi bertanya Kenapa melakukan riset setelah jam kerja.
“Karena Kepala Park tidak mengizinkanku menyelidiki itu sebagai kasus. Aku hanya bisa menyelidikinya setelah jam kerja. Jadi Aku akan ke luar untuk melakukan penyelidikan.” Kata Jae Chan. Hyang Mi hanya bisa melonggo.
Hong Joo berjalan mendekati ruang kontainter bertanya-tanya  Apa ini tempatnya, lalu memberanikan diri masuk. Tapi saat itu kaget melihat Jae Chan sudah ada didalam, Jae Chan pun kaget melihat Hong Joo yang datang ingin tahu kenapa ia datang
“Aku kemari untuk menemui pemilik ponsel itu. Apa  Kau juga?” tanya Hong Joo
“Ya... Kurasa dia akan sulit ditemukan... Orang yang tahu keberadaannya sudah meninggal.” Kata Jae Chan melihat pria yang sudah terbaring di atas tempat tidurnya. Hong Joo melonggo kaget 

Tiba-tiba seorang mengunci dari luar,  keduanya pun panik mencoba membuka pintu. Jae Chan mencoba mendobraknya, saat itu cairan masuk ke dalam ruangan, Jae Chan menciumnya ternyata itu cairan bensin. Api pun menjalar masuk, Jae Chan berusaha keluar dengan memecahkan bagian jendela. Mereka mulai kehabisan nafas dan terus berbatuk, seseorang berlari di jalan ke tempat kontainer.
“Apa hal seperti itu pernah terjadi kepadamu? Seolah-olah kau kembali hidup setelah nyaris mati.” Tanya Woo Tak
“Aku juga pernah merasakannya. Saat aku masih sangat muda. Aku tenggelam.” Ucap Jae Chan.
Lalu Hong Joo mengatakakan pada si paman  tidak membencinya tapi bersyukur karena masih hidup. Hong Joo dan Jae Chan tak berdaya dengan saling berpelukan dalam kobaran api. Seorang terus memcoba membuka pintu mengunakan batu.
“Aku sangat bersyukur kepadamu karena perasaan itu. Aku berpikir, "Aku bisa saja mati. Jadi Aku ingin bisa membalas budi kepadanya." Pikiran itu pasti yang memulai mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi yang menunjukkan masa depan orang yang menolong kita.” Jelas Woo Tak. 

Saat pintu terbuka, Jae Chan kaget melihat wajah samar-samar Tuan Choi yang masuk. Akhirnya Tuan Choi menyelamatkan keduanya keluar dari kontainer dan juga si pria yang ada didalam ruangan. Ia berjalan kearah Jae Chan dan Hong Joo untuk mengetahui keadaanya.
“Jaksa Jung.... Reporter Nam... Apa Kalian bisa mendengarku?.. Apa Kalian bisa mengenaliku?” ucap Tuan Choi menahan tangis. Jae Chan bisa mengenalinya
“Syukurlah... Aku sangat lega.... Syukurlah, kalian masih hidup.” Ucap Tuan Choi sambil menangis memeluk keduanya. Jae Chan dan Hong Joo sama-sama menepuk punggung Tuan Choi agar tenang. 

Flash Back
Polisi melihat Jae Chan berpikir akan menginterogasinya. Tapi Tuan Jung ingin Jae Chan menjawab pertanyaanya. Jae Chan mengaku sudah  memanipulasi buku rapor itu, karena Yoo Bum bilang bisa menaikkan bayarannya jika melakukan itu dan membagi hasilnya menjadi dua.
“Dasar Anak Nakal. Kenapa berbohong soal nilaimu? Ayahmu membanggakanmu karena nilaimu naik.”ucap si petugas polisi memaahi Ja Chan. Terlihat nama dibajunya adalah "Choi Dam Dong" yaitu Tuan Choi sebagai penyidik dalam kejaksaan.
Bersambung ke episode 27

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar