PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 21 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 13 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
“Dalam novel "To Room 19"...,kamar tersembunyi milik karakter utama akhirnya ketahuan oleh suaminya. Dan wanita itu berbohong pada suaminyaa kalau dia berselingkuh.”
Ji Ho duduk di halte bus melihat buku ditanganya sambil bergumam.
“Aku saat itu berumur 20 tahun dan tidak bisa memahami karakter si istri. Apakah keberadaan kamar itu lebih penting daripada berbohong tentang perselingkuhan?”
Flash Back
Soo Ji mengaku mengerti Karena jika orang tahu tentang kamar itu, maka orang pasti akan menganggap kamar itu tak penting. Ji Ho masih tak mengerti kenapa wanita itu harus berbohong kalau dia selingkuh. Soo Ji mengambil buku Ji Ho dan membacanya.
"Selama bertahun-tahun, aku telah menghabiskan waktuku di kamar hotel yang kotor. Tempat itu membuatku bahagia. Sebenarnya, aku tidak ada apa-apanya tanpa kamar itu.”Dia menyadari bahwa saat  mengucapkan hal seperti itu, suaminya pasti akan takut." Apa Kau tidak mengerti?” ucap Soo Ji. Ji Ho menganguk.
“Jadi artinya lebih mudah menjadi gila daripada menjelaskan hal yang tidak bisa dipahami orang. Sebenarnya, lebih mudah seperti itu. Lebih baik menggila daripada menyedihkan.” Ucap Soo Ji
“Kenapa aku menjawab seperti itu pada wanita CEO tadi itu? Saat dia bertanya padaku apa aku masih menulis...kenapa...aku menjawab sudah menikah?” gumam Soo Ji lalu bus berhenti dan melihat Se hee sudah ada didalamnya. 


Ho Rang duduk ditaman sendirian sambil menangis, Won Seok datang melihat Ho Rang menangis, berpikir kalau lebih baik bicara lain kali saja. Ho Rang buru-buru menghapus air matanya mengaku tidak menangis dan tidak akan menangis.
“Apa Kau sudah memikirkannya?” tanya Won Seok. Ho Rang mengaku kalau dirinya salah.
“Apa salahmu?” tanya Won Seok. Ho Rang menjawab kalau sebelumnya  Berteriak dan Marah pada pada Won Seok.
“Aku menyusahkanmu saat kau membelikanku sofa. Dan... Aku terus memohon padamu untuk menikahiku. Dan juga...”ucap Ho Rang langsung disela oleh Won Seok.
“Lalu apa bedanya? Kalau kita bertemu lagi, Apa kau yakin takkan memohon ingin menikah lagi?” ucap Won Seok terlihat benar-benar marah .
“Jika kau tidak suka itu..., maka aku tidak akan memohon lagi.” Ucap Ho Rang
“Bukan itu masalahnya! Tapi Kau itu hanya ingin menikah. Kenapa kau menyembunyikan keinginanmu hanya karena aku?” kata Won Seok.
“Aku tidak menyembunyikannya. Aku ingin menikah denganmu, makanya...” ucap Ho Rang kembali disela oleh  Won Seok.
“Apa Kau ingin menikah denganku? Apa kau yakin bisa bilang begitu?” kata Won Seok. Ho Rang binggung tiba-tiba Won Seok mengatakan hal seperti itu.
“Kau pernah bicara dengan pria lain. Aku membacanya, obrolanmu dengan pria lain di aplikasi kencan kami.” Ucap Won Seok.
Ho Rang mengatakan kalau itu hanya main-main saja dan cuma mengunduh aplikasi karena Won Seok  kerja di perusahaan itu lalu ada orang yang ajak kenalan. Won Seok marah karena Ho Rang berbicara dengan Pria itu. Ho Rang menyakinkan kalau cuma main-main saja dan tidak ada artinya.
“Tentu itu ada artinya. Kau ingin menikah. Kau berbicara dengan pria yang tengah mencari wanita untuk dinikahi. Dan Apa kau bilang itu juga masih tidak ada artinya?” ucap Won Seok. Ho Rang menyakinkan kalau bukan seperti itu.”
“Tapi itu memang berarti sesuatu. Bagaimana hubungan kita beberapa bulan terakhir ini? Kau terus memohon ingin menikah Dan aku selalu menghindarinya. Kau selalu memaksaku. Aku tidak bisa memuaskanmu. Jadi Begitulah adanya. Lalu  jawabanmu ke pria itujuga bagian dari perasaanmu. Kuharap kau bisa jujur dengan apa isi hatimu.” Ungkap Won Seok mengeluarkan semua amarahnya. 
“Cukup sampai di sini saja... Aku juga capek Kalau kau tidak di rumah, akan kuangkut barang-barangku.” Kata Won seo lalu berjalan pergi. Ho Rang tiba-tiba berlari dan langsung meluk Won Seok dari belakang


“Jangan, Won Seok... Jangan pergi... Tolong jangan pergi. Aku Mana bisa aku hidup tanpamu? Bagaimana aku bisa hidup sendiri? Aku tidak bisa... Mana bisa aku masuk ke rumah tanpamu? Tolong jangan pergi. Kalau tak ada kau, maka aku akan mati.” Ungkap Ho Rang. Won Seok melepaskan tangan Ho Rang.
“Kalau aku tak ada pun, kau juga takkan mati. Kau pasti akan segera melupakanku dan akan baik-baik saja.” Ungkap Won Seok lalu berjalan pergi tanpa memperdulikan Ho Rang. Ho Rang terdiam melihat Won Seok yang benar-benar sangat dingin. 

Ji Ho dan Se Hee duduk ditempat yang sama. Se Hee pun menanyakan keseharian Ji Ho di cafe. Ji Ho pikir harinya seperti hari-hari lain biasanya dan bertanya balik pada Se Hee. Se Hee mengaku  Harinya juga biasa saja.
“Sebenarnya, ada yang terjadi padaku. Ada seorang CEO perusahaan produksi datang menemuiku. Sebuah perusahaan produksi drama. Dia datang ingin memintaku bekerjasama dengannya.” Cerita Ji Ho mengeluarkan kartu namanya dan memberikan pada Se Hee.
“Jadi apa kau ingin bekerja lagi?” tanya Se Hee. Ji Ho mengatakan bukan seperti itu.
“Aku hanya tidak tahu apa yang kuinginkan.” Kata Ji Ho melihat tatapan Se Hee pasti berpikir kalau namanya itu  nama pria.
“Apa dia ini wanita?” tanya Se Hee. Ji Ho membenarkan, menurutnya Jung Min wanita yang kuat.
“Dia kuat seakan dia tidak akan menyakiti orang lain tapi orang yang bisa melindungi. CEO itu bukan seperti kebanyakan orang. Walau namanya, nama orang kebanyakan.” Jelas Ji Ho. Se Hee pikir itu benar klalu Ini nama yang biasa. Ponsel Ji Ho berdering dan wajahnya langsung terlihat kaget. 



Ji Ho sampai di atap melihat Ho Rang hanya duduk diluar dengan selimutnya. Soo Ji memberitahu Ho Rang duduk seperti ini di taman dan membawanya ke sini, bahkan tidak bisa jalan kaki karena kakinya tak kuat jalan. Ji Ho memanggil Ho Rang mengajak untuk masuk istirahat. Soo Ji juga khawatir kalau Ho Rang bisa sakit.
“Aku tidak bisa masuk ke kamar itu. Aku tidak bisa.” Ucap Ho Rang. 

Se Hee masuk ke dalam cafe melihat Won Seok sudah mabuk dan Sang Goo menemaninya. Won Seok melihat Se Hee datang dengan bangga kalau memang yakin, apabila menelp maka Se Hee akan datang.  Se Hee bertanya Apa dia banyak minum. Won Seok membenarkan.
“Ayo kita minum, mentorku.” Ucap Won Seok. Sang Goo binggung kenapa Won Seok menganggap Se Hee mentonya.
“Kau bukan mentorku lagi... Tapi Se Hee Hyung.” Kata Won Seok.
“Memang dia bilang apa?... Hei.. Nam Se Hee.. Kau bilang apa ke dia?” kata Sang Goo heran.
“Se Hee Hyung bilang aku harus jujur.” Kata Won Seok. Se Hee seperti ingat yang dikatakan ketika ada diatap “Semua subjek dalam kalimatmu semua itu kau, Won Seok. Tak ada orang lain sebagai subjek dalam kalimatmu.
“Jadi aku mengubah subjek pembicaraan dalam kalimatku.” Kata Won Seok.
“Ho Rang tersenyum karena aku. Mungkin dia dan aku. seperti garis sejajar yang takkan pernah bertemu. Ho Rang... bahagia karena aku.” Kata Won Seok.
Flash Back
Saat itu di cafe Ho Rang berkomentar  kalau menunggu 5 tahun lagi, maka ia pasti sudah 35 tahun dan mereka harus berkencan selama 12 tahun.
“Ho Rang tidak bisa hidup tanpaku.”
Won Seok melihat pesan yang dikirimkan oleh si pria  [Bagaimana akhir pekanmu?]
“Jadi saat aku mengganti topik pembicaraan..., jawabannya cukup sederhana. Rumus awal mendapatkan jawabannya memang sudah salah dari awal. Selama tujuh tahun..., aku telah memilih jalan yang hanya membuatku bahagia.” Cerita Won Seok terus mabuk dan dua pria yang ada didepanya hanya menatap diam. 



Ho Rang akhirnya tertidur. Soo Ji berdiri sambil memandang pemandangan dari atap gudu merasa Hidup ini terlalu panjang dan Ada terlalu banyak hal yang tidak diinginkan. Ji Ho membenarkan , karena semuanya akan lebih parah. Soo Ji melihat Ji Ho juga sepertinya ada masalah hari ini.
“Ada CEO perusahaan produksi datang menemuiku. Dia ingin aku bekerja dengannya. Tapi saat dia bertanya apa aku masih menulis..., maka aku menjawab aku sudah menikah. Kenapa aku begitu?” pikir Ji Ho
“Mungkin kau malas menjelaskannya. Terkadang, pernikahan bisa jadi perisai yang bagus di masyarakat. Perisai kuat yang tidak bisa ditembus.” Kata Soo Ji
“Tapi kurasa aku pengecut saat ini.” Kata Ji Ho. Soo Ji seperti tak setuju.
“ Ada kalanya kau hanya ingin menjadi seperti orang lain. Hidup itu terkadang butuh bahu sandaran.” Pikir Soo Ji
“Soo Ji, apa kau juga mengandalkan seseorang? Siapa? Apalah CEO Ma?” tanya Ji Ho
“Aku tidak perlu mengandalkan siapa saja. Karena ada ibuku yang mendukungku. Sekarang Aku mau telepon ibuku dulu.” Kata Soo Ji penuh semangat. 




Won Seok sudah tertidur pulas setelah minum. Sang Goo mengeluh apda Won Seok yang harus bilang begitu ke bocah seperti Won Seok. Se Hee membela diri kalau Sebenarnya bukan itu yang dikatakan padanya tapi Itulah yang dikatakan Sang Goo padanya 12 tahun silam. Sang Goo telihat kaget.
Flash Back
Keduanya duduk di kursi depan, Se Hee terlihat sangat mabuk. Sang Goo menasehati kalau Semua manusia itu egois dan Itulah keserakahan untuk tidak bisa merelakan seseorang.
“Kau suka saat bersamanya... Kau ingin membuatnya bahagia. Kau merasa tidak bisa hidup tanpanya,kan? Tapi... Jung Min tidak merasakan hal yang sama. Dia tidak bahagia denganmu lagi.Walau kau tak ada, maka dia masih bisa menjalani hidup. Maka dari itu dia meninggalkanmu.” Ucap Sang Goo. 

Sang Goo tak percaya kalau membahas hal itu di cafe yang sama, dan menurutnya waktu berlalu cepat sekali. Lalu ia pun ingin tahu Apa ada hal yang tidak diketahui dari mereka berdua saat itu, karena keduanya tiba-tiba ambil cuti semester dari kampus.
“Jung Min pun tidak kuliah lagi dan menghilang. Kalau kupikir-pikir sekarang, itu agak aneh.” Kata Sang Goo
“Apa kau...sejak saat itu, pernah dapat kabar tentang dia?” tanya Se Hee. Sang Goo menjawab Tidak pernah.
“Dia memutuskan hubungan dengan semua teman kampusnya. Kurasa dengar, dia pindah ke AS.” Kata Sang Goo lalu melihat Won Seok bangun dan ingin muntah, lalu mengajaknya untuk pergi ke toilet.  Se Hee melihat kartu nama [Ko Jung Min]

Soo Ji mengajak Ho Rang pulang kerumahnya dan berpikir kalau temanya harus makan. Ho Rang menolaknya. Sang Goo tiba-tiba sudah menunggu di pintu masuk. Ho Rang pikir akan masuk lebih dulu. Soo Ji menyuruh Ho Rang tidur di ranjangnya bukan di lantai. Ho Rang menganguk mengerti dan masuk ke dalam apartement. 

Keduanya berhenti di atas jembatan, Soo Ji menanyakan keadaan Won Seok Sang Goo memberitahu kalau sudah mengurusnya. Lalu menceritaan kalau sebelumnya mengikuti ke rumahnya diam-diam, saat melihat pesan dari ibunya, karena  khawatir kalau bertemu pria lain.
“Jadi aku berlari menaiki tangga seperti orang gila, Aku seperti pecundang, kan? Seperti katamu, mungkin aku tidak tahu banyak tentang hidupmu. Aku besar dalam keluarga biasa tanpa banyak masalah. Jadi jujur saja, aku merasa kau sulit dihadapi.” Ungkap Sang Goo.
“Terkadang, kata-kata pedasmu terlalu sulit kuhadapi. Tapi kau tahu... Mungkin itu karena aku sangat menyukaimu. Kata-kata pedasmu menyakitiku di sana-sini..., dan sangat menyakitkan tapi jika kau bisa merasa nyaman menyakitiku..., aku malah senang. Itulah yang kurasakan.” Kata Sang Goo.
“Aku tidak akan mengganggu privasimu, tiba-tiba seperti hari ini mulai sekarang. Dan aku tidak akan bertindak sok tahu tentang duniamu. Tapi... kuharap kau bisa menghadapi dunia dengan semestinya. Dari yang kulihat, kau tidak pernah menghadapi dunia dengan semestinya.” Ucap Sang Goo
“Kau selalu melarikan diri atau melawan. Menggunakan perusahaan dan ibumu sebagai alasan..., lalu kau selalu menyalahkan dunia. Aku yakin kau perlu menghadapi dunia... dan mengatakan apa yang ingin kau katakan, setidaknya sekali dalam hidupmu. Dan begitu kau memulainya, maka aku siap mendukungmu. Apa Kau mengerti?” ungkap Sang Goo dengan wajah serius.
Soo Ji hanya terdiam, Sang Goo tiba-tiba memuji dirinya yang sangat  karismatik sekali bahkan sampai takut dimarahi untuk kedua kali sehari jadi memilih untuk menyelesaikan sampai disini dan pamit pergi bergegas untuk pindah ke  dalam mobilnya.
“Astaga, Soo Ji memang yang paling menakutkan sedunia.” Ungkap Sang Goo lalu bergegas pergi.
“Dia sungguh tipe orang tak terduga.” Komentar Soo Ji melihat Sang Goo dari kaca spion dengan tangan diangkat ke atas, lalu melihat boneka dibelakangnya sudah diselipkan buah apel sebagai tanpa permintaan maaf. Soo Ji pin bis tersenyum. 

“Setiap orang punya Room 19 (Kamar 19) mereka sendiri. Entah sedekat apa mereka dengan orang lain, mereka tidak ingin orang lain tahu tentang kamar itu.”
Ji Ho dan Se Hee menonton bola bersama sambil minum bir. Se Hee bertanya kenapa Ji Ho terus duduk di lantai. Ji Ho sempat kaget dan memberitahu kalau Sudah biasa duduk di lantai dan merasa lebih nyaman seperti ini.
“Tapi kenapa kau duduk di sofa sebelumnya?” ucap Se Hee.
“Karena kurasa saat itu agak tidak nyaman di rumah ini. Dan tidak nyaman dengan Se Hee juga.”jelas Ji Ho
“Apa Kau merasa tidak nyaman di dekatku?” tanya Se Hee. Ji Ho menganguk.  

“Entah senyaman apa mereka terhadap orang lain...,mereka tidak bisa mengajak orang lain itu ke kamar itu.”
Ji Ho akan masuk kamarnya dengan mengucapkan  Selamat malam. Se hee memberika kartu nama yang lupa mengembalikannya. Ji Ho pun mengambilnya.  Se Hee membahas tentang tawaran drama itu.
“aku tidak tahu banyak tentang hal itu tapi kau tidak ragu-ragu karena pernikahan kita, kan?” kata Se Hee. Ji Ho terkejut.
“Aku Takutnya, jika pernikahan ini menghalangi masa depanmu.. Kuharap kau tidak ragu karena itu. Seperti janjiku..., Aku tidak ingin membebanimu.” Kata Se Hee. Ji Ho mengatakan kalau mengerti maksudnya. 

“Mungkin hari ini, dia dan aku... perlu istirahat di Kamar 19 kami masing-masing.”
Ji Ho melihat kartu nama Ko Jung Min, lalu membuka kembali laptopnya dan melihat file [Naskah]

Soo Ji tidur sambil memeluk boneka pemberian Sang Goo lalu bertany adpa Ho Rang, mau sarapan apa hari ini. Tapi ternyata Ho Rang sudah tak ada dikamarnya. Won Seok pulang kaget melihat Ho Rang sedang ada dirumah dan membereskan pakaian dalam koper.
“Aku mampir sebentar untuk mengemasi barang-barangku.” Ucap Ho Rang yang sudah memotong rambut.Won Seok pikir kenapa Ho Rang harus berkemas karena ia saja yang pindah.
“Aku juga tadinya berpikir begitu. Tapi kurasa aku harus pindah dan Kau saja yang tinggal disini.” Ucap Ho Rang
“Kenapa kau yang pindah? Kau 'kan juga bayar disini.” Kata Won Seok.  Ho Rang pikir lebih baik Nanti saja membahasnya.
“Kau bisa mengembalikan kunci rumah ini di akhir kontrak.” Kata Ho Rang lalu keluar dari rumah. 

Won Seok mengikutinya, lalu menanyakan keadaan Ho Rang sekarang. Ho Rang pikir tak masalah dan merasa jauh lebih baik. Won Seok bisa mengucap syukur mendengarnya.  Ho Rang pun pamit pergi tapi kembali bicara pada Won Seok.
“Kau benar... Aku harus... jujur pada diriku sendiri. Aku akan mencobanya mulai sekarang.” Kata Ho Rang lalu menuruni tangga. Won Seok melihat dari atas kalau Ho Rang dijemput oleh seorang pria dan membawanya pergi dengan mobil, hatinya seperti makin sakit melihatnya. 

Ji Ho akhirnya datang ke gedung MY Entertainment, dalam hatinya bergumam kalau Sudah waktunya jujur pada diri sendiri. Seorang pria pun mengantarkan Ji Ho ke dalam ruangan Jung Min.  Jung Min sempat kaget melihat Ji Ho yang datang lalu mereka duduk diruang rapat.
“Aku ingin menulis... Aku ingin menulis cerita yang bagus. Aku tidak yakin apa keinginan CEO tapi aku ingin menulis cerita bagus yang bisa kuceritakan. Itulah keinginanku.” Ungkap Ji Ho
“Kau hanya perlu menulis naskahmu sendiri dengan ceritamu sendiri.” Kata Jung Min
“Tapi sebelum itu, ada yang ingin kujelaskan” kata Ji Ho. Jung Min pikir Ji Ho sudah ada kontrak. Ji Ho mengatakan bukan itu.
“Ada alasan kenapa aku berhenti dari pekerjaanku. Asisten sutradaraku dulu pernah hampir memerkosaku. Itulah yang ingin kuhadapi terlebih dulu dan Kukira aku bisa menulis setelah itu.” Ucap Ji Ho
“Kalau begitu...,kita harus melakukannya. Bagaimana kau ingin menyelesaikannya?” tanya Jung Min
“Aku ingin membicarakannya denganmu. Itulah sebabnya aku datang hari ini. Aku tidak tahu pilihannya.” Kata Ji Ho
“Mungkin ada dua cara mengurus hal ini. Ini Agak rumit, tapi kita bisa menuntutnya Atau... apa kita harus menyingkirkannya?” kata Jung Min. J Ji Ho panik mendengar kata Menyingkirkannya.
“Aku lebih suka pilihan yang terakhir. Karyawanku jago sekali dengan masalah seperti itu.” Kata Jung Min. Ji Ho ingin tahu apa yang bisa  mereka lakukan.
“Mereka bisa mengagetkan orang sampai mati atau orang akan mati karena situasi yang lucu. Terkadang, ada yang mati karena sangat frustrasi.” Kata Jung Min
Ji Ho terlihat sangat panik. Jung Min menahan tawa memberitahu kalau ia hanya bercanda dan mengajak untuk membahas itu saat makan siang saja. Ji Ho menganguk setuju lalu berkomentar kalau Jung Min tak pandai  bercanda. Jung Min dengan bangga mengatakan Banyak orang bilang kalau itulah pesonanya. 


Jung Min mengajak Ji Ho pergi ke sebuah restoran memberitahu kaalu Disini tak ada menu dan ingin tahu apakah Ji Ho mau dikejutkan. Ji Ho mempersilahkanya. Jung Min langsung memesan pesan pajeon dan golbaengi, serta Tiga botol makgeolli juga. Ji Ho kaget mendengar 3 botol. Jung Min pikir kurang jadi memesan 4 botol.  Mereka pun mulai minum dari gelas berbentuk mangkuk.
“Penulis Yoon, kau sepertinya nikmat sekali minumnya.” Komentar Jung Min. Ji Ho membenarkan karena Sudah lama tak minum.
“Apa kau tidak minum dengan suamimu?” tanya Jung Min. Ji Ho mengaku mereka hanya minum bir sambil menonton sepak bola dan mengaku kalau suamiany itu orang aneh.
“Aku saja belum pernah melihatnya mabuk sekali.” Cerita Ji Ho. Jung Min pikir keduanya saling berhati-hati.
“Ya, begitulah.. Kami memang begitu. Kami saling memiliki "Kamar19".” Kata Ji Ho. Jung Min binggung apa maksudnya "Kamar 19"
“Itu kamar masing-masing dan Tidak bisa dimasuki sembarangan.” Jelas Ji Ho .
“Sepertinya hubungan kalian menarik. Meskipun kalian sudah menikah, maka kalian perlu semacam kamar itu. Jika kalian saling mencintai,maka kalian harus lebih berhati-hati” jelas Jung Min
“Kenapa CEO belum menikah? Maksudku, kau sangat cantik dan percaya diri. Jadi aku penasaran kenapa kau masih melajang. Aku hanya penasaran dan Mungkin karena aku sudah menikah. Tapi Apa aku menyinggung perasaanmu?” pikir Ji Ho melihat tatapan Jung Min.
“Tidak... Waktu muda, aku juga berpikirnya begitu. "Kenapa dia tidak menikah padahal umurnya sudah matang?" Kupikir aku akan menikah suatu hari nanti. Aku pernah menikah sekali, jika itu bisa dianggap menikah. Aku tinggal dengan pacarku semasa kuliah.” Cerita Jung Min.
“Apa Kau tinggal bersamanya? Wahh.. Keren sekali.” Komentar Ji Ho
“Tidak sekeren kedengarannya. Kami berkencan, dan aku mengandung bayinya. Jadi kami berjanji akan menikah dan hidup bersama. Apa kau Mau tahu yang terjadi selanjutnya?  Aku keguguran dan kami berpisah. Keluarganya juga menentang hubungan kami.” Ucap Jung Min
Ji Ho kaget mendengarnya, Jung Min melihat Ji Ho Ksangat terus terang sekali jadi ia ikutan terus terang. Menurutnya Inilah sebabnya seharusnya tidak boleh minum dengan orang seperti Ji Ho. Ji Ho meminta maaf karean seharusnya tidak bertanya itu.
Jun Min pikir tak masalah karena  Suatu kehormatan bisa menua setiap tahun dan Pengalaman menyakitkannya kini tinggal kenangan. Mereka pun kembali minum.
“Mungkin aku sudah menduganya saat itu. Kalau orang ini adalah kamar 19-nya. Dan juga...”
Se Hee berada di rumah terlihat panik karena menelp istrinya tap tak diangkat-angkat.
“Mungkin dia juga menyadari bahwa suatu hari nanti, dia harus menghadapi kamarnya.” 

Keduanya mabuk dan sudah berada dalam mobil. Ji Ho mengaku  sudah menduganya saat pertama melihat Jung Min Kalau CEO seperti tipenya. Jung Min mengucapkan Terima kasih mengaku juga senang mendengarnya, lalu menasehati Ji Ho Jangan khawatir soal si bajingan itu karena akan kasih pelajaran.
“Aku harusnya mengikat orang-orang seperti dia dan memotong kemaluannya.” Ungkap Jung Min. Ji Ho mengeluh kalau CEOnya itu sudah gila  sambile memukulnya. Jung Min mengeluh sakit tapi Ji Ho tetap memukul karena gemas.

“CEO, kita hampir sampai... Penulis Yoon, apa benar ini tempatnya?” ucap Sopir . Ji Ho melihat dan meminta agar diturunkan saja di pinggir jalan. 


“Penulis Yoon, Apa kau yakin ini tempatnya?” kata Jung Min saat melihat Ji Ho turun dari mobil.
“CEO Ko... Sebenarnya..., aku harus ke toilet sekarang. Nanti aku kesini lagi.” Kata Ji Ho bergegas pergi lalu berkomentar kalau Jung Min D sungguh orang yang baik.
“Dia sungguh orang yang baik. benar, 'kan?” kata Jung Min. Sopirnya pun membenarkan.
“Kenapa orang-orang baik semuanya datang sekaligus?”
Jung Min keluar dari mobl melepaskan otot yang tegang dengan mengangkat tanganya, Se Hee berlari keluar dijalan seperti panik karena menunggu Se Hee. Tapi keduanya bertemu dan sama-sama kaget. Ji Ho dari kejauhan melihat keduanya seperti sangat kaget.
“Setiap hubungan sangatlah menyedihkan karena kita tidak bisa menduganya. Pintu Kamar 19-nya dan pintu Kamar 19-ku telah terbuka.”
Bersambung ke episode 14

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar: