PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 11 Oktober 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Ji Ho sudah menerima pesan dari pemilik Apartemen yang dianggapnya sebagai wanita “Apartemennya di kamar 401 Matina Town House. Aku juga sudah mengirim alamatnya ke kau dan Ini kata sandi masuknya.” Ji Ho sampai lalu menekan password masuk rumahnya.
Akhirnya Ji Ho masuk rumah dan melihat kamar dibagian depan lalu melihat bagian kamarnya sesuai dengan pesan dari pemilk kamar
“Karena aku lemburr belakangan ini, aku takkan pulang lebih cepat. Ada dua ruangan dan Yang pintunya terbuka itu kamarmu. Pintu kamarku selalu tertutup, jadi jangan hiraukan itu”
“Ada tiga hal permintaanku. Pertama, aku ingin kau beres-beres rumah. Kedua, aku ingin kau buang sampah sekali seminggu. Terakhir, aku ingin kau merawat kucingku sewaktu aku kerja lembur”
Ji Ho berkeliling melihat bagian rumah lainya, lalu membungkuk dibawah kursi melihat kucing putih dan sangat lucu.
“Kau pasti sudah tahu, tapi bagaimana pendapatmu kalau. kau menandatangani kontrak setelah seminggu?”
“Tentu, aku tak keberatan.” Balas Ji Ho dengan pesanya. 

Ho Rang bertemu dengan Ji Ho tak menyangka kalau  ada semacam magang untuk apenyewa kamar seperti itu di negera korea. Ji Ho mencaritakan kalau pemiliknya itu kesusahan gara-gara penyewa sebelumnya dan merasa tak keberatana jadi harus melakukan yang terbaik.
“Apa pekerjaan pemilik apartemen itu?” tanya Ho Rang penasaran.
“Dia seorang desainer atau semacamnya. Pokoknya soal desain komputer. Aku belum sempat bertemu dia karena dia sibuk kerja dan Kurasa dia sangat sibuk, tapi Aku punya fotonya.” Ucap Ji Ho memperlihatkan foto Se Hee dengan semua temanya.
“Apa Yang baju merah muda itu? Dia sepertinya baik.” Kata Ho Rang melihat foto Bo mi.
“Hei, dia lahir tahun 1980, tapi Dia kelihatan muda sekali, 'kan?” kata Ji ho berpikir kalau teman satu kamarnya adalah Bo Mi karena wanita.
“Dia berarti pandai merawat dirinya. Kau bilang Siapa tadi namanya?” ucap Ho Rang. Ji Ho mengatakan kala namanya Nam Se Hee.

Bo Mi datang menemui Se Hee, dengan tab dan grafiknya memberitahu kalau orang tak mendaftar karena prosesnya yang panjang dan Terutama saat mereka bisa memasukkan informasi pribadi mereka menurutnya harus mempersingkat prosesnya di versi program baru. Se Hee mengerti.
“Tapi, Bo Mi... Bukankah itu tidak nyaman? Kau sepertinya memakai baju itu tiap kali tenggat waktu mendekat.” Kata Se Hee melihat Bo Mi dengan baju Pink.
“Paling tidak aku harus pakai ini agar aku tidak melupakan identitas seksualku” ucap Bo Mi dengan mata panda dan semua orang terlihat kelelahan dalam ruangan karena harus lembur. 

“Kurasa hari ini kau lembur dan Aku sudah pindah sesuai jadwal.” Tulis Ji Ho. Se Hee membaca pesan dan melihat dari account SNS kalau Yoon Ji Ho adaah pria.
Se Hee akhirnya pulang dan melihat note diatas kulkas “Apa harimu berjalan lancar? Karena ini sudah malam, jadi aku taruh memo disini. Aku sudah buang sampah pagi ini dan sudah selesai memeriksa pemakaian listrik jam 11 pagi. Lalu Aku sudah selesai memeriksa penggunaan gas jam 3 sore. Terakhir, aku sudah kasih makan kucing dengan setengah kaleng tuna dan dua cangkir makanan kucing. Ada dada ayam yang sudah kadaluwarsa di kulkas jadi aku merebusnya dan memberikannya pada si kucing.”
Se Hee melihat pintu kamar dengan posternya yang sudah tertutup, lalu duduk disamping kucing kesayangan yang duduk manis karena sudah kenyang. Se He melihat note dilembaran terakhir [Oh ya, siapa nama kucingnya?] 

Ji Ho dan Se He bangun dipagi hari,  tapi mereka berbeda jam. Se Hee sudah pergi ke kantor di pagi-pagi buta. Ji Ho ingin melihat kamar ternyata Se Hee sudah tak ada dirumah dan hanya ada kucingnya, lalu melihat note yang ditempat didepan pintu kamarnya.
“Aku ingin menulis kontrak. Bagaimana kalau makan siang hari ini?”  

Ji Ho langsung membalas dengan pesan di ponselnya kalau akan datang ke kantornya. Se Hee membaca kalau pesan itu dari Ji Ho seorang pria.  Sang Goo melhat Se Hee kembali semangat berkerja dan itu artinya sudah memutuskan teman sekamarnya dan mengaku merasa senang.
“Hei.. Semuanya, pernahkah kalian melihat CEO dan perusahaan semacam ini? Aku cukup baik mencarikan dia teman sekamar. Tidak semua CEO seperti ini.” Ucap Sang Goo bangga
“Bagaimana kau mengenal orang ini?” tanya Se Hee.
“Dia teman juniorku dari klub bisnis. Apa Kau tak suka? Apa menurutmu dia akan menelepon polisi lagi Atau Apa kucari orang lain saja?” kata Sang Goo
“Tidak, aku sangat menyukainya.” Kata Se Hee. Sang Goo kaget karena Se Hee sangat menyukainya. 

Ji Ho menelp ibunya kalau sedang dalam perjalanan ke kantornya, karena pemiliknya sangat sibuk. Ibunya mengaku senang mendengarnyam menurutnya karena temannya Ho Rang, pasti orang baik. Ji Ho pikir seperti itu dengan senang hati lalu melihat kembali ke dalam note yang ditinggalkan Se hee.
[Aku ingin menulis kontrak.] lalu lembar berikutnya [Namanya Kitty.] Ji Ho pikir orangnya menyenangkan. Ibunya berpesan agar Ji Hee Jangan pergi dengan tangan kosong, tapi makanan buat teman sekantornya juga. Ji Ho pikir Jangan khawatir, karena pasti akan membelikanya. 

“Dia sangat menyukai teman sekamarnya. Aku belum pernah dengar dia pakai kata "sangat" ke orang, seumur hidupku..” Ucap Sang Goo setelah melihat temanya keluar dari ruangan.
“Tapi Kadang, dia pernah "CEO Ma sangat terlambat hari ini. Candaan CEO Ma sangat garing." Kata Bo Mi dengan menatap ke layar komputer
“Kau begini untuk mencari perhatian orang, 'kan? Atau membuatku kesal?” kata Sang Goo kesal.
Bo Mi mengalihkan pembicara kalau sandwich yang mereka pesan blum datang padahal sudah lama. Sang Woo pikir maklum karena sibuk mengirim sandwich, tapi menurutnya selalu saja terlambat. Bo Mi pikir lebih cepat kalau mereka datang ke restoran itu saja karena jalan kaki 5 menit.
“Kau ini terlalu baik. Apa aku saja yang harus mengambil makanannya?”ucap Sang Goo. Bo Mi mengangguk. Sang Goo akan pergi lalu tersadar kalauia sebagai CEO dan Bo Mi langsung kabur kalau akan pergi. 

Ji Ho melihat Bo Mi yang keluar langsung menyapanya, Bo Mi binggung Ji Ho membahas tentang Kucing, Bo Mi tetap binggung. Ji Ho memperlihatkan plastiknya dengan berisi surat kontrak. Bo Mi pikir kalau itu sandwich lalu mengomel kalau datang terlambat padahal Jam makan siang sudah hampir selesai. Ji Ho binggung dan akhirnya hanya bisa meminta maaf.
“Aku tadi langsung pergi setelah dapat pesannya.” Kata Ji Ho. Bo Mi mengeluh kalau itu alasan basi dan tak bisa dijadikan alasan.
“Aku mohon maaf... Tapi, kau kelihatan muda sekali.” Ungkap Ji Ho. Bo Mi pikir mereka belum pernah bertemu.
“Ya, ini pertama kalinya kita bertemu.” Kata Ji Ho. Bo Mi pun meminta agar memberikan sandwichnya.
“Aku tidak tahu bagaimana, tapi  harus berterima kasih. Ini kesempatan bagus bagiku.” Kata Ji Ho
“Ini bukan kesempatan. Tapi Ini transaksi yang adil dari negara kapitalistik ini.” Pikir Bo Mi. Ji Ho pikir seperti itu juga.
“Mulai ke depannya, aku mohon bantuannya, Unni. Aku boleh memanggilmu "Unni"?” ucap Ji Ho. Bo Mi menolaknya. Ji Ho kaget dan hanya bisa mengatakan maaf. Bo Mi akan pergi dan Ji Ho kembali berbicara.
“Apa nanti malam, kita bisa bertemu lagi?” ucap Ji Ho. Bo Mi pikir kita lihat saja nanti lalu bergegas pergi.
“Apa dia ingin kami pesan sandwich buat makan malam lagi? Dia hebat juga mempromosikan tokonya.” Ucap Bo Mi berdiri didepan lift
“Kurasa dia tidak suka dipanggil "Unni."” Ucap Ji Ho melihat sikap Bo Mi dan saat itu tak sengaja bertabrakan dengan Se Hee.


Se Hee seperti menunggu seseorang yang tak kunjung datang, lalu duduk melihat foto Yoon Ji Ho dari SNS. Semua pegawai makan siang di ruang rapat makan sandwich yang dibawakan Ji Ho. Se Hee kembali ke ruangan diajak untuk makan bersama lalu melihat amplop kontrak diatas meja.
“Siapa yang menaruh ini di sini?” tanya Se Hee binggung.
“Aku menemukannya di meja rapat”kata salah pegawai dan menaruh di atas meja Se Hee.

“Apa kau sudah baca surat kontraknya?”tulis Ji Ho. Se Hee membalas “Ya”
“Aku tidak bisa memberi tahumu karena kau sepertinya agak sibuk.Kurasa malam ini, aku pulang telat.”  Tulis Ji Ho 
“Ya, kau tak perlu bilang hal-hal semacam itu padaku.” Balas So Hee
“Dia orangnya tak ambil pusing sekali, sepertinya.” Komentar Ji Ho setelah membaca pesan Se Hee lalu melihat orang yang ingin motong rambutnya. Ia ingi meminta potongan rambut seperti yang ada di majalah.
Si pegawai pikir Ji Ho akan kencan buta. Ji Ho mengaku bukan seperti itu da meminta agar bisa menata alisnya juga agar rapih. 


Se Hee melihat pesan yang dikirim Ji Ho, lalu melihat pic profilnya stadium Emirates dengan status  [Hari-H! Semangat, Arsenal!] Bo Mi mendekat dan langsung bertanya siapa itu,  Se He memberitahu kalau itu teman serumahnya. Bo Mi pikir temanya itu suka sepak bola. Se Hee rasa  Kebanyakan pria memang begitu, lalu melihat laporan yang dibawa Bo Mi dan berkomentar sudah cukup.
Ia melihat sebuah note diatas meja [Senang bertemu denganmu! Aku Ji Ho.] lalu mengetahui Bo Mi yang suka merah muda, Bo Mi membenarkan karena itu warna ciri khasnya.
“Apa pria juga suka warna merah muda belakangan ini?” kata Se Hee heran

“Kau itu tidak tahu karena kurang punya selera dalam keindahan. Merah muda bukanlah warna yang cocok untuk semua orang. Warna itu cocok untukku karena kulitku cocok dengan warna itu. Jadi Apa maksudmu pria seharusnya tidak menyukai warna merah muda?” ucap Bo Mi.
Saat itu Sang Goo keluar dari kamar mandi dengan mengunkan semua pernah pernik warna Pink sambil mengeluh kalau badanya terasa lelah. Keduanya hanya bisa menatap heran karena pria memang tak malu pakai pernah Pink.
“Zaman telah berubah, Tidak ada yang namanya preferensi pria dan wanita.” Kata Bo Mi
“Ya. Kita hidup di dunia yang progresif.” Kata Se He melihat kembali note pink yang tuliskan Ji Ho padanya.


Ji Ho masuk ke dalam restoran daging pangang mencari seseorang. Seorang pria berteriak memanggilnya, Sutradara dan penulis seniora sudah berkumpul, Ji Ho pun duduk. Si pria mengoda Ji Ho kalau baju yang dipakainya sangat bagus.
“Apa Pikirmu kau sudah lama bekerja sampai bisa datang setelat ini? Sutradara.. Apa boleh asisten penulis terlambat menghadiri pesta perpisahan drama?” kata si pria.
“Dia kumat lagi.. Kau selalu menghentikan semua orang mengatakan itu hanya untuk Ji Ho.” Ejek Sutradara.
“Wahh... Kau pasti rindu aku, kan?” ucap Ji Ho mengejek. Si pria mengelak kalau hanya merasa cepat kepanasan.
“Hei. Aku benci bertemu kalian sekarang. Kalian bisa saling berkencan atau tidur dan Aku tidak peduli. Lakukan saja terserah kalian. Kalian itu sudah main mata selama tiga tahun. Siapa coba zaman sekarang, yang masih sok jual mahal?” ejek penulis senior melihat keduanya saling mengoda.
Ji Ho pikir bukan seperti itu. Si pria pikir mereka tahu siapa yang jual mahal dengan mengoda Ji Ho, karena bkan dirinya. Ji Ho hanya bisa tersenyum malu. Sutradara pikir Penulis Yoon tidak tertarik dan tidak suka Yong Suk. 
Ji Ho terlihat malu lalu memeluk Yong Suk karena menurutnya bukan dianggap sebagai pria, tapi mereka adik kakak dan sudah merawat bayi polos selama tiga tahun. Sutradara pikir Ji Ho memang sungguh tidak tertarik pada Yong Suk. Yong Suk mengoda kalau sangat sakit hati.
“Tapi Aku selalu bisa membuatmu jatuh cinta padaku.” Goda Yong Suk. Ji Ho malik mengejek tak percaya
“Maka sebaiknya kau tidak boleh tumbang sebelum aku hari ini.” Kata Ji Ho menantang. Mereka pun minum bersama. 


Di ruangan
Sang Goo menanyakan tentang flash, anggota Timnya mengatakan  Sudah berhasil. Sang Goo bertanya Bagaimana dengan masalah penutupan saat log in. Pegawainya mengatakan sudah memperbaiki masalahnya. Sang Goo bertanya Apa ada masalah saat mengunggah profil dan video. Pegawai lain mengatakan sudah teratasi. Sang Woo memuji lalu semua berkumpul di meja Se Hee.
“Pembaruan Gyeol Mal Ae, ver 2.0.” ucap Se Hee lalu menekan enter. Di layar terlihat proses memperbaharui dan akhirnya dinyatakan berhasil. Semua yang ada diruangan bersorak gembira karena semuanya Sudah selesai.

“Selama tiga minggu terakhir, kalian bekerja siang dan malam untuk pembaruan Gyeol Mal Ae. Untuk menyampaikan rasa terima kasih..., maka aku takkan ragu mengkaji kalian dengan bonus akhir tahun! Awalnya, Gyeol Mal Ae hanya bisa menghasilkan 50 ribu per bulan. Jadi Rasa terima kasihku tak terkira bagi kalian yang telah membuat perusahaan ini berkembang 200% setiap tahunnya. Aku bahkan tidak bisa... Aku tahu ini agak memalukan..., tapi ayo kita nyanyikan slogan kita.” Ucap Sang Goo berkumpul dengan semua timnya.
Mereka pun berteriak bersama “Kita... Bukan keluarga! Kita harus digaji” lalu Bersulang. Se Hee melihat Bo Mi masih mengunakan baju yang sama dan menyuruhnya untuk ganti baju sekarang. Bo Mi mengaku kalau sudah ganti baju, karena Baju yang kemarin warnanya lebih gelap dari hari ini.  Se Hee tak bisa berkata-kata lagi.
“Hei.. Tebak siapa yang baru kami lihat? Yoon So Hee!” jerit dia pria yang baru saja keluar dari ruangan.
“Kau bilang Yoon So Hee? Siapa itu?” kata Se Hee. Semua hanya bisa melonggo karena Se Hee tak mengenal So He.
“Apa dia salah satu investor kita?”ucap Se Hee. Sang Goo tak percaya teman-temanya memang tak tahu dunia luar. 


Yong Suk berbicara dengan So Hee saat itu, Ji Ho datang. Soo Hee langsung mengucapkan Terima kasih atas kerja kerasnya. Ji Ho piki Soo Hee yang bisa membuat sukses dramanya juga.  Soo Hee pikir tak seperti itu lalu pamit pergi lebih dulu.
“Maaf, Penulis Ji Ho... Kau harus bekerja lebih keras untuk menutupi kesalahanku.” Ungkap Yong Suk. Ji Ho heran melihat sikap Yong Suk seperti baru kenal saja.
“Selama tiga tahun terakhir, kau biasanya tak seperti ini.” Kata Ji Ho
“Kita sudah saling kenal selama tiga tahun...Maaf..., ada yang ingin kukatakan padamu....” ucap Yong Suk
Suasana terasa tegang, Ji Ho pikir Yong Suk seperti ingin menyatakan cinta dan terlihat malu-malu. Tapi tiba-tiba Se Hee ada ditengah mereka memitnta izin untuk lewat, suasana pun jadi buyar.  Ji Ho yang gugup memilih untuk pergi saja dan akan kembali. 

Di depan restoran
Se Hee duduk di bangku dengan ponselnya, Ji Ho gugup mencoba untuk tenang lalu melihat Se Hee sedang menonton bola dan ikut menonton dan kesal karena Sanchez tak bisa membuat gol. Se Hee menatap karena Ji Ho tiba-tiba ikut menonton.
“Maaf.. Aku sangat ingin menonton pertandingan bola itu.” Ucap Ji Hoo dan melihat arsenal mengiring bola di depan gawang dan akhirnya Gol. Keduanya menjerit, Ji Hoo bahagia sambil menepuk baju Se Hee.
“Maaf... Itu karena... aku... Maksudku, waktu pertandingan sebelumnya...,saat Sanchez mencetak gol wasitnya bilang itu offside. Tapi ternyata tidak. Aku sudah menonton pertandingan itu lebih dari tiga kali. Jika itu tidak offside, Arsenal pasti menang. Bukannya strategi Wenger jelek-jelek amat, tapi...” ucap Ji Ho terus mengoceh tapi Se Hee hanya menatapnya. Ji Ho akhirnya hanya bisa meminta maaf kembali dan akan masuk. Se Hee langsung berkata, Arsenal...penggemarnya.


Bo Mi baru keluar dari toilet, Sang Goo bertanya keberadan Se Hee. Bo Mi tak memperdulikan kembali masuk ke ruangan. Sang Goo kesal karena sebagai CEO tak digubris.  Sementara penulis senior bertemu dengan Sutradara Park dan bertanya apakah melihat Ji Ho. Sutradara Park mengelengkan kepala.
“Jika kau ingat lagi...,Arsenal menempati posisi ke-4 selama 7 kali setelah debutnya di Premier League dan Sama dengan Liverpool.” Ucap Se Hee. Ji Ho sudah berjongkok disamping Se Hee bertanya apakah Se Hee menghitungnya.
“Aku mengumpulkan statistik arsip mereka sendiri.” Kata Se Hee. Saat itu Ji Ho melihat sosok Yong Suk sambil menelp memberitahu kalau sudah diluar dan ada di tempat parkir.
“Pergilah. Dia pasti pacarmu.” Ucap Se Hee melihat Senyuman Ji Ho penuh arti.
“Tidak, dia bukan pacarku.... Maksudku.. Belum...Kami cuma saling mengenal. Dia juga sebenarnya tadi mau menyatakan perasaannya. Tapi aku gugup sekali jadi aku datang ke sini. Aku pikir awalnya, kalau Arsenal menang hari ini, maka mau menyatakan perasaanku duluan ke dia. Tapi...” ucap Ji Ho lalu merasa heran karena menceritakan semua ini padahal baru pertama bertem.
“Dia tampan dan tinggi.” Kata Se Hee. Ji Ho setuju merasa Yong Suk memang tampan.
“Ya, kalau kubilang nilainya adalah 7 dari 10.” Komentar Se Hee. Ji Ho mengeluh Se He itu pelit karena seharusnya angka 9.
“Dia tinggi. Alis matanya tebal, Bahu lebar, selain itu Punya pekerjaan juga.” Ungkap Ji Ho lalu melonggo kaget melihat Yang Suk berpelukan dengan So Hee mengaku sangat merindukanya.
“Dan dia juga punya pacar”ungkap Ji Ho menahan rasa sedihnya. Saat itu juga Arsenal membuat gol dan semua orang bersorak.
“Kalau dipikir-pikir..., aku tidak pernah menjadi striker (penyerang) dalam hidupku.” Gumam Ji Ho  lalu kembali ke restoran.
So Hee dan Yong Suk duduk bersama, Ji Ho pun ikut duduk. Yong Suk kembali mengoda kalau merindukan Ji Ho yang pergi. Ji Ho berakting seolah-olah tak ada yang terjadi adn mereka pun kembali minum bersama. Lalu duduk di halte sendirian. 

 “Aku selalu membela diri dan melangkah mundur pada waktu yang tepat”
Pesan dari Yong Suk masuk [Aku lagi pacaran dengan seseorang, aku tadi ingin mengatakannya padamu.]
“Aku tidak punya keberanian menggiring bola atau pengalaman untuk menghindarinya. Aku hanyalah seorang bek amatir.”
Akhirnya Ji Ho pun membalas dengan mengucapkan selamat.  Saat itu Se Hee berjalan sambil menelp  Sang Goo kalau ini penyalahgunaan kekuasaan dan ia hanya ikut ronde pertama makan malam tim. Sang Goo merayu kalau akan mengantar pulang bahkan memanggil supir.  Se Hee menolak karena naik bus jauh lebih cepat daripada naik mobilnya.
Ketika sampai halte, kaget melihat Ji Hoo juga ada disana akan pergi karena merasa canggung akan naik kereta bawah tanah. Ji Ho memanggilnya untuka Naik bus saja, karena setidaknya rasa malunya agak berkurang.

Keduanya duduk berjauhan. Se Hee bertanya apakh Ji Ho Yakin rasa malunya akan berkurang. Ji Ho mengaku Tidak. Se Hee menceritakan Ini kali pertama berada di lingkungan ini, jarang pergi keluar dan  benci pergi keluar malam-malam, bhakan biasa di rumah atau di kantor Jadi mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
“Aku harus menunggu setidaknya 10 menit lagi sampai bus datang Tidak perlu merasa tak nyaman seperti ini dan Kau tidak perlu merasa malu lagi..” Kata Se Hee
“Aku malu dengan diriku sendiri... Bukan padamu, tapi diriku sendiri. Aku tidak bisa membedakan mana cinta dan sikap baik, di usia setua ini. Aku menyukai dia selama tiga tahun. Aku memendam perasaanku sampai berusia 30 tahun. Aku malu dengan betapa bodohnya aku ini. Umurku padahal bukan 20 lagi, tapi sudah 30 tahun.  Aku tidak tahu apa yang kulakukan di usia 30 tahun ini.” Kata Ji Ho menyalahkan dirinya.
“Maka dari itu...,jangan dihiraukan. Kau bilang usiamu 30 tahun dan Itulah batas neokorteks-mu.” Kata Se Hee. Ji Ho binggung apa maksudnya.
“Neokorteks terletak di bagian luar otak dan tugasnya bertanggung jawab atas konsep waktu seperti usia 20 atau 30. Kucing tidak memiliki neokorteks, tak seperti manusia. Jadi kucing tidak bosan atau depresi walau kucing selalu makan makanan yang sama dan melakukan kegiatan sama, di rumah mereka yang sama selama hidup mereka. Kucing tidak memiliki masa depan maupun masa lalu.” Ucap Se Hee yang membuat Ji Hee terdiam
“Apabila ada yang berpikir "Usiaku 20 tahun. Usiaku 30 tahun. Sebentar lagi usiaku 40 tahun." Hanya satu jenis spesies di Bumi yang mengunci diri pada waktunya, Yaitu manusia. Hanya manusia yang menggunakan usia untuk membuat orang lain menghabiskan uang dan menutup emosi mereka. Itulah yang didapat manusia karena evolusi. Entah kucing berumur 30 atau 40... itu sama saja bagi si kucing.”Jelas Se Hee.
“Aneh... Anehnya, omong kosongnya...lebih menghiburku dari apa pun hari itu.” Gumam Ji Ho
Ia lalu menanyakan nama pria yang baru pertama ditemuinya. Se Hee menatap binggung. Ji Ho pikir lebih baik tidak tahu namanya. Se Hee menganguk membenarkan. Ji Ho megaku kalau Se Hee orang asing tapi merasa nyaman denganya.  Se Hee pikir Ji Ho pasti merasa nyaman karena memang ia orang asing yang mengenalnya.
“Memikirkan bahwa aku tidak akan pernah melihatnya lagi..., perasaanku sedikit sedih.” Gumam Ji Ho melihat Se Hee berdiri.
“Terima kasih buat cerita neokorteksmu. Kurasa aku sudah gagal dalam hidup ini,tapi aku akan berusaha yang terbaik.” Kata Ji Hoo mengulurkan tangan.
“Semoga berhasil. Lagipula, melewati hidup ini adalah pertama kalinya bagi kita semua.” Kata Se Hee menjabat tangan Ji Hoo.
“Untuk sesaat, aku melupakannya. Hidup ini... Saat ini... Kau hanya punya satu kesempatan.” Gumam Ji Ho lalu mendekati Se Hee dan menciumnya. 


Bus datang, Ji Ho naik ke dalam bus dan Se Hee terlihat shock hanya berdiam diri di halte. Ji Ho menaiki bus dengan senyuman bahagia, lalu sampai rumah langsung mengosok gigi.
“Hari itu sangat panjang. Aku pindah dari rumah yang kutempati selama lima tahun. Aku rupanya hanya dianggap teman oleh orang yang kukira menyukaiku selama tiga tahun. Lalu Aku mencium orang asing.” Gumam Ji Ho
“Daebak sekali kau..., Yoon Ji Ho.” Puji Ji Ho pada dirinya sendiri dengan menatap cermin. Setelah itu membereskan kotoran kucing.
Ji Ho mematikan lampu dan Se Hee pulang disaat yang berbeda, keduanya sempat menatap kamar roomate mereka  diwaktu yang berbeda.
“Bukan bayanganku kalau aku menjalani hidup di usia 30tahunku seperti ini..., tapi karena ini pertama kalinya...,kurasa ini lumayan juga. Seperti perkataannya..., kita semua melewati hidup ini. untuk pertama kalinya” gumam Ji Hee masuk ke kamarnya.  Dan Se Hee melihat teman satu kamarnya sudah tertidur.
Bersambung ke episode 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


3 komentar:

  1. Semangat!!semoga cepet update nya

    BalasHapus
  2. Hahaa seru nih kayanya... Jadi mau liat lah ntar.. Semangat ya nulis sinopnya 👍👍😊😍

    BalasHapus
  3. D tunggu kelanjutan y..semangat 😊😊

    BalasHapus