PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 30 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Ma Roo melihat So So yang marah meminta agar tenang, So So dengan nada tinggi berkata kalau tak mungkin tenang karena betapa  berbahayanya tempat ini dan sudah mengatakan tidak bisa datang tanpa Pemandu profesional dan jika Ma Roo mengalami kecelakaan, siapa yang harus bertanggung jawab.
“Apa kau ingin bisnis kami ditangguhkan?” kata So So kesal, Ma Roo tak percaya kalau bisnis So So akan ditangguhkan.
“Apa itu masalahnya disini? Jika kau jatuh ke dalam lubang pasir, lalu kita tidak akan bisa menemukan tubuhmu... Kenapa kau terus mendapat masalah?” keluh So So. Ma Roo pun hanya bisa membungkuk meminta maaf.
So So pikir mereka tidak punya waktu, menarik tangan Ma Roo untuk pergi. Ma Roo bertanya kemana mereka akan pergi. So So mengatakan kalau mereka tak boleh terjebak dan terus mengikutinya. 

Semua turis sudah sampai di tepi dan saat itu air pun datang. Hyun berlari bahagia diatas jembatan karena Air pasang naik. Yeon Jung takjub karena datang dengan sangat cepat. So Ran melihat dengan jarak yang jauh dengan Kyung Jae.
“Apa yang kau lakukan saat air pasang naik?” tanya Yeon Jung. Hyun menjawab akan  Mendayung.
Saat itu Tuan Oh datang mendorong-dorong So Ran untuk minggir dan meminta istrinya untuk berdiri didepan agar bisa melihat dengan jelas. Ia merasa kalau didepanya seperti pantai di Jindo. Kyung Jae melihat pacarnya didorong, berbicara pada Tuan Oh kalau  tidak bisa mendorong So Ran seperti itu. Tuan Oh seperti tak menyadarinya. Nyonya Han tak enak hati meminta maaf lebih dulu.
“Kau tidak bisa mendorong seseorang seperti itu.” Kata Kyung Jae marah membela So Ran.
“Tidak bisakah kau punya sedikit  sopan santun dalam kelompok ini? Aku tidak memukul siapa pun! Kau seperti ini terakhir kali juga.  Apa kau pikir kau sopan namanya sama orang tua?” ucap Tuan Oh dengan nada tinggi.
“Kau membuat kesalahan duluan.” Kata Kyung Jae tak mau kalah. Nyonya Han tak mau ada pertengkaran meminta maaf untuk sikap suaminya.
“Terlepas dari apa yang ku lakukan,  Kau seharusnya tidak memandang  orang yang lebih tua seperti itu.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han meminta suaminya berhenti karena mereka yang membuat kesalahan.
“Kau bukan pemilik tanah ini! Kau seharusnya tidak memperlakukan anggota kelompok lain seperti ini di negara asing!” kata Tuan Oh dengan berterik.
“Kau hanya perlu meminta maaf. Kenapa kau berteriak?" keluh Kyung Jae 
“Baiklah, jika aku benar-benar memukulnya, Aku akan meminta maaf!” kata Tuan Oh. So Ran seperti tak malas mendengarnya memilih untuk berjalan pergi.
Tuan Oh berteriak memangil So Ran dengan panggilan “Eonnie” measa kalau tak memukulnya. Nyonya Oh meminta agar Tuan Oh jangan berteriak Dan Kyung Jae meminta jangan panggil  Eonnie. So Ran berjalan pergi sambil mengumpat dalam hati, karena benar-benar benci paket liburan ini.

So So dan Ma Roo berhenti saat melihat air sudah pasang, melepaskan tangan Ma Roo karena sudah tak bisa melewatinya. Ia mengumpat kalau bisa gila ada disebrang pulau. Ma Roo merasa tak masalah bahkan memberikan semangat pada So So karena Air pasang akan segera turun. So So menatap sinis. Ma Roo pun hanya bisa membungkuk mengakui kesalahanya.
Keduanya hanya bisa menatap melihat air sudah seperti lautan didepanya, Hyun dan Yeon Jung terlihat senang melihat pemadangan kalau banyak yang mengatakan ini adalah Surga. Nyonya Han menatap sedih, seperti perasaanya merasa tertekan. Tuan Oh santai mengambil foto dari kameranya. 

“Kau pasti bahagia... Kau adalah sebuah pulau dan tanah pada saat bersamaan. Pasti menyenangkan menjadi  satu-satunya di dunia ini. Kau beruntung bisa menjadi biasa-biasa saja.” Gumam So Ran menatap pemandangan di depan jembatan.
Flash Back
So Ran dengan ibunya sedang melakukan perawatan kuku bersama. Ibu So Ran menyuruh anaknya segera menikah dan menghentikan omong kosongnya. So Ran tak percayaibunya  benar-benar ingin mengirim putri satu-satu untuk menikah.
“Lalu hiduplah dengan damai.” Kata Ibu So Ran. So Ran bertanya bagaimana mungkin bisa hidup damai.
“Jika aku tahu itu,  Apa aku akan hidup seperti ini?” kata  Ibu So Ran.
“Ibu, pernahkah kau menganggap dirimu sebagai wanita keren sebelumnya?” kata So Ran
“Aku melakukannya, dua kali.” Ucap Ibu So Ran. So Ran pikir yang pertama adalah melahirkannya
“Tidak, saat aku melahirkan Oppa-mu.” Ucap Ibu So Ran. So Ran pikir ia mendapatkan yang nomor dua.
“Tidak... Yang kedua..Saat itulah aku kehilangan berat badan dan mengenakan pakaian yang indah. Cobalah kehilangan satu inci ukuran pinggangmu.” Kata Ibu So Ran bahagia.
“Bagaimana saat kau memilikiku?” tanya So Ran.
“Aku merasa senang. Aku bertemu dengan seorang rekan seumur hidup hari itu. Jika kau bahagia, tidak masalah jika kau terlihat keren. Jika kau suka, maka Kau baik.” Ucap Ibunya.
 “Aku tidak tahu... versi diriku yang aku inginkan. Bagaimana aku bisa...  menjadi bahagia dan keren?” gumam So Ran. Kyung Jae menatapnya dari belakang. 


Ma Roo melihat pemandangan didepanya kalau terlihat sangat keren dan tidak tahu pemandangan  seperti ini ada. So So meberitahu mereka  harus tetap di pulai sampai air surut turun. Ma Ro sudah tahu dengan wajah penuh semangat.
“Air pasang akan turun besok pagi.” Kata So So. Ma Roo melotot kaget mendengarnya. So So mengatakan mereka baru bisa pergi besok pagi.
“Lalu, apa kita harus tinggal di sini sepanjang malam...” kata Ma Roo.dan So So yang kesal memilih untuk berjongkok.
“Harusnya mereka memasang tanda yang melarang kita disini Atau ada petugas polisi yang dipekerjakan... Ini bukan bagaimana cara kau menjalankan objek wisata, Bukan begitu? Mereka tidak terlalu perhatian.” Kata Ma Roo mengoceh kesal.
“Hentikan. Kau membuatku semakin marah.” Ungkap So So. Ma Roo pun menganguk mengerti dan ikut berjongkok.
“Apa ada akomodasi disini?” tanya Ma Roo. So So bertanya Apa itu masuk akal. Ma Roo menjawab sendiri kalau itu tidak.
“Dapatkah kau menjauh dariku?” kata So So tak ingin Ma Roo berada didekatnya, Ma Roo pun melangkah menjauh.
“Apa ada kamar mandi disini?” tanya Ma Roo. So So menjawab dengan lirikan sinis. 




Yeon Jung dan Hyun makan malam direstoran dengan menu steak. Hyun meminta agar mereka foto lebih dulu, Yeon Jung pun sudah siap dengan gayanya sebelum makan, tapi Hyun memilih hanya ingin mengambil gambar makanan saja.
Sementara pasangan, Nyonya Han dan Tuan Oh makan dengan bekal yang dibawa dari korea, Nasi instant dan juga lauk. Tuan Oh pikir inilah makanan yang sesungguhnya. Nyonya Han seperti tak nafsu makan memberikan sebagian nasi pada suaminya. Tuan Oh menyuruh istrinya agar makan yang banyak.
Kyung Jae gelisah dalam kamar saat So Ran keluar bertanya apakah merasa lapar dan ingin makan. So Ran seperti terkena sembelit memilih untuk segera masuk kembali ke dalam toilet. Adik So So pun hanya bisa terdiam karena kehilangan kakaknya. 


[Gedung Farmasi dunia]
Byung Jae melihat Nona Oh dan Tuan Yoo ada dalam ruangan rapat dan terlihat serius. Tuan Yoo bertanya apakah Nona Oh sudah menghapus file itu. Nona oh mengangguk.Tuan Yoo pun memuji Nona Oh yang berKerja bagus jadi merkea akan mulai prosedur pemecatan sekarang.
“Apa ? Katanya kalau kita menemukan file itu, maka Kau tidak akan mengambil tindakan disipliner.” Ucap Nona Oh kaget.
“Apa yang salah denganmu? Bagaimana kita bisa bekerja dengan brengsek itu?” kata Tuan Yoo. Nona Oh ingin menyela karena merasa tak adil.
“Tapi apa?.. Apa Ma Ru adalah Tuhan Kehakiman, Dan apakah kita Setan?... Deputi Oh... Jika kita kembali pada hari itu, orang-orang Inggris  memasukkan perahu mereka dengan teh hijau dari China. Itu bukan perjalanan yang berlangsung satu atau dua hari.” Cerita Tuan Yoo.
“Semuanya membusuk dalam perjalanan pulang. Mereka harus membuangnya, tapi itu sia-sia belaka. Mereka membukanya hanya untuk mengecek, tapi apa kau tahu? Mereka baik-baik saja. Versi busuk itu sebenarnya lebih baik. Saat ini dikenal sebagai teh hitam sekarang. Apa teh hijau benar, dan teh hitam salah?” kata Tuan Yoo. Nona Oh hanya diam saja.
“Itu tidak benar... Seluruh tempat ini adalah teh hitam. Kau adalah teh hitam, dan aku juga teh hitam jadi Tidak ada tempat untuk teh hijau di sini.” Tegas Tuan Yoo.
“Jika Ma Ru dipecat, dia akan masuk dalam daftar hitam. Dan dia tidak akan mendapatkan pekerjaan.” Kata Nona Oh khawatir.
“Bukankah sudah jelas? Itulah satu-satunya cara untuk  terus membenci Ma Ru dari dunia ini.” Ucap Tuan Yoo seperti tak peduli. Nona Oh seperti merasa kesal mengambil keputusanya. 

Ma Roo mulai mengesekan batang kayu karena merasa dingin jadi akan segera membuat api dan sudah sering melakukan saat di militer, bahkan berada di pasukan khusus. Tapi saat itu tanganya malah lecet dan membuat So So untuk membalut tanganya.
“Jangan khawatir, itu sudah lama. Tapi aku akan segera membuat api.” Ucap Ma Roo melihat So So yang bergantian.
“Tidak apa-apa... Jangan memotong kedua tanganmu. Orang-orang yang berada di pasukan khusus  bahkan tidak dapat melakukan apapun dengan benar.” Ejek So So. Ma  Roo mengaku dulu pandai dalam hal itu.
“Tidak apa-apa... Aku berada di Pramuka saat masih kecil, jadi Membuat api gampang buatku.” Kata So So bangga.
Tapi beberapa saat kemudian, Ma Roo merobek sedikit bajunya dengan membalutkan tangan So So yang menganggap Pramuka, lalu tak bisa menahan tawa. Keduanya pun tertawa dengan tangan yang dibalut kain karena lecet. 

So So berusaha menahan dingin, Ma Roo memberikan jaketnya. So So menolak karena Ma Roo pasti kedinginan juga. Ma Roo mengaku baik-baik saja. So So mengejek Jangan berpura-pura, karena akan sakit. Ma Roo menegasakan kalau dirinya ada di pasukan khusus. Keduanya pun duduk berjauhan.
“Aku minta maaf untuk ini dan Suamimu pasti sudah menunggu.” Kata Ma Roo. So So binggung siapa yang dimaksud suaminya.
“Orang yang menyeretmu tadi.” Kata Ma Roo. So So mengaku kalau pria tadi adalah adik laki-lakiku.
“Aku kira suamimu lebih muda darimu.”ungkap Ma Roo. So So menegaskan bukan seperti itu maksudnya.
“Dia adalah saudara kandungku dan Satu-satunya saudara laki-lakiku.” Kata So So
“Kau bilang Dia adikmu? .. Itu melegakan.” Ungkap Ma Roo terlihat senang. So So heran kenapa Ma Roo berpikir kalau itu melegakan.
“Seorang suami yang kejam,  dan istri yang disalahgunakan. Aneh, hubungan yang ditakdirkan. jadi kau tidak bisa lepas. Seperti itulah rasanya... Tapi kenapa adikmu begitu keras kepala? Dia sangat kasar terhadap kakaknya.” Kata Ma Roo
“Itu tidak benar... Dia adalah anak yang lembut dan baik hati.” Ungkap So So
Ma Roo masih ingat saat Su Su berteriak padanya “ Jika kau berbicara bahasa Jepang,  Aku akan membunuhmu!” lalu mengaku tak tahu apakah adik So So memang lembut dan juga baik. So So pikir adiknya  mungkin tampak seperti itu, tapi jika melihat dari dekat, maka adiknya berbeda
“Apa yang membuatmu ingin datang jauh-jauh kemari? Apa kau selalu penasaran? Kau pasti mengalami banyak masalah.” Kata So So mengejek.
“Itu tidak benar. Aku mendapat masalah, dulu saat masih kecil. Tapi semua orang juga melakukannya.” Kata Ma Roo. So So ingin tahu apa yang dilakukan Ma Roo. 



“Jika dehumidifier dan humidifier bertempur, mana yang akan menang? Hal-hal seperti itu.” Kata Ma Roo. So So bingung yang dikatakan Ma Roo.
“ Seseorang membuat kelembaban, dan yang lainnya menyingkirkannya. Tidakkah kau penasaran siapa yang akan menang?” kata Ma Roo. So So pikir tidak juga.
“Kenapa kau tidak penasaran? Aku benar-benar penasaran.” Ungkap M a Roo.

Flash Back
Ma Roo denga seragam sekolahnya, satu adalah alat untuk pelembab udara dan satu alat pendingin udara seperti ingin mengetahui siapa yang menang dari dua alat itu.
So So mendengar cerita Ma Roo merasa kalau pasti sudah gila dengan nada mengejek bertanya siapa yang menang. Ma Roo menjawab kalau itu ibunya. Ia mengingat ibunya yang memarahinya, karena hanya mendapat masalah karena mungkin tak bisa membayar listriknya dengan memukul mengunakan sapu.


“Ibuku selalu menang dalam keluarga kami.” Kata Ma Roo mengingat sosok ibunya. So So mengaku kalau ia sangat cemburu.
“Aku belum pernah dipukul ibuku sebelumnya.” Ungkap So So. Ma Roo tak percaya kalau So So tak merasakan sekalipun.
Flash Back
Ibunya yang marah memilih untuk menghabiskan air minum dalam teko, untuk meredakan amarahnya. Ia merasa anaknya sudah kehilangan akal dengan pergi Perancis bahkan Pernikaha dan berpikir kalau akan sadar kalau dipukul. Tuan Yoo menahan istrinya agar tak memukul anak mereka.
“Pukul aku! Pukullah aku jika kau mau!” teriak So So. Tuan Yoon berusaha menahan istrinya.
“Aku pergi ke Perancis!”tegas So So tak peduli dan ibunya tak melakukan apapun.
“Pasti menyenangkan jika dia memukulku hari itu.” Ungkap So So merasa menyesal dengan kejadian sebelumnya.
“So So, kebahagiaan terbesar... Berawal dari menemukan seorang pria yang akan mencintaimu, dan cuma kau saja dihatinya. Ini seperti fantasi, kan? Itulah kenapa hal itu tidak ada dalam kehidupan nyata, Tidak ada pria seperti itu, bahkan tidak ada cinta seperti itu.” Nasehat ibu So So
“Aku masih akan pergi... Aku akan pergi ke Perancis!” ucap So So 


“Aku selalu menang saat bertengkar  dengan ibuku. Aku belum pernah kalah sebelumnya.” Kata So So lalu melihat Ma Roo yang semakin duduk mendekat.
“Kenapa kau terus mendekat padaku?” keluh So So. Ma Roo pikir mereka akan membeku pada tingkat kedingian seperti ini.
“Baiklah, tapi jangan mendekat lagi.” Tegas So So, Tapi Ma Roo malah memeluknya. So So kesal apa sebenarnya yang dilakukan tamunya itu. Ma Roo mengajak So So agar saling mendekap untuk mengurangi rasa dingin, karena itu cara landak itu tak membeku sampai mati. So So terlihat heran mendengarnya.
“Hari itu sangat dingin. Ada sekelompok landak, tapi jika mereka meringkuk bersama, mereka bisa bertahan. Tapi jika mereka bubar, mereka bisa membeku sampai mati. Mereka terus menjaga jarak satu sama lain, Jarak yang cukup aman. Begitulah cara mereka tak membeku sampai mati.” Kata Ma Roo menyakinan.  So So seperti tak bisa menolak karena memang udara diluar sangat dingin. 


“Seberapa bagusnya bisa berbicara sepanjang malam? Betapa senangnya memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Apakah Sepanjang malam?” gumam So Ran menatap keluar jendela.
Kyung Jae duduk disofa mengajak mereka untuk bicara, So Ran pun mempersilahkan Kyung Jae lebih dulu. Kyung Jae mengulang kalau  menelepon karena pekerjaan jadi So Ran akan mengerti. So Ran mengaku kalau selalu mengerti.
“Tidak, tidak pernah seperti itu... Aku juga tidak mau menjawab panggilan terkait pekerjaan saat di Perancis. Tapi ini semua untuk masa depan kita. Ini agar kita bisa memiliki masa depan yang bahagia.” Ucap  Kyung Jae menyakinkan.
“Jika kau berhasil, Apa itu berarti kita juga akan bahagia?” kata So Ran sinis.
“Hei, Han So Ran... Aku tidak melakukan ini hanya untuk diriku sendiri.” Tegas Ma Roo.
“Jika kau berhasil, Apa menurutmu segalanya akan menjadi lebih baik juga?” kata So Ran
Kyung Jae pikir tak ada yang salah kalau berhasil. So Ran menegaskan bukan seperti itu maksudnya. Kyung Jae pun ingin tahu apa maksudnyaSo Ran pikir mereka bisa bicara nanti. Kyung Jae ingin tahu kapan. So Ran hanya menjawab nanti.
“Mari kita bicara sekarang.  Ini bukan sesuatu yang harus kita tunda.” Kata Kyung Jae.
“Aku juga ingin bicara sekarang juga, bukan nanti.” Gumam So Ran mengingat kembali kenanganya. 

Flash Back
Kyung jae sering mengatakan “Nanti, saat aku sukses, ayo kita menikah di tempat yang indah.” Lalu kedua kalinya mengatakan “Nanti, aku akan menghasilkan banyak uang, jadi kita bisa tinggal di rumah pedesaan.” Dan ketika kalinya “Nanti, saat mendapat investasi,  Aku akan membelikanmu pakaian cantik.” Ia sering sekali mengatakan “Nanti... Nanti.. Nanti”

So Ran hanya bergumam kalau sangat muak, Kyung Jae melihat So Ran diam meminta kalau perlu bicara jadi ia akan mengerti. So Ran membalas dalam hati kalau tidak ingin bicara, tap ingin mendengarkannya. Ketika bersama dengan ketua tim, Ia mengatakan “Yang terpenting adalah waktu saat kita bersama sekarang.”
“Aku ingin mendengar sesuatu seperti itu... Itu akan membuatku bahagia. Bukan nanti, tapi sekarang.” Gumam So Ran hanya menginginkan waktu berdua.
“Baiklah, aku salah karena mengatakan kau itu bau dan  terus buang air.  Aku mengaku salah... Aku minta maaf, tapi kau yang memulainya. Kau bilang mencium sesuatu antara pria dan Pemandu itu. Sejujurnya, aku sangat membencinya saat kau berbicara tentang orang lain. Aku benar-benar kesal.” Kata Kyung Jae
“Apa kau tahu kenapa aku hanya berbicara tentang orang lain?” tanya So Ran. Kyung Jae pikir So Ran selalu seperti itu.
“Itu Karena kau menghindari percakapan tentang kita. Karena kau selalu menunda pembicaraan tentang kita sampai nanti. Itulah sebabnya satu-satunya hal yang bisa aku bicarakan adalah orang lain.” Gumam So Ran menjawab pertanyaan dalam hati. 


Flash Back 
Sesampai di Paris, So Ran berkomentar Hyun yang mengunakan riasan yang norak. Lalu melihat Ma Roo itu aneh karena datang dengan paket liburan sendirian, berpikir kalau itu seperti orang yang sesat dan mengalami depresi.
“Tapi sekali lagi, jika suamiku tidak berpendidikan, aku juga akan depresi.” Kata So Ran berkomentar tentang Tuan Oh yang suka marah-marah.
“Hei, kenapa kau hanya bicara tentang orang lain? Tidak bisakah kita membicarakan  tentang hubungan kita untuk sekali ini?” ungkap Ma Roo. 

So Ran bergumam kalau ia juga ingin membicarakan hubungan mereka lalu memilih untuk memakai jaket dan pergi. Kyung Jae bertanya mau kemana So Ran dimalam hari dan berpikir kalau akan bicara. So Ran hanya berkata “nanti”
**
Nyonya Han keluar dari hotel lebih dulu, lalu So Ran berjalan keluar sambil bergumam kalau mereka pernah melakukan itu sekali dalam hubungan mereka.
Flash Back 
So Ran duduk di meja makan mengajak mereka untuk membuat  beberapa rekening bank. Kyung Jae bertanya Siapa yang akan mengaturnya, So ran pikir tentu saja pasti ia yang melakukanya jadi mereka bisa setorkan 100.000 sampai 150.000 won sebulan dan pergi berlibur tahunan.
“Lalu menggunakannya untuk anniversarry kita. Menurutku "Dutch Pay" membuat kita terlihat keren.” Kata So Ran
“Tahukah kau "Dutch Pay" bukan ekspresi bahasa Inggris yang benar?” kata Kyung Jae. So Ran dengan polos mengartikan Orang Belanda bayar. Keduanya pun tertawa. 

Keduanya berbaring di tempat tidur, So Ran meminta maaf karena marah  kemarin. Kyung Jae pikir ia yang seharunya meminta maaf. So Ran pikir kalau saat bersikap seperti itu maka Kyung Jae harus menghiburnya dan Jangan hanya pergi seperti yang di lakukan kemarin. Kyung Jae setuju
“Bahkan jika aku marah padamu, senyumlah untukku, oke?” kata So Ran. Kyung Jae menganguk mengerti.
“Bahkan jika aku menyuruhmu untuk keluar dari pandanganku, jangan tinggalkan aku sendiri.” Pinta So Ran. Kyung Jae mengerti.
“Tidak peduli apa yang terjadi,  tetaplah di sisiku.” Kata So Ran. Kyung Jae pikir tak perlu khawatir karena akan tinggal di sisinya dan mereka pun mulai berciuman.
“Saat itu, semuanya spesial di antara kita. Itu benar-benar...  bagaimana hubungan kita yang dulu.” Gumam So Ran berjalan di atas jembatan sambil mendengarkan musik. 

Di pulau, So So dan Ma Roo bergantian sambil menatap, tubuh mereka saling berdekatan agar tak kedinginan. Keduanya saling menatap dengan tangan Ma Roo merangkul pingang So So dan akhirnya mereka berciuman.
Sementara di hotel, Kyung Jae gelisah melihat So Ran pergi sendiri dari hotel. So Ran terus berjalan diatas jembatan, seperti ingin menghilangakan perasaan yang kacau. Ma Roo dan So So masih berciuman seperti meluapkan perasaan masing-masing dan menghilangkan rasa dingin. 

Air pun surut, Ma Roo dan So So berjalan keluar dari pulau. Ma Roo ingin mengenggam tangan So So tapi So So melepaskan seperti terlihat marah. Ma Roo tak peduli berjalan mendekat dan mengenggam tangan So So dengan erat. So So pun membiarkanya.
“Aku ingin menjadi versi diriku yang aku suka. Tidak ada lagi sesuatu yang hebat dalam hidupku. Dan tidak ada yang membuat  hatiku berdegup lagi. Tapi aku tidak akan terpengaruh oleh apapun atau siapapun.”
So Ran seperti sepanjang malam ada di luar hotel dan melihat matahari terbit, sambil mengingat saat bersama dengan ketua Tim.
Flash Back
Ketua Tim membahas So Ran yang sudah tahu kalau akan melamar dan berjanji akan menjadi pacar yang  baik untuknya. So Ran dengan tegas kalau akan menolak lamaranya saat kembali. Ketua Tim pikir ia akan berbuat lebih baik sehingga So Ran tidak bisa menolaknya.
“Tolong jangan lakukan itu. Aku tidak akan berubah pikiran.” Kata So Ran yakin seperti dalam hatinya hanya milik Kyung Jae.
“Jangan terlalu yakin, Sampai liburanmu usai.” Kata Ketua Tim mengoda.

“Aku harus menemukan versi diriku  yang akan aku sukai. Seolah aku berada di film Perancis, di mana mereka selalu menemukan jawaban.” Gumam So Ran yang berdiri sendiri. Sementara Ma Roo dan So So berjalan bergandengan tangan menyeberangi pasir.
Bersambung ke episode 7

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. jadi penasaran So Ran endingnya bakal sama Kyung Jae atau Ketua Tim. Semangat terus ya kak update kelanjutannya.

    Tapi ngomong2 maaf2 banget nih ya kak. Sebenernya udh bagus nih sinopsisnya, cuma sering bgd typo namanya. Misal harusnya So Ran, ini jadi So So. Harusnya Kyung Jae, ini malah Ma Roo. Maaf ya kak komen begini.

    BalasHapus