PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 06 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 7

PS : All images credit and content copyright : KBS
So Yoon berkata akan berhenti bermain piano dan melepaskan segalanya, bahkan tak mengharapkan bantuan darinya. Yoo Bum duduk didepan keduanya. Nyonya Do menyakinkan anaknya kalau dirinya tak masalah jadi meminta agar jangan menyerah main piano.
“Ibu akan bicara dengan jaksa besok dan menuntaskan segalanya.” Kata Nyonya Joo
“Tolong jangan memohon!” teriak So Yoon ingin menusukan sumpit ketanganya, tapi saat itu Hong Joo mencegahnya.
Ibu Hong Joo kaget melihat ternyata tangan anaknya yang berdarah, mereka pun panik melihat melihat ada darah yang mengalir di lantai.  Saatitu juga Woo Tak terbangun dari tidurnya, seperti bermimpi dan itu sesuatu yang nyata. 

Woo Tak menceritakan pada Tuan Oh, kalau Ada yang terus muncul dalam mimpinya tapi tak bisa menceritakan dengan jelas.  Tuan Oh pikir Hanya ada satu cara menjelaskannya dan merasa kalau  Woo Tak pasti mabuk cinta, lalu ingin tahu Siapa gadis itu. Woo Tak mengingat saat pertama kali melihat Jae Chan panik memanggil Seung Won didepan mobil.
“Bukan gadis. Tapi dia itu pria.” Ucap Woo Tak. Tuan Oh kaget berpikir kalau Woo Tak menyukai sesamsa jenis dan langsung ketakutan.
“Bukan, bukan seperti yang kau kira.” Jelas Woo Tak. Tuan Oh pun bisa bernafas lega mendengarnya.
“Lalu kenapa pria itu terus muncul dalam mimpimu?” tanya Tuan Oh. Woo Tak juga tak tahu.
“Tapi apa kau tahu yang lebih aneh? Rasanya mimpi itu seperti akan jadi kenyataan.”ungkap Woo Tak
Tuan Oh pikir Woo Tak sudah gila dan sedang dalam kondisi yang tak baik, lalu mengajak untuk mentraktir makan daging nanti. Woo Tak menolak,  karena merasa akan bertemu seseorang. Tuan Oh seperti tak yakin. Woo Tak mengaku penasaran. 

“Aku penasaran dengan satu pilihan kecil yang aku ubah ini. Apakah itu bisa mencegah saat terkejam yang akan segera terjadi?” gumam Woo Tak sengaja pergi dengan Jae Chan bukan dengan Tuan Oh.
Seung Won membawakan makanan dengan cara dibanting. Yoo Bum melihat keduanya agak ketakutan meminta Jangan khawatir karena  tidak memberitahu Tuan Park kalau bertemu mereka. So Yoon langsung menanyakan alasan ingin bertemu. Jae Chan diam-diam sengaja untuk mendengarkan percakapan mereka.
“Aku jujur saja, Aku mantan jaksa  yang menjadi pengacara. Aku menangani banyak kasus serupa saat masih menjadi jaksa. Awalnya, aku ingin mendapat penilaian lebih baik, jadi aku selalu menuntut pelakunya. Seperti Jaksa Jung Jae Chan.” Ungkap Yoo Bum seperti sengaja ingin mengejek Jae Chan.
“Tapi aku sudah berubah. Aku tidak peduli Park Jun Mo masuk penjara atau tidak. Sementara  aku ini mengkhawatirkan kalian. Kalau kasus ini disidangkan..., Park Jun Mo akan langsung berhenti menafkahi kalian. Lalu Karier So Yoon sebagai pianis dan kompetisi besar akan lenyap. Putri Anda akan kehilangan bakat, masa depan, dan segalanya.” Kata Yoo Bum berusaha menyakinkan.
“Aku tidak tahan mendengar omong kosongmu. Apa Kau pikir dia tidak bisa bertahan tanpa suaminya?” ucap Ibu Hong Joo akhirnya turun tangan mendengar Yoo Bum berusaha merayu Nyonya Do.
“Jangan takut.. Setelah bercerai, pasti ada hak rumah dan hak asuh anak darinya.” Kata Ibu Hong Joo menyakinkan Nyonya Do.

Nyonya Do pun yakin kalau Dokumennya juga sudah siap. Yoo Bum dengan mulut busuknya berkata kalau Tuan Park siap untuk itu, walaupun ia tak tahu tapi dia pasti sudah menyembunyikan semuanya atas nama orang lain atau mengalihkan semuanya ke luar negeri dan mungkin bersiap untuk tidak memberi secuil uang pun saat bercerai. Nyonya Do mulai panik.
“Dengan Park Jun Mo dan reputasi So Yoon..., persidangan kalian akan langsung tersebar ke media. Setiap kali orang menonton penampilan So Yoon..., maka mereka akan teringat ayahnya yang terpidana. Jadi Bukan Park Jun Mo yang akan kehilangan segalanya setelah sidang nanti.  Tapi malah kalian berdua.” Ucap Yoo Bum.
“Itu sebabnya aku layangkan surat persetujuan agar dia tidak diadili.” Kata Nyonya Do
“Apa lagi yang bisa kulakukan? Jaksa Jang akan mengadilinya, mengabaikan surat persetujuan itu. Anda harus melakukan lebih dengan harus memohon kalau perlu. Demi putri Anda.” Kata Yoo Bum
“Lalu apa lagi setelah itu ? Ayahku akan dibebaskan dan saat-saat terkejam akan kembali.” Kata So Yoon marah. Yoo Bum mengatakan kalau kali ini beda.
 “Ini surat permintaan maaf yang ayahmu tulis dan Kau akan lihat perubahannya setelah membaca ini.” Kata Yoo Bum memberikan selembar kertas yang sudah ditulis tanganya.
“Aku akan berhenti bermain piano dan melepaskan segalanya dan tidak memerlukan bantuan darinya, selain juga tidak membutuhkan ini.” Kata So Yoon.
“Aku akan bicara pada jaksa.” Kata Nyonya Do. So Yoon kaget mendengar ucapan ibunya. 
Nyonya Yoo mengaku pada anaknya kalau tak masalah jadi meminta agar  jangan menyerah main piano dan akan bicara dengan jaksa besok jadi menuntaskan segalanya. So Yoon berteriak agar jangan memohon dan siap untuk menancapkan sumpitnya. Saat itu Jae Chan mengebrak meja membuat suasana hening.
“Itu tidak perlu.” Ucap Jae Chan. Yoo Bum kaget melihat Jae Chan ternyata ada di tempat yang sama.
“Kurasa ini kasus serangan dan Walau Anda menangis tersedu-sedu, maka aku tetap akan mendakwanya. Aku akan memastikannya.” Tegas Jae Chan. Nyonya Do pun hanya diam saja.
“Aku sudah membaca surat permintaan maaf Park Jun Mo tapi isinya sama saja  dengan surat sebelumnya. Aku Tak tahu apa dia tidak kreatif, atau mungkin tidak pernah berubah. Dia menuliskan  "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi kalau kau melepasku." Itu sama dengan empat bulan lalu.Tapi hal yang sama terjadi lagi.” Ungkap Jae Chan dengan nada mengejek.
Ia juga menemukan kalimat yang sama lagi yaitu "Aku akan berubah dan menjadi pria sejati." Jae Chan pikir kalau manusia itu tidak berganti kulit dan Hanya ular saja yang bisa, lalu Ular akan membesar dan menakutkan setelah berganti kulit.
“Tolong enyah dari meja ini, Jaksa Jung. Aku kemari untuk memberi mereka saran.”.” Kata Yoo Bum membela diri

“Itu bukan saran namanya, tapi ancaman. Kalau bisa beri Park Jun Mo saran karena hanya dia yang kau pedulikan. Katakan padanya untuk mengaku, pasti akan aku maafkan.” Kata Jae Chan memegang tangan So Yoon untuk menguatkan.
“Jangan menangis Dan jangan takut juga. Aku kenal pria ini. Dia pasti tahu dia kalah kalau kami taat hukum jadi dia datang untuk bicara seperti harimau, padahal dia itu hanya kucing. Itu sebabnya, kita taati saja hukum. Kalian harus tegas padanya, supaya tidak diganggu lagi. Dan Jangan khawatir. Aku akan pastikan melindungi ibumu.” Ucap Jae Chan dengan gaya menghibur seperti anak tk membentuk tanganya seperti harimau.
So Yoon melihat Jae Chan mengejek seperti anak-anak, karena dirinya bukan anak-anak dan kenapa bawa-bawa harimau dan kucing. Jae Chan binggung ingin menjelaskanya. So Yoon pikir tak perlu karena sudah mengerti maksudnya.
Woo Tak melihat sesuatu perubahan yang terjadi, dalam mimpinya bersama dengan Tuan Oh makan di restoran dan Hong Joo terluka karena berusaha menyelamatkan So Yoon  membuat ibunya panik. Sementara didepanya sekarang tak ada yang terluka dan membuat Yoo Bum seperti mati kutu tak bisa berbuat apa-apa, karena ia datang dengan Jae Chan. “Pilihan kecil yang kuubah ini akhirnya mencegah kejadian buruk itu.” Gumam Wo Tak bangga. 


So Yoon mencuci bekas panggangan, Hong Joo melihatnya menyuruh So Yoon masuk saja karena ia yang akan mencucinya karena Tangannya bisa terluka. So Yoon berkomentar kalau Itu lebih baik jadi tidak perlu bermain piano dan ibunya juga tidak akan dipukuli serta menangis. Diam-diam Nyonya Do mendengar pembicaraan anaknya.
“Itu Bagus, Lalu Apa Kau akan menusuk tanganmu dengan sumpit?” kata Hong Joo. So Yoon membenarkan.
“Aku bisa hidup tanpa piano, tapi tanpa ibuku, aku tak bisa hidup.” Kata  So Yoon. Hong Joo mengaku kalau tahu dengan perasaanya.
So Yoon mengejek Hong Joo itu tak tahu apapun  Hong Joo mengaku Sangat tahu. So Yoon terus mendorong kalau tidak tahu. Keduanya saling mendorong tapi setelah itu langsung tertawa. 


Jae Chan berdiri sambil makan timun menatap adiknya yang hanya diam saja. Seung Won mengaku harus membantu mereka di saat jam sibuk begini. Jae Chan tahu saat adiknya  memberi tetangga kue beras waktu pindah kemari.
“Aku tahu kau itu sangat menyayangi tetanggamu. Kau itu pria yang amat baik.” Ejek Jae Chan
“Itu karena aku mirip denganmu.” Balas Seung Won. Jae Chan pun bertanya kenapa harus dirinya.
“Kau sebaiknya menepati janji pada So Yoon. Aku mempercayaimu dan Tolong lepaskan celemek itu.” Ucap Seung Won lalu beranjak pergi ke dapur. 

Woo Tak membayar makanan Dua porsi daging babi dan doenjang jjigae. Hong Joo memberitahu Total 32 ribu Won, Woo Tak pun memberikan kartunya, lalu melihat tangan Hong Joo masih baik-baik saja dan berkata “Baguslah.” Hong Joo binggung apa maksudnya.
“Maksudku... semuanya.” Ungkap Woo Tak sedikit gugup.
“Han Woo Tak , pasti ini bukan kebetulan. Saat kau bertemu denganku dan mengajakku ke sini. Lalu Yoo Bum tiba-tiba datang. Kau tahu semuanya, 'kan?” ucap Jae Chan datang berdiri di meja kasir.
“Aku akan menjawabnya dan Kalau mau ronde kedua.” Kata Woo Tak. 

Woo Tak melihat makanan yang dibeli Jae Chan menurutanya seharusnya kesepakatan yang adil, karena sebelumnya ia mentraktir daging babi dan doenjang jjigae, tapi Jae Chan hanya membelikan snack menurutnya  ini tidak akan menganggap ronde kedua.
“Jangan bicara omong kosong dan jawablah aku. Bagaimana kau akan menjelaskan yang terjadi hari ini?” ucap Jae Chan.
“Kau mungkin berpikir aku gila kalau mendengar ini. Dan Sebenarnya, aku juga tidak memercayai situasi ini. Sebenarnya itu..., aku sudah melihat kejadian ini di dalam mimpiku.” Ungkap Woo Tak. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Hei. Apa Kau juga memimpikan hal seperti itu?” kata Jae Chan. Woo Tak menelaah ucapan Jae Chan kalau itu artinya ia juga mendapatkan hal yang sama.
“Aku juga memimpikan hal itu. Aku memimpikan hal yang akan terjadi di dunia nyata.” Akui Jae Chan. Woo Tak pikir kalau itu Tidak mungkin.
“Aku memimpikan kejadian pada Hari Valentine..., jadi aku bisa menghentikan kecelakaan itu.” Cerita Jae Chan.
Woo Tak benar-benar tak bisa mempercayainya dan menurutnya kalau seperti ini sudah jadi hal umum. Jae Chan juga tak mengerti lalu menunjuk ke arah luar jendela kalau ada yang sama juga dengan mereka. Hong Joo sudah ada diluar jendela dengan gaya imutnya pura-pura tak tahu.
 (#4: Beberapa Pria Baik)

Ketiganya duduk di minimarket, Woo Tak piki kalau ini seperti  penyakit menular. Jae Chan juga tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Woo Tak bertanya Apa ada orang lain yang bermimpi seperti mereka. Hong Joo pikir tidak karena ia  Aku sudah lama memimpikan hal seperti itu.
“Tidak ada lagi yang bermimpi selain kalian.” Jelas Hong Joo.
“Berarti kita ini ada kesamaan dan Tahun lahir kita sama.” Pikir WooTak. Jae Chan pikir Banyak orang yang lahir di tahun itu.
“Apa golongan darah kalian?” tanya Hong Joo. Keduanya menjawab bergantian yaitu B dan O.
“Kalian lahir bulan apa?” tanya  Hong Joo.Woo Tak mengatakan April dan Jae Chan menjawab September. Hong Joo pikir itu benar.

Mereka membuka youghurt bersama-sama dan menjilat bagian tutup lebih dulu sebelum membuangnya. Hong Joo melihatnya langsung menghentikan keduanya, menurutnya itu karena alasan ini yaitu mereka sama-sama menjilat bagian tutupnya.
“Semua orang itu bisa begini, kecuali orang kaya.” Keluh Jae Chan. Hong Joo seperti tak yakin.
“Sebentar. Kalau semua ini benar..., berarti kita seperti pahlawan. Kita menghentikan adikmu melakukan hal bodoh karena Park Jun Mo dan Kita juga menyelamatkan tanganmu. Cobalah berpikir sebaliknya. Kalau kita tak menghentikannya, maka hal buruk akan terjadi.” Ucap Woo Tak bangga
“Kasus Park Jun Mo juga belum berakhir.” Kata Hong Joo
“ Kasus itu akan berakhir begitu Jaksa Jung menuntutnya. Kau akan pegang janjimu itu? Aku akan tunggu.” Kata Woo Tak memegang pundak Jae Chan seperti memberikan beban ditubuhnya. Jae Chan pikir Tidak usah menunggu begitu.


Jae Chan berjalan pulang ingin tahu alasan Hong Joo yang mengikuti mereka ke minimarket. Hong Joo mengaku Ada yang ingin dikatakan. Jae Chan pikir kalau Hong Joo akan mengatakan menunggunya, akan percaya atau ia akan tepati janji, menurutnya tak perlu karena sudah cukup mendengarnya.
“Aku tidak mau mendengarnya darimu.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengatakan bukan itu.
“Buka jasmu untuk mempromosikan kedai kami, supaya orang bisa melihat celemeknya.” Kata Hong Joo. Jae Chan membuka jaket dan tersadar kalau celemeknya belum dilepas.
“Kenapa kau tidak ingin dengar orang-orang akan menunggunya? Itu cara mereka mendukungmu.” Kata Hong Joo.
“Itu lebih seperti ancaman. Artinya mereka akan kecewa kalau aku gagal menyelamatkan seseorang. Jadi, kau tidak mau mengecewakan seseorang.” Jelas Jae Chan.
Hong Joo mengerti lalu dengan mengoda Hong Joo bertanya kenapa Jae Chan tidak mau mengecewakannya. Jae Chan mengeluh Hong Joo kembali bersikap seperti itu lagi, kalau ia tidak mau mengecewakan siapa pun, bahkan anjing di jalanan sambil memberikan celemeknya.
“Kurasa aku mengerti maksudmu. Aku punya kemampuan untuk memahaminya  bahkan hal-hal yang paling rumit sekalipun.” Goda Hong Joo lalu masuk ke dalam rumah. Jae chan hanya bisa mengumpat pada Hong Joo percaya diri berpikir kalau ini rumit.
“Kenapa dia memahaminya dengan baik?” keluh Hong Joo lalu akhirnya pergi menjauh dari rumahnya. 

Seung Won dan So Yoon keluar dari persembunyian setelah Jae Chan pergi.  So Yoon pikir kenapa mereka harus bersembunyi, padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Seung Woo pikir kalau ia hanya tidak ingin kakaknya salah paham.
“Lalu Dia itu mau ke mana jam segini?” tanya So Yoon. Seung Won pikir kakaknya akan berkerja. So Yoon kaget karena Jae Chan akan berkerja walaupun sudah larut malam dan ingin tahu alasany.
“Entahlah, mungkin Dia bisa saja tidak mau mengecewakan siapa pun.” Kata Seung Won yang sudah mengenal sifat kakaknya. 

Jae Chan pergi ke kantor dan mulai membuka kembali kasus Tuan Park, bahkan tanpa sadar sinar matahari masuk ke dalam ruanganya. Hyang Mi masuk lebih dulu lalu Tuan Choi binggung karena Jae Chan sudah ada didalam ruangan, lalu Tuan Choi pun bertanya apa yang dilakukan Jae Chan.
“Kalau aku tahu, pasti aku akan jalan terus, tanpa berhenti” kata Hyang Mi lalu mereka pun menyapa Jae Chan dan bertanya apakah lembur lagi.
“Tentu saja, apa lagi yang mau kulakukan di sini? Dan Hyang Mi.. Bisa tolong pinjamkan rekaman Park Jun Mo sebelumnya?” ucap Jae Chan.
“Apa Park Jun Mo lagi? Kurasa kalau begini, aku pasti sudah jadi sahabat Park Jun Mo.” Keluh Hwang Mi
“Tuan Choi,  ayo ikut ke tempat kejadian bersamaku.”kata Jae Chan, Tuan Choi kaget kalau harus pergi Tempat kejadian.
“Aku juga ingin pergi sendiri tapi kita harus pergi bersama. Biar aku yang akan memeriksanya.” Kata Jae Chan sudah siap dengan jaketnya. Tuan Choi hanya bisa mengeluh Jae Chan  yang harus periksa tempat kejadian.
“Aku bahkan melepaskan pakaian dalamku dan Tolong pinjam lotionmu.” Kata Tuan Choi karena tahu kalau diluar sangat dingin. Hyang Mi hanya merasa kalau muak denga keduanya. 


Jae Chan pergi ke apartement saat Nyonya Do tinggal bersama dengan Tuan Park, Tuan Choi hanya berjongkok saja sambil bermain sendiri. Setelah itu pergi ke tempat So Yoon melakukan pageleran, Tuan Choi melihat Jae Chan sibuk mengambar denah dan mengeluarkan ponselnya kalau itu bisa di ambil fotonya bahkan terlihat dengan jelas.
Jae Chan melihat rekam medis pasien, Tuan Choi sibuk bersama dengan pasien lain, ternyata ia sedang menunggu pengumuman lotre. Sementara Jae Chan sibuk minta agar bisa memeriksa data pasien masuk tanggal 10 Februari.  Tuan Choi kesal karena nomor lotrenya kalah, dan yang keluar Angka 45, 15, 35, 43, 27, 33, dan 16. Itu adalah nomor yang Jae Chan pilih, tapi sudah dirobek. 

Jae Chan pulang ke rumah dengan wajah lelah dan langsung tidur tanpa membuka baju, alarm berbunyi sudah pukul 7 pagi. Seung Won membuat makanan di microwave dan menyuruh kakaknya makan karena sudah membuatkan sarapan, tapi Jae Chan yang masih mengantuk langsung keluar mengatakan kalau terlalu sibuk jadi tak akan sempat sarapan.
Seung Won pun hanya makan sendiri, di rumah Woo Tak juga makan sendiri seperti tak bergairah. Lalu menyap anjingnya yang bernama Woo Bin, dan berusaha mencicipi makanan Woo Bin. Woo Bin seperti tak suka makananya diminta oleh majikan, langsung mengonggong. Woo Tak pikir Rasanya akan lebih enak kalau diberi bumbu.

Ibu Hong Joo menaruh panci besar diatas meja.Nyonya Do tak percaya kalau Ibu Hong Joo membuat masakan ikan jjim di rumah. Ibu Hong Joo pikir sudah lama ingin membuat masakan ini di rumah tapi karena hanya ada mereka berdua, jadi aku belum sempat.
“Tapi aku membuatnya karena sekarang kita berempat” kata Ibu Hong Joo
“ Ada yang harus dirayakan juga.” Ucap Nyonya Do. Ibu Hong Joo bertanya Dirayakan Apa maksudnya.
“Hari ini, kami mendapat telepon dari Yayasan Evan. Mereka ingin membiayai So Yoon.” Kata Nyonya Do, Keduanya terlihat ikut bahagia.
“Benarkah? Jadi kau akan sekolah di luar negeri?” tanya Hong Joo
“Itu, aku bisa pergi kalau semuanya sudah tuntas.”kata So Yoon bangga
Nyonya Do pikir mereka bisa pulang ke rumah pekan ini. Ibu Hong Joo tahu kalau  penyelidikannya akan berakhir pekan ini. Nyonya Jo menceritaakn kalau Jaksa Jung tadi menelepon dan bilang Jun Mo tidak akan dibebaskan dengan mudah kali ini dan meminta untuk tidak khawatir.
“Omo. Dia baik sekali. Apa Dia bahkan menghubungimu?” kata Ibu Hong Joo tak percaya. Nyonya Jo pikir kalau kalau Jae Chan  bisa dipercaya.
“Dia itu pria baik dan juga sangat tampan.” Kata ibu Hong Joo menuliskan catatan seperti ingin menilai calon mantunya. 

Jae Chan terlihat mengantuk sambil menunggu bus, lalu saat di dalam bus kantuknya tak hilang bahkan tertidur walaupun sesekali bangun karena tak ada sandaran. Tiba-tiba Hong Joo sudah duduk disampingnya dan sengaja menyandarkan kepala Jae Chan di pundaknya.
Hong Joo sengaja menutupi wajah Jae Chan dengan tangan agar tak terkena sinar matahari, Jae Chan seperti tidur dengan nyenyak sampai akhirnya mengigau mengucapkan Terima kasih. Hong Joo binggung dan menepuk tangan Jae Chan kalau mereka sudah sampai. Jae Chan kembali mengucapkan Terima kasih.
“Kalau kau mau berterima kasih, bangunlah. Cepat.” Ucap Hong Joo. Jae Chan terbangun dan kaget melihat Hong Joo sudah ada disampingnya, bahkan tertidur di bahunya.
“Jung Jae Chan...  Kau pasti bermimpi. Apa yang kau mimpikan?Apa Kau memimpikan kejadian yang akan datang?” ucap Hong Joo. Jae Chan mengaku tidak. Hong Joo ingin tahu apa itu dan menyuruh segera menekan bel karena harus turun. Jae Chan buru-buru menekan bel walaupun wajahnya terlihat binggung.

Jae Chan heran dengan Hong Joo apa yang biasanya dilakukan karena seperti tidak punya pekerjaan. Hong Joo dengan gaya percaya dirinya merasa kalau Jae Chan akhirnya tertarik padanya, menurutnya akalau Ketertarikan itu akan mengarah pada rasa suka danJae chan akan melakukan PDKT.
“Kalau begitu, aku ingin menjadi bagiannya.” Kata Hong Joo mengoda. Jae Chan heran dengan ucapan Hong Joo menurutnya Menjadi bagian apa.
“Aku bertanya karena kau selalu mengikutiku setiap hari.” Keluh Jae Jae Chan.
“Tapi ini baru yang kedua kalinya. Apa Kau mau setiap hari begini?” ucap Hong Joo.
“Tidak. Aku tidak mau sama sekali,  tapi kau selalu mengikutiku.” Kata Jae Chan.
“Ada alasan yang harus kulakukan. Aku memimpikanmu, dan kau tertidur di perhentian terakhir. Kau sangat terlambat, jadi, dimarahi bosmu.” Cerita Hong Joo
Dalam mimpinya, Jae Chan tertidur lalu terlambat dan masuk ruangan Tuan Park, lalu kena omelan dan Jae Chan menyuruh pergi dan tak perlu ikut rapat karena sudah hampir jam makan siang.
“Harimu akan berat karena kasus Park Jun Mo. Aku mengikutimu untuk menyelamatkanmu dari masalah.” Ucap Hong Joo
“Kau bilang Hari yang berat? Aku tidak akan membiarkannya. Aku tidak bisa tidur lebih dari lima jam empat hari ini karena harus mengurus kasus yang tidak bisa kuurus. Kalau kasusnya kuselesaikan hari ini, maka kami bisa menuntutnya. Dalam istilah baseball, namanya "cold game".” Kata Jae Chan yakin .


Dalam mimpi Hong Joo, Yoo Bum dan Tuan Park berjalan melewati ruangan lalu Ia sedang bertemu dengan saksi terlihat sangat marah. Hong Joo seperti berpikir kalau Jae Chan tak bisa menang melawan Yoo Bum. Jae Chan melihat wajah Hong Joo ingin tahu kenapa ekspresinya malah seperti itu.
“Apa Kau bermimpi buruk lagi?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengaku tak ada.
“Kalau begitu, jangan memasang ekspresi serius. Itu membuatku gelisah. Aku pergi dulu.” Kata Jae Chan.
“Hei.. Jung Jae Chan... Semangat!” kata Hong Joo dengan gaya imut. Jae Chan mengeluh agar Hong Joo Jangan beri semangat padanya. Hong Joo melihat Jae Chan seperti memiliki kegelisahan. 


Di kantor Yoo Bum.
Tuan Park mengeluh karena Sepertinya aku tidak perlu ke Kejaksaan untuk diberi pertanyaan, dan masalah ini jadi begitu besar. Yoo Bum mengaku   tidak bisa apa-apa karena istri Tuan Park ingin suaminya dihuku, jadi harus menjawab yang ditanyakan jaksa.
“Kurasa satu saja sudah cukup, Anda lebih lemah dari yang kukira.” Ucap Yoo Bum memberikan obat anti panik.
“Ini pertama kalinya aku berada di Kantor Kejaksaan.” Kata Tuan park
“Kami punya berkas asli rekaman CCTV dan juga menyuap dokter yang menuliskan catatan medis. Jadi Kami siap untuk segalanya. Kenapa Anda begitu cemas? Pengacara lain bahkan tidak bisa berkata-kata saat di Kejaksaan. Tapi Aku berbeda. Kalau terjadi sesuatu, aku bisa membela Anda. Jadi jangan khawatir.” Kata Yoo Bum bangga lalu mengajak Tuan Choi untuk pergi.
Tuan Park mengelak kalau dirinya tak cemas, karena tahu cara kerja Yoo Bum itu sangat teliti. Yoo Bum masih melihat Tuan Park gelisah, lalu menyakinkan kalau klienya bisa tenang dan tidak bersalah. Tuan Park juga tahu, tapi Yoo Bum pikir Tuan Park Jangan tenang karena terlihat tidak tahu malu.

Woo Tak di kantor polisi mencoba mencari tahu apa kesamaan dari merkea bertiga, mulai dari Faktor tunggal di antara kami adalah lahir tahun 1988, lalu Ulang tahun dan golongan darah tidak sama, tampan dan juga cantik. Dua orang polisi masuk membahas Japchae di tempat itu enak.
“Han Woo Tak, pergilah makan siang.” Kata seniornya. Woo Tak mengangguk mengerti. Seniornya bertanya dimana keberadaan Petugas Oh
“Dia pergi ke Kantor Kejaksaan sebagai saksi kasus Park Jun Mo.”kata Woo Tak
“Petugas Oh sangat lemah. Dia pasti berani di sana.” Ungkap senior pria
“Kalau begitu, Letnan Han, kau harus makan siang sendiri. Apa aku Mau bergabung juga? Tadi makanku sedikit, jadi...” kata polisi wanita
“Tidak usah. Sepertinya aku akan menemui seseorang.” Kata Woo tak lalu bergegas pergi. Si wanita seperti kesal karena Woo Tak meninggalkanya. 

Woo Tak mengintip dari depan jendela restoran seperti mencari Hong Joo. Ibu Hong Joo mendekat lalu sengaja menyapanya. Woo Tak kaget melihat ternyata ada orang didekatnya. Ibu Hong Joo ingat dengan Woo Tak yang mengembalikan ponselnya. Woo Tak pun menyapa ibu Hong Joo lebih dulu.
“Kau Sedang apa? Kenapa tidak masuk?” ucap Ibu Hong Joo. Woo Tak gugup merasa kalau hanya ingin.. Ibu Hong Joo langsung menarik Woo Tak untuk masuk ke dalam restoran.
“Kudengar level tertinggi makan sendiri adalah membakar daging?” kata Ibu Hong Joo membakarkan daging untuk Woo Tak
“Ya. Aku suka daging yang terakhir kali kumakan di sini. Rasanya seperti daging yang dimasak ibuku.” Ungkap Woo Tak seperti memiliki maksud lainya.
“Baik, aku mengerti... Jangan memujiku.” Ungkap Ibu Hong Joo seperti mengetahuinya. 

Saat itu Hong Joo datang melihat Woo Tak dan langsung bertanya kenapa datang ke restoran. Woo tak mengaku hanya suka dengan makanan di restoran. Ibu Hong Joo seperti bisa tahu alibi Woo Tak
“Apa Kau kemari untuk makan siang? Apa Kau makan daging babi sendirian?” tanya Hong Joo
“Ya, aku suka makan daging babi sendirian saat makan siang.” Kata Woo Tak. Hong Joo memuji Woo Tak punya selera makan yang bagus. Ibu Hong Joo lalu menyuruh anaknya membakar daging setelah itu menulis pada buku catatan kalau Woo Tak bisa menjadi calon menantunya.

“Ayo makan bersama... Aku memesan dua porsi dan Bagaimana kalau kita mengadakan pesta malam ini? Lalu Suruh Jaksa Jung mentraktir kita.” Kata Woo Tak penuh semangat
“Tidak bisa. Dia pasti merasa bersalah nanti.” Kata Hong Joo .
“Kenapa? Bukankah ini hari terakhir penyelidikan Park Jun Mo?” kata Woo Tak
“Aku memimpikan itu, dan penyelidikannya kacau. Orang itu tidak akan diadili. Jadi, kita tidak bisa berpesta, tapi kita akan menghiburnya.” Jelas Hong Joo
“Aku memimpikan hal sebaliknya. Dalam mimpiku, Jaksa Jung berhasil menuntut Park Jun Mo Dan Park Jun Mo juga memohon padanya.” Kata Woo Tak. Hong Joo kaget karena Woo Tak memimpikan yang sebaliknya.

“Park Jun Mo.. Anda mengatakan ini dalam penyelidikan tahun lalu. "Semua terjadi karena istriku yang pantas dipukuli." Kalau benar begitu..., berarti wanita bersalah saat orang mesum memotretnya?” ucap Jae Chan dengan wajah serius layaknya jaksa.
“Apa salah korban kalau uang mereka dicuri? Kalau benar begitu..., Anda bertanggung jawab atas semua hal yang kulakukan di sini... karena telah mengatakan hal yang salah. Semua ini salah Anda.” Kata Jae Chan menunjuk ke arah depannya.
Tapi ternyata Jae Chan hanya sendirian dalam ruang interogasi berpikir kalau perkataanya Terlalu kasar dan mulai berlatih kembali. Ia merasa untuk yang kedua kalinya kalau terlalu canggung dan berpikir kalimat yang lebih mengesankan sambil berlatih dan melihat ke arah jendela. 

Sementara di ruang kontrol sudah berkumpul jaksa senior melihat tingkah Jae Chan heran dengan yang dilakukanya karena Tidak biasanya. Jaksa Lee pikir Jae chan itu seperti inspektur kerajaan. Jak-sa Park bertanya-tanya apakah Jae Chan tak tahu kalau mereka semua ada di ruang kontrol.
“Dia tidak akan melakukannya kalau dia tahu. Dia berlatih karena ingin melakukannya dengan baik.” Ucap Hee Min
Kita pura-pura saja tidak melihat apa pun.” Ucap Jaksa Lee
“Meskipun dia melakukan itu, Park Jun Mo tetap tidak akan mengaku. Angkat tangan kalau kalian berpikir demikian” kata Jaksa Park lalu melihat Jae Chan sibuk merapihkan rambutnya.
Bersambung ke episode 8

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar