PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Begitu
jatuh ke Sungai Styx, kau tidak akan bisa kembali.” ucap Yeon dan Rang berani
menusuk pedang ke tubuh Immogi dan Yeon.
Ji A
melihatnya berteriak histeris, Yeon
berkata “Aku mencintaimu.” Dan akhirnya jatuh ke sungai. Ji A mencoba menahan
tapi Yeon sudah lebih dulu jatuh. Ia pun menangis dan menemukan gantungan. Rang
menatap tanganya seperti tak percaya kalau membunuh Yeon.
Yeon
terjatuh di sungai dan akhirnya tubuhnya terpisah dengan Immogi. Immogi pun
menghilang. Ia bisa mendengarkan suara Ji
A “Jangan tinggalkan aku... Lee Yeon!” yang berteriak histeris.
“Aku bisa
mendengar tangisannya... Aku harus memberitahunya bahwa tidak perlu bersedih. Kisah
cinta antara manusia dan Gumiho pasti akan berakhir seperti ini. Sejak awal, kami
bagian dari dunia yang berbeda.” Gumam Yeon.
Ia
mengingat saat Ji A yang berani menjatuhkan diri di balkon lalu Yeon yang
menyelamatkanya.
“Aku
ingin memakai kata "cinta" sebagai jembatan dan menyeberang ke dunia
yang dia tinggali. Aku ingin berjalan dengannya lebih lama. Aku ingin menjadi
manusia” gumam Yeon mengingat semua kenangan dengan Ji A
Ji A
masih menangis karena harus kehilangan Yeon dengan dirinya. Yeon bisa melihat
Ji A yang mengulurkan tangnya, tapi tak bisa meraihnya.
“Aku
tidak ingin dia terlalu sering menangis karena aku. Aku ingin melihatnya untuk
kali terakhir. Sekarang, aku tidak bisa melihat wajahnya.” Gumam Yeon
[Episode
16, Menulis Kembali Kumiho]
Shin Joo
menunggu dirumah, Yoo Ri datang melihat pacarnya langsung berlari memeluknya
sambil menangis. Jae Hwan menunggu di luar kamar, Sae Ron terbangun melihat Jae
Hwan dengan senyuman bahagia.
Nyonya
Bok memegang tangan Tuan Choi dan tubuhnya sudah kembali normal, tak ada demam
dan juga bintik-bintik merah.
Berita di
TV [Adakah keajaiban di dunia ini? Penyakit misterius yang membuat warga
gemetar ketakutan menghilang dalam semalam. Pasien dan keluarga mereka yang
tidak berdaya melawan penyakit misterius dengan penyebab dan mekanisme yang
tidak diketahui menangis bahagia sambil berpelukan.]
Di
ruangan Imigrasi akhirat terlihat bangku Nenek Yeon yang kosong. Di papan masih
ada pengumuman [Informasi Pribadi] dan Nenek Yeon ternyata sudah kembali
seperti semula. Tuan Hyun datang
memberitahu kalau Semuanya akhirnya kembali pada tempatnya.
“Aku
tidak bisa melindungi Yeon. Aku kehilangan anak lain yang sehat.” Ucap Nenek
Yeon
“Tidak.
Kau melakukan semua yang kau bisa untuk Yeon. Karena itu aku kembali ke
sisimu.” Ucap Tuan Hyun menyakinkan.
“Apa Yeon
pergi dengan tenang?” tanya Nenek Yeon. Tuan Hyun pikir seperti itu.
“Dia
menyelamatkan anak itu seperti yang dia inginkan.” Kata Tuan Hyun tiba-tiba
terdengar dari depan pintu yang memanggil “Hyuneuiong.”
Ji A
dengan air mata yang terus menangis memanggil “Hyuneuiong. Meminta agar membuka
pintu. Tuan Hyun bingung apa yang akan dilakukan. Nenek Yeon memperingatkan agar Jangan buka
pintunya. Tapi Tuan Hyun merasa tak enak hati.
“Dia
harus melupakan Lee Yeon dan hidup dengan manusia biasa.” Ucap Nenek Yeon.
“Tolong
beri tahu aku. Bagaimana aku bisa menyelamatkan Lee Yeon? Apa ada yang bisa
kulakukan? Bisakah kau memberitahuku?” ucap Ji A memohon tapi keduanya tak
keluar dari rumah.
Esok
harinya, Ji A kembali datang memanggil “Hyuneuiong” agar membuka pintu. Nenek
Yeon tak peduli tetap mengetik, Tuan Hyun yang duduk didekat Nenek Yeon mencoba
melirik mencoba agar istrinya luruh. Nenek Yeon tetap tak peduli. Ji A tetap
menunggu didepan pintu beberapa hari.
Rang
menatap tanganya yang membunuh Yeon, seperti sangat merasa bersalah. Yoo Ri
datang bertanya apakah ingin membelikan naengmyeon. Rang menyuruh Yoo Ri Keluar
dan hanya minum wine saja. Yoo Ri merasa khawatir melihat Rang.
“Kau
belum makan selama tiga hari, hanya minum-minum.” Ucap Yoo Ri. Rang tak peduli
menyuruh keluar saja.
“Ini
bukan salahmu. Lee Yeon memintamu melakukannya.” Kata Yoo Ri mencoba
menenangkan Rang.
“Apa Kau
mau stiker? Aku juga bisa memberimu mobil yang tampak fantastis.” Ucap Su Ho
“Enyahlah,
kalian berdua! Keluar dari rumahku!!” teriak Rang. Yoo Ri panik lansung menutup
telinga Su Ho dan mengajaknya keluar dari kamar.
Ji A
masih menunggu dan melihat pintu akhirnya terbuka. Ia bergegas masuk dan Nenek
Ji A sudah menunggu didepan pintu ruangan kerjanya. Ia pun mengucapkan Terima
kasih sudah mengizinkannya masuk. Nenek yeon dengan sinis mengaku tidak punya
waktu untuk menghibur jadi akan langsung ke intinya.
“Lee Yeon
sudah mati. Kau tidak bisa menghidupkannya kembali.” ucap Nenek Yeon
“Mungkin
aku tidak bisa, tapi aku yakin kau bisa. Kau berkuasa atas hidup dan mati, jadi,
pasti ada...” ucap Ji A
“Di dunia
ini juga ada peraturan yang harus dipatuhi. Beberapa hal mustahil diwujudkan.”
Kata Nenek Yeon
“Bisakah kau setidaknya memastikan dia bereinkarnasi? Tidak apa-apa jika dia tidak mengenaliku. Aku tidak peduli jika dia melupakanku.” Kata JI A
“Dia
melompat ke Sungai Styx atas keinginannya sendiri. Dia mengambil keputusan itu meski
tahu tidak akan bereinkarnasi. Jadi, berhentilah protes di depan kantorku. Kau
tidak bisa membatalkannya dengan menggangguku.” Tegas Nenek yeon
“Tidak.
Pasti ada jalan... Cara untuk mengembalikan Lee Yeon.” Ucap JI A yakin
“Hal itu tidak
akan pernah terjadi. Aku ingin memberitahumu itu.” Kata Nenek Yeon dan langsung
menutup pintu. Ji A berteriak memanggil nenek Yeon tapi tak terbuka pintunya.
Ji A
berjalan pulang dan mengingat kenangan dengan Yeon kalau jalan gelap karena
Semua lampu jalannya padam. Ia pikir Jika Yeon bisa memperbaiki lampu dengan
kekuatan super, pasti sangat keren. Yeon mengeluh kalau Ji A lebih baik Ajukan keluhan ke kantor wilayah.
Ji A pun
berjalan lagi dan melihat
Ia bisa
melihat Yeon yang menunggu di depan pintu gerbang tapi tak ada lagi sosok Yeon
karena menghilang. Tubuhnya pun jatuh lemas, saat itu seseorang menahanya dan
menanyakan keadaanya. Bukan Yeon yang datang, tapi Shin Joo.
“Lampu
jalanan menyala kembali.” ucap Ji A. Shin Joo mengaku yang menelepon kantor
wilayah. Ji A ingin tahu alasanya.
“Jika membiarkanmu terluka, aku akan dapat masalah dengan Lee Yeon.” Kata Shin Joo
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Ji A. Shin Joo merasa tidak punya pilihan karena Banyak yang harus dilakukan.
“Aku baru saja bicara dengan wanita di Sungai Styx. Katanya mustahil untuk menghidupkan kembali Lee Yeon.” Ucap Ji A
“Dia
sudah tahu sejak awal. Namun, dia ingin wanita yang dia cintai tetap hidup.”
Kata Shin Joo. Ji A menangis ingin tahu Apa yang harus dilakukan.
“Hiduplah seolah tidak terjadi apa-apa. Lupakan soal bertemu Lee Yeon. Lupakan soal mengintip dunia lain. Hiduplah sebagai manusia. Itulah keinginan Lee Yeon.” Kata Shin Joo. Ji A hanya bisa diam saja.
Shin Joo
akhirnya pulang ke rumah, Yoo Ri langsung menghampirinya. Shin Joo bertanya
apakah Yoo Ri tak berhasil. Yoo Ri mengelengkan kepala kalau Rang tidak mau
beranjak dan sangat khawatir dia akan pingsan.
“Aku akan
bicara dengannya.” Ucap Shin Joo akhirnya masuk ke kamar Rang.
“Kenapa
kau melakukan ini?” ucap Shin Joo dan langsung mengambil botol winenya. Rang
pikir Shin Joo sudah tahu alasanya.
“Ini
tidak akan menghidupkan Lee Yeon kembali.” ucap Shin Joo. Rang mengeluh
mendengarnya.
“Kau
tampak baik-baik saja. Bukankah kau bilang rela mati demi Lee Yeon? Dasar sampah
yang tidak tahu terima kasih.” Ejek Rang
“Aku tidak
peduli pendapatmu tentangku. Tapi aku harus mengatakan ini.” Kata Shin Joo
“Jangan
menceramahiku. Kembalikan anggurku.” Kata Rang mencoba mengambil dari tangan
Shin Joo. Tapi Shin Joo malah memukul kepalanya.
“Sadarlah.”
Ucap Shin Jo. Rang pikir Shin Joo sudah gila karena berani memukul kepalanya.
“Berhentilah
bersedih dan lanjutkan hidupmu.” Ucap Shin Joo kembali memukul kepala Rang.
Rang masih berpikir Shin Joo benar-benar gila.
“Itu
pesan dari Lee Yeon. Apa Kau mau dengar kelanjutannya?” tanya Shin Joo memberikan
ponselnya. Rang pun mengambil ponsel dari tangan Shin Joo.
Rang
melihat video yang ditinggalkan Yeon,
Yeon duduk didalam meobil memastikan kalau sudah bagus di camera lalu
mulai berbicara memberian pesan terakhir untuk Rang.
“Kita baru saja makan naengmyeon bersama. Kau
merebut telurku. Jika kau menonton ini, mungkin aku sudah pergi.” ucap Yeon.
“Astaga...
Ini sangat norak.” Keluh Rang menonton video kakaknya.
“Ini
tidak seperti dalam film. Berkat kenangan kita bersama, kau pasti berpikir ini
bagus. Katakan benar begitu.” Ucap Yeon. Rang mengeluh bagus dari mananya.
“Rang
tersayang... Apa kau minum-minum? Biar kutebak. Anggur? Itu menakutkan. Soju
lebih cocok untukmu daripada anggur. Sama seperti pekerja sukarela lebih cocok
untukmu daripada penjahat.” Kata Yeon
“Saat masih kecil, kau tidak bisa melewati anjing yang terluka begitu saja. Aku penasaran di mana anak itu. Tapi kau masih sama. Kau belum berubah sedikit pun. Jadi, kau bisa menjalani hidup yang baik bahkan tanpa aku.” Kata Yeon
“Dasar
berengsek. Bagaimana aku bisa hidup dengan baik?” keluh Rang sambil menangis.
“Kau
harus hidup dengan baik. Sekarang kau punya keluarga untuk dilindungi.” Kata
Yeon. Rang mengeluh kalau tak peduli.
“Berhentilah
membantah kakakmu. Aku bisa mendengarmu. Seperti yang kubilang di Hutan Agui,
aku tidak pernah... Aku tidak pernah menelantarkanmu. Jadi, jangan pernah
menelantarkan dirimu sendiri.” Kata Yeon
“Hargai
dirimu sepertiku. Itulah permintaan terakhirku kepadamu. Jaga dirimu. Dan..
pesan ini akan meledak dalam sepuluh detik.” Kata Yeon. Rang kaget dan mencoba
menghindar.
“Hanya
bercanda... Aku selalu ingin melakukan hal seperti ini.” Kata Yeon tertawa.
Rang pun hanya bisa menangis setelah menonton video kakaknya.
Ji A
berusaha menjalani hidup biasanya dengan pergi ke kantor. Ia memakai sepatu
yang diberikan Yeon dan gantungan kunci kenangan terakhir dari Yeon.
“Yeon... Kau
menyuruhku melupakan semuanya, tapi aku akan menunggumu. Jika berharap dari
lubuk hatiku, mungkin aku bisa bertemu lagi denganmu suatu hari nanti.” gumam
Ji A
“Mungkin di hidupku berikutnya... Sebenarnya, aku tidak keberatan jika di kehidupan berikutnya. Jadi, aku memutuskan untuk mengingatmu dan merekammu.” Kata Ji A mengemudika mobilnya pemberiaan dari Yeon.
“Aku
melihat di internet bahwa salon rambut tempat terbaik untuk pemulihan
perpisahan.” Kata Rang
“Apa Kau
berpisah dengan seseorang? Musik sedih adalah obat terbaik untuk patah hati.”tanya
penata rambut.
“Aku
sudah mencoba semuanya. Aku mendengarkan musik balada, drama, dan makan makanan
pedas. Apa Sebaiknya aku mengecat rambut?” ucap Rang
Saat itu Ji A datang menyapa Rang yang sudah Lama tidak bertemu. Rang mengeluh kalau tidak tertarik dengan keadaan Ji A jadi Langsung saja ke intinya dan ingin tahu sedang mengerjakan apa. Ji A menjawab judulnya "Kisah Gumiho".
"Kisah
Gumiho"? Judul yang payah.” Kata Yeon.
Ji A pun mengusulkan "Kisah Gumiho Bersaudara"
“Tidak,
terima kasih. Tapi Kau tidak akan menayangkannya, kan?” ucap Rang.
“Ini
untuk diriku sendiri. Aku akan menemui kenalan Yeon dan kau yang pertama.” Kata
Ji A
“Tidak
ada yang lebih mengenal Yeon daripada aku.” Ucap Rang bangga. Ji A pun menganguk
setuju.
“Kalau
begitu, katakan semua yang kau tahu tentang Yeon sekarang.” Kata Ji A sudah
menyiapkan bangku untuk wawanacara.
“Kau
tahu? Dia seorang narsistik.” Ucap Rang. Ji A kaget mendengarnya.
“Hanya
untuk melihat wajah Yeon, banyak orang bodoh datang ke hutan kami dari berbagai
tempat. Dia sudah sangat bangga akan wajahnya. Bayangkan betapa buruknya
keadaan. Dia selalu melihat pantulan dirinya di sungai.” Ucap Rang mengingat
Yeon yang membawa kipasnya.
Jika kau
mewujudkan kata "keindahan", itu akan menjadi wajahku.” Ucap Yeon
yang memegang kipasnya.
“Aku
tidak bisa membayangkannya. Ini sama mengejutkannya dengan dia tertipu telepon
penipuan.” Kata Ji A. Rang kaget Yeon tertipu telepon penipuan
“Dia
kehilangan 20 juta won.” Ucap Ji A. Rang
tak peraya Gumiho macam apa yang tertipu telepon penipuan
“Benar..
Apa Kau tahu? Dia takut laba-laba. Dia takut pada kaki berbulunya.” Kata Ji A
“Dahulu
dia suka bermain go denganku. Tapi aku selalu mengalahkannya.” Ucap Rang
mengingat saat bermain dengan Yeon selalu menang.
“Sepertinya
dahulu kalian akrab.” Komentar Ji A. Rang pun dengan bangga membenarkan.
“Dia
lebih sering bersamaku daripada denganmu.” Kata Rang bangga. Ji A tak mau kalah
bertanya apakah Yeon memasak untuknya.
“Dia
tidak bisa melakukan itu.” Kata Yeon. Ji A mengingat saat mereka pertama kali
malan bersama dirumahnya.
“Dia
tidak pandai memasak, tapi pandai menanak nasi. Hanya nasi.” Kata Ji A hanya
mengingatnya saja membuatnya bahagia.
“Dahulu
dia menggendongku.” Kata Rang. Ji memberitahu kalau Yeon menunggunya setiap
hari.
“Aku
membencimu.” Kata Rang kesal karena tak bisa membalasnya.
“Aku baru
sadar, kita berdua menerima banyak hal darinya.” Ucap Yeon. Ji bertanya
apak Ji tahu apa impiannya.
“Manusia.
Dia ingin menjadi manusia.” kata Ji A mencoba agar tak menangis. Keduanya pun
hanya bisa diam saja.
“Ayolah..
Kakak... Terkadang ada pengecualian untuk peraturan.” Ucapnenek Yeon berbicara
ditelp dengan nada memohon.
“Tidak...
Dia tidak bunuh diri. Dia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan ribuan
nyawa. Ada lebih dari sepuluh hakim akhirat! Kenapa ini sulit sekali? Apa Raja
Yeomra hanya boneka?” teriak Nenek Yeon marah dan membuat Tuan Hyun yang baru
datang terkejut.
“Halo?
Yeomra? Yeomra! Hei!” teriak Nenek Yeon
marah. Tuan Hyun mencoba untuk menenangkan istrinya.
“Kau
sudah berusaha semampumu.” Ucap Tuan Hyun. Nenek Yeon mengeluh kalau Lebih baik
bicara dengan dinding.
“Dia terus membahas interpretasi otoritatif atau semacamnya. Dia seperti burung beo.” Nenek Yeon. Tuan Hyun mengingatkan kalau nenek Yeon akan dihukum.
“Bagaimana
bisa seseorang begitu keras kepala?” ucap Nenek Yeon marah. Tuan Hyun hanya
bisa tertawa mendengarnya. Nenek Yeon heran suaminya itu masih bisa tertawa.
“Hanya
saja aneh mendengarmu bicara tentang keras kepala.” Ejek Tuan Hyun
“Jaga
sikapmu. Aku tidak akan selalu bersikap baik.” Kata Nenek Yeon. Tuan Hyun pun
mengajak untuk makan tteokbokki.
“Rasanya
antara tidak pedas dan pedas. Ini Pedas sedang.” Kata Tuan Hyun dan bahagia
karena ada pangsit gratis.
Yoo Ri
menunggu di restoran, Shin Joo datang membawa gitar dan langsung menyanyi
dengan lirik ♫ Aku ingin menciummu Saat aku berdua denganmu seperti
ini, Aku ingin memelukmu, Aku mencintaimu, Aku sangat mencintaimu ♫ Yoo Ri
hanya bisa tertunduk.
“Apa Kau
menangis?” tanya Shin Joo selesai bernyanyi. Yoo Ri mengaku malu dan meminta
Shin Joo agar Jangan bicara padanya.
“Yoo-ri...
Menikahlah denganku. Rubah hanya punya satu pasangan dalam hidupnya. Maukah kau
menjadi cintaku seumur hidupku?” ucap Shi Joo berlutut memberikan satu cincin.
“Apa Hanya
dengan satu cincin?” tanya Yoo Ri. Shin Joo buru-buru mengeluarkan sesuatu dari
saku celanaya.
“Aku juga
punya apartemen. Masih baru. Jika kau mau, bisa atas nama bersama. Sebenarnya,
bisa atas namamu.” Kata Shin Joo memberikan kartu akses.
“Artinya
kau bersedia?” tanya Shin Joo. Yoo Ri memakai cincinnya sendiri dan mengaku mau
melamar Shin Joo jika tidak melamarnya.
Su Ho
datang melempar bunga dan semua orang datang memberikan selamat. Rang memperingatakan Shin Joo Jika membuat Yu-ri menangis, maka akan
membunuhnya. Yoo Ri senang melihat Rang yang mendukungnya. Ji A sibuk merekam
dengan kameranya.
“Kau
Pergilah. Kau menjalani hidup yang nyaman denganku. Cobalah yang sulit dengan Shin-ju.
Aku mengurus orang tua pasarayamu. Mereka tidak akan menunggumu.” Ucap Rang
“Aku
berjanji akan bahagia.”ucap Yoo Ri. Nyonya Bok pun memberikan selamat pada Shin
Joo.
“Yoo-ri,
terima kasih. Meski dia tidak hadir hari ini, aku berterima kasih kepada Yeon.
Aku merindukannya. Kuharap dia bisa memimpin pernikahan kami. Pasti
menyenangkan jika dia bersama kita hari ini... Lee Yeon.” Ucap Shin Joo tak
bisa menahan tangisnya.
Mereka
akhirnya mulai makan, Ji A mengambil kamera meminta Tuan Hyun mengatakan
sesuatu untuk Lee Yeon.
“Hei,
Yeon... Nenek akhirnya berhenti merokok. Sekitar 80 persen berkat kau. Kuharap
dia juga berhenti memarahiku, tapi itu tidak berjalan lancar.” Ucap Tuan Hyun
“Astaga.
Kenapa kau mengadukannya seperti itu?” keluh Nyonya Bok. Akhirnya Ji Meminta
Nyonya Bok katakan sesuatu juga.
“Lee
Yeon... Saat aku mulai menyukai petani manusia, hanya kau yang mendukungku. Kau
bilang pernah mengalami cinta seperti itu. Wanita itu menunggumu dengan berani.
Kuharap kalian berdua akan bertemu lagi. Sama seperti aku dan suamiku.” Ucap
Nyonya Bok malu-malu.
Tuan Choi datang, Nyonya Bok langsung menghampirinya. Tuan Choi memberikan sesuatu didepan pintu. Nyonya Bok bertanya apa isinya dan bahagia ternyata Tteok madu. Tuan Choi mengaku tahu itu kesukaannya. Nyonya Bok pikir Tuan Choi itu tampan.
Rang
duduk disisi Su Ho dengan sangat perhatian mengelap mulut Su Ho yang
belepotan. Ji A akhirnya duduk menatap
sekeliling dan terlihat seperti kehidupan biasa saja.
“Bahkan
saat ketiadaan Lee Yeon terasa menyakitkan, aku tidak menangis lagi. Aku takut
jika aku menangis, cerita ini akan menjadi sebuah tragedi.” Gumam Ji A
[Enam bulan kemudian]
Ji A sibuk
mengedit video "Kisah Kumiho"
yang dikerjakan selesai. Ia merasa seperti kebohongan, tapi mendapat pesan dari
Yeon. Tuan Nam memanggil anaknya agar turun, Ji A bingung ada apa. Tuan Nam
menyuruh agar cepat turun saja karena penting.
“Kejutan...
Selamat ulang tahun untuk putri kesayangan kami.” Ucap Ibunya dengan kue tart
ditangan.
“Apa Ini
hari ulang tahunku? Aku benar-benar lupa.” Kata Ji A lalu meniupkan lilinya.
Mereka pun mengucakan Selamat ulang tahun.
“Baiklah,
ini hadiah dari ayah. Ini buatan tangan.” Kata Tuan Nam memberikan syal wol. Ji
A memuji kalau itu cantik.
“Hadiah
dari ibu buatan pabrik.” Kata Ibunya. Ji A mengucapkan Terima kasih dan bahagia
karena ibunya tahu kalau tali arlojiku putus.
Ji A
melihat isinya sebuah gaun putih dan teringat saat Yeon bertanya apa yang
dinginkan saat hari ulang tahunya.
“Beri aku
sesuatu yang belum pernah kudapatkan, seperti hadiah lamaran.” Bisik Ji A. Yeon
pun berjanji akan menyiapkan. Yeon sempat memilih gaun sebelum pergi untuk
selama-lamanya.
“Ini dari
Lee Yeon, bukan? Apa Dia datang ke sini?” kata Ji A. Ayahnya memberitahu kalau dikirim ke sini tadi dan Ada surat juga.
Diatas
lemari terlihat foto pernikahan Shin Joo dan juga Yoo Ri. Shin Joo keluar dari
kamar mandi dan melihat istri, Rang dan Su Ho menonton TV dengan cemilan yang
berantkan dilantai. Ia pu mengeluh pada mereka kalau jangan makan camilan di
sofa.
“Beri aku
makanan.” Kata Rang tak peduli. Shin Joo megeluh agar bisa letakkan baki selagi
makan.
“Minggir.
Aku tidak bisa melihat.” Kata Rang mendorong Shin Joo denga kakinya. Shin Joo
pun terjungkal.
“Dari
kalian bertiga, kenapa hanya Su-ho yang membersihkan diri?” keluh Shin Joo. Su
Ho bahagai karena sudah tak seperti dulu lagi.
Mereka
akhirnya makan bersama dengan Shin Joo yang masih memakain celemek. Rang
mengeluh kalau supnya agak asin hari ini. Shin Joo pun menahan emosi bertanya
pada Rang , sampai kapan akan tinggal di
sini bersama mereka.
“Kenapa
kau menanyakan itu? Kami bertiga adalah satu paket.” Kata Yoo Ri marah
“Tidak
apa-apa, tapi kenapa kau memperlakukanku seperti pelayan di rumahku sendiri?”
keluh Shin Joo
“Aku memesan kulkas kimchi.” Kata Rang. Shin Joo tersenyum bahagia mendengarnya.
“Kulkas
yang kita lihat di pasaraya waktu itu?” kata Shin Joo. Yoo Ri memberitahuk
kalau Lee Rang membelikannya untuk mereka dan Sore ini akan dikirim.
“Aku
menyayangimu, Rang Hyungnim!” kata Shin Joo. Rang mengeluh mendengar namanya.
“Mulai
sekarang aku akan memanggilmu dengan nama depanmu. Rang Hyungnim!” kata Shin
Joo bahagia. Rang pun memujinya
“Rasanya
kita menjadi keluarga sungguhan. Benar, bukan?” kata Yoo Ri. Mereka pun
tersenyum. Su Ho pun terlihat bahagia.
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar