PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 05 Desember 2020

Sinopsis Tale of the Nine Tailed Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

“Begitu jatuh ke Sungai Styx, kau tidak akan bisa kembali.” ucap Yeon dan Rang berani menusuk pedang ke tubuh Immogi dan Yeon.

Ji A melihatnya berteriak histeris,  Yeon berkata “Aku mencintaimu.” Dan akhirnya jatuh ke sungai. Ji A mencoba menahan tapi Yeon sudah lebih dulu jatuh. Ia pun menangis dan menemukan gantungan. Rang menatap tanganya seperti tak percaya kalau membunuh Yeon.



Yeon terjatuh di sungai dan akhirnya tubuhnya terpisah dengan Immogi. Immogi pun menghilang. Ia bisa mendengarkan suara Ji  A “Jangan tinggalkan aku... Lee Yeon!” yang berteriak histeris.

“Aku bisa mendengar tangisannya... Aku harus memberitahunya bahwa tidak perlu bersedih. Kisah cinta antara manusia dan Gumiho pasti akan berakhir seperti ini. Sejak awal, kami bagian dari dunia yang berbeda.” Gumam Yeon.


Ia mengingat saat Ji A yang berani menjatuhkan diri di balkon lalu Yeon yang menyelamatkanya.

“Aku ingin memakai kata "cinta" sebagai jembatan dan menyeberang ke dunia yang dia tinggali. Aku ingin berjalan dengannya lebih lama. Aku ingin menjadi manusia” gumam Yeon mengingat semua kenangan dengan Ji A

Ji A masih menangis karena harus kehilangan Yeon dengan dirinya. Yeon bisa melihat Ji A yang mengulurkan tangnya, tapi tak bisa meraihnya.

“Meski impian masa depanku pada akhirnya tidak terwujud, kematianku adalah surat cinta yang bisa kuberikan kepada seorang manusia yang merupakan cinta pertama dan terakhirku. Aku tidak ingin dia menungguku untuk berjaga-jaga.” Gumam Yeon

“Aku tidak ingin dia terlalu sering menangis karena aku. Aku ingin melihatnya untuk kali terakhir. Sekarang, aku tidak bisa melihat wajahnya.” Gumam Yeon 




 [Episode 16, Menulis Kembali Kumiho]

Shin Joo menunggu dirumah, Yoo Ri datang melihat pacarnya langsung berlari memeluknya sambil menangis. Jae Hwan menunggu di luar kamar, Sae Ron terbangun melihat Jae Hwan dengan senyuman bahagia.

Nyonya Bok memegang tangan Tuan Choi dan tubuhnya sudah kembali normal, tak ada demam dan juga bintik-bintik merah.

Berita di TV [Adakah keajaiban di dunia ini? Penyakit misterius yang membuat warga gemetar ketakutan menghilang dalam semalam. Pasien dan keluarga mereka yang tidak berdaya melawan penyakit misterius dengan penyebab dan mekanisme yang tidak diketahui menangis bahagia sambil berpelukan.]


Di ruangan Imigrasi akhirat terlihat bangku Nenek Yeon yang kosong. Di papan masih ada pengumuman [Informasi Pribadi] dan Nenek Yeon ternyata sudah kembali seperti semula.  Tuan Hyun datang memberitahu kalau Semuanya akhirnya kembali pada tempatnya.

“Aku tidak bisa melindungi Yeon. Aku kehilangan anak lain yang sehat.” Ucap Nenek Yeon

“Tidak. Kau melakukan semua yang kau bisa untuk Yeon. Karena itu aku kembali ke sisimu.” Ucap Tuan Hyun menyakinkan.

“Apa Yeon pergi dengan tenang?” tanya Nenek Yeon. Tuan Hyun pikir seperti itu.

“Dia menyelamatkan anak itu seperti yang dia inginkan.” Kata Tuan Hyun tiba-tiba terdengar dari depan pintu yang memanggil “Hyuneuiong.” 


Ji A dengan air mata yang terus menangis memanggil “Hyuneuiong. Meminta agar membuka pintu. Tuan Hyun bingung apa yang akan dilakukan.  Nenek Yeon memperingatkan agar Jangan buka pintunya. Tapi Tuan Hyun merasa tak enak hati.

“Dia harus melupakan Lee Yeon dan hidup dengan manusia biasa.” Ucap Nenek Yeon.

“Tolong beri tahu aku. Bagaimana aku bisa menyelamatkan Lee Yeon? Apa ada yang bisa kulakukan? Bisakah kau memberitahuku?” ucap Ji A memohon tapi keduanya tak keluar dari rumah. 


Esok harinya, Ji A kembali datang memanggil “Hyuneuiong” agar membuka pintu. Nenek Yeon tak peduli tetap mengetik, Tuan Hyun yang duduk didekat Nenek Yeon mencoba melirik mencoba agar istrinya luruh. Nenek Yeon tetap tak peduli. Ji A tetap menunggu didepan pintu beberapa hari. 


Rang menatap tanganya yang membunuh Yeon, seperti sangat merasa bersalah. Yoo Ri datang bertanya apakah ingin membelikan naengmyeon. Rang menyuruh Yoo Ri Keluar dan hanya minum wine saja. Yoo Ri merasa khawatir melihat Rang.

“Kau belum makan selama tiga hari, hanya minum-minum.” Ucap Yoo Ri. Rang tak peduli menyuruh keluar saja.

“Ini bukan salahmu. Lee Yeon memintamu melakukannya.” Kata Yoo Ri mencoba menenangkan Rang.

“Jika bicara lagi, aku akan membunuhmu.” Kata Rang marah. Su Ho akhirnya masuk kamar.

“Apa Kau mau stiker? Aku juga bisa memberimu mobil yang tampak fantastis.” Ucap  Su Ho

“Enyahlah, kalian berdua! Keluar dari rumahku!!” teriak Rang. Yoo Ri panik lansung menutup telinga Su Ho dan mengajaknya keluar dari kamar. 



Ji A masih menunggu dan melihat pintu akhirnya terbuka. Ia bergegas masuk dan Nenek Ji A sudah menunggu didepan pintu ruangan kerjanya. Ia pun mengucapkan Terima kasih sudah mengizinkannya masuk. Nenek yeon dengan sinis mengaku tidak punya waktu untuk menghibur jadi akan langsung ke intinya.

“Lee Yeon sudah mati. Kau tidak bisa menghidupkannya kembali.” ucap Nenek Yeon

“Mungkin aku tidak bisa, tapi aku yakin kau bisa. Kau berkuasa atas hidup dan mati, jadi, pasti ada...” ucap Ji A

“Di dunia ini juga ada peraturan yang harus dipatuhi. Beberapa hal mustahil diwujudkan.” Kata Nenek Yeon

“Bisakah kau setidaknya memastikan dia bereinkarnasi? Tidak apa-apa jika dia tidak mengenaliku. Aku tidak peduli jika dia melupakanku.” Kata JI A

“Dia melompat ke Sungai Styx atas keinginannya sendiri. Dia mengambil keputusan itu meski tahu tidak akan bereinkarnasi. Jadi, berhentilah protes di depan kantorku. Kau tidak bisa membatalkannya dengan menggangguku.” Tegas Nenek yeon

“Tidak. Pasti ada jalan... Cara untuk mengembalikan Lee Yeon.” Ucap JI A yakin

“Hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku ingin memberitahumu itu.” Kata Nenek Yeon dan langsung menutup pintu. Ji A berteriak memanggil nenek Yeon tapi tak terbuka pintunya. 



Ji A berjalan pulang dan mengingat kenangan dengan Yeon kalau jalan gelap karena Semua lampu jalannya padam. Ia pikir Jika Yeon bisa memperbaiki lampu dengan kekuatan super, pasti sangat keren. Yeon mengeluh kalau Ji A  lebih baik Ajukan keluhan ke kantor wilayah.

Ji A pun berjalan lagi dan melihat

Ia bisa melihat Yeon yang menunggu di depan pintu gerbang tapi tak ada lagi sosok Yeon karena menghilang. Tubuhnya pun jatuh lemas, saat itu seseorang menahanya dan menanyakan keadaanya. Bukan Yeon yang datang, tapi Shin Joo.

“Lampu jalanan menyala kembali.” ucap Ji A. Shin Joo mengaku yang menelepon kantor wilayah. Ji A ingin tahu alasanya.

“Jika membiarkanmu terluka, aku akan dapat masalah dengan Lee Yeon.” Kata Shin Joo

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Ji A. Shin Joo merasa tidak punya pilihan karena Banyak yang harus dilakukan.

“Aku baru saja bicara dengan wanita di Sungai Styx. Katanya mustahil untuk menghidupkan kembali Lee Yeon.” Ucap Ji A


“Dia sudah tahu sejak awal. Namun, dia ingin wanita yang dia cintai tetap hidup.” Kata Shin Joo. Ji A menangis ingin tahu Apa yang harus dilakukan.

“Hiduplah seolah tidak terjadi apa-apa. Lupakan soal bertemu Lee Yeon. Lupakan soal mengintip dunia lain. Hiduplah sebagai manusia. Itulah keinginan Lee Yeon.” Kata Shin Joo. Ji A hanya bisa diam saja. 

Shin Joo akhirnya pulang ke rumah, Yoo Ri langsung menghampirinya. Shin Joo bertanya apakah Yoo Ri tak berhasil. Yoo Ri mengelengkan kepala kalau Rang tidak mau beranjak dan sangat khawatir dia akan pingsan.

“Aku akan bicara dengannya.” Ucap Shin Joo akhirnya masuk ke kamar Rang.

“Kenapa kau melakukan ini?” ucap Shin Joo dan langsung mengambil botol winenya. Rang pikir Shin Joo sudah tahu alasanya.

“Ini tidak akan menghidupkan Lee Yeon kembali.” ucap Shin Joo. Rang mengeluh mendengarnya. 


“Kau tampak baik-baik saja. Bukankah kau bilang rela mati demi Lee Yeon? Dasar sampah yang tidak tahu terima kasih.” Ejek Rang

“Aku tidak peduli pendapatmu tentangku. Tapi aku harus mengatakan ini.” Kata Shin Joo

“Jangan menceramahiku. Kembalikan anggurku.” Kata Rang mencoba mengambil dari tangan Shin Joo. Tapi Shin Joo malah memukul kepalanya.

“Sadarlah.” Ucap Shin Jo. Rang pikir Shin Joo sudah gila karena berani memukul kepalanya.

“Berhentilah bersedih dan lanjutkan hidupmu.” Ucap Shin Joo kembali memukul kepala Rang. Rang masih berpikir Shin Joo benar-benar gila.

“Itu pesan dari Lee Yeon. Apa Kau mau dengar kelanjutannya?” tanya Shin Joo memberikan ponselnya. Rang pun mengambil ponsel dari tangan Shin Joo. 


Rang melihat video yang ditinggalkan Yeon,  Yeon duduk didalam meobil memastikan kalau sudah bagus di camera lalu mulai berbicara memberian pesan terakhir untuk Rang.

 “Kita baru saja makan naengmyeon bersama. Kau merebut telurku. Jika kau menonton ini, mungkin aku sudah pergi.” ucap Yeon.

“Astaga... Ini sangat norak.” Keluh Rang menonton video kakaknya.

“Ini tidak seperti dalam film. Berkat kenangan kita bersama, kau pasti berpikir ini bagus. Katakan benar begitu.” Ucap Yeon. Rang mengeluh bagus dari mananya.

“Rang tersayang... Apa kau minum-minum? Biar kutebak. Anggur? Itu menakutkan. Soju lebih cocok untukmu daripada anggur. Sama seperti pekerja sukarela lebih cocok untukmu daripada penjahat.” Kata Yeon

“Saat masih kecil, kau tidak bisa melewati anjing yang terluka begitu saja. Aku penasaran di mana anak itu. Tapi kau masih sama. Kau belum berubah sedikit pun. Jadi, kau bisa menjalani hidup yang baik bahkan tanpa aku.” Kata Yeon

“Dasar berengsek. Bagaimana aku bisa hidup dengan baik?” keluh Rang sambil menangis.

“Kau harus hidup dengan baik. Sekarang kau punya keluarga untuk dilindungi.” Kata Yeon. Rang mengeluh kalau tak peduli.

“Berhentilah membantah kakakmu. Aku bisa mendengarmu. Seperti yang kubilang di Hutan Agui, aku tidak pernah... Aku tidak pernah menelantarkanmu. Jadi, jangan pernah menelantarkan dirimu sendiri.” Kata Yeon 



“Hargai dirimu sepertiku. Itulah permintaan terakhirku kepadamu. Jaga dirimu. Dan.. pesan ini akan meledak dalam sepuluh detik.” Kata Yeon. Rang kaget dan mencoba menghindar.

“Hanya bercanda... Aku selalu ingin melakukan hal seperti ini.” Kata Yeon tertawa. Rang pun hanya bisa menangis setelah menonton video kakaknya. 


Ji A berusaha menjalani hidup biasanya dengan pergi ke kantor. Ia memakai sepatu yang diberikan Yeon dan gantungan kunci kenangan terakhir dari Yeon.

“Yeon... Kau menyuruhku melupakan semuanya, tapi aku akan menunggumu. Jika berharap dari lubuk hatiku, mungkin aku bisa bertemu lagi denganmu suatu hari nanti.” gumam Ji A

“Mungkin di hidupku berikutnya... Sebenarnya, aku tidak keberatan jika di kehidupan berikutnya. Jadi, aku memutuskan untuk mengingatmu dan merekammu.” Kata Ji A mengemudika mobilnya pemberiaan dari Yeon.

 “Ini cocok denganku. Aku lama tidak melihatmu, tapi kau sering datang belakangan ini.” Ucap Penata rambut Rang

“Aku melihat di internet bahwa salon rambut tempat terbaik untuk pemulihan perpisahan.” Kata Rang

“Apa Kau berpisah dengan seseorang? Musik sedih adalah obat terbaik untuk patah hati.”tanya penata rambut.

“Aku sudah mencoba semuanya. Aku mendengarkan musik balada, drama, dan makan makanan pedas. Apa Sebaiknya aku mengecat rambut?” ucap Rang

Saat itu Ji A datang menyapa Rang yang sudah Lama tidak bertemu. Rang mengeluh kalau tidak tertarik dengan keadaan Ji A jadi Langsung saja ke intinya dan ingin tahu sedang mengerjakan apa. Ji A menjawab judulnya "Kisah Gumiho".

"Kisah Gumiho"? Judul yang payah.” Kata Yeon.  Ji A pun mengusulkan "Kisah Gumiho Bersaudara"

“Tidak, terima kasih. Tapi Kau tidak akan menayangkannya, kan?” ucap Rang.

“Ini untuk diriku sendiri. Aku akan menemui kenalan Yeon dan kau yang pertama.” Kata Ji A

“Tidak ada yang lebih mengenal Yeon daripada aku.” Ucap Rang bangga. Ji A pun menganguk setuju.

“Kalau begitu, katakan semua yang kau tahu tentang Yeon sekarang.” Kata Ji A sudah menyiapkan bangku untuk wawanacara. 



“Kau tahu? Dia seorang narsistik.” Ucap Rang. Ji A kaget mendengarnya.

“Hanya untuk melihat wajah Yeon, banyak orang bodoh datang ke hutan kami dari berbagai tempat. Dia sudah sangat bangga akan wajahnya. Bayangkan betapa buruknya keadaan. Dia selalu melihat pantulan dirinya di sungai.” Ucap Rang mengingat Yeon yang membawa kipasnya.

Jika kau mewujudkan kata "keindahan", itu akan menjadi wajahku.” Ucap Yeon yang memegang kipasnya.

“Aku tidak bisa membayangkannya. Ini sama mengejutkannya dengan dia tertipu telepon penipuan.” Kata Ji A. Rang kaget Yeon tertipu telepon penipuan


“Dia kehilangan 20 juta won.” Ucap Ji A. Rang  tak peraya Gumiho macam apa yang tertipu telepon penipuan

“Benar.. Apa Kau tahu? Dia takut laba-laba. Dia takut pada kaki berbulunya.” Kata Ji A

“Dahulu dia suka bermain go denganku. Tapi aku selalu mengalahkannya.” Ucap Rang mengingat saat bermain dengan Yeon selalu menang.

“Sepertinya dahulu kalian akrab.” Komentar Ji A. Rang pun dengan bangga membenarkan.

“Dia lebih sering bersamaku daripada denganmu.” Kata Rang bangga. Ji A tak mau kalah bertanya apakah Yeon memasak untuknya.

“Dia tidak bisa melakukan itu.” Kata Yeon. Ji A mengingat saat mereka pertama kali malan bersama dirumahnya.

“Dia tidak pandai memasak, tapi pandai menanak nasi. Hanya nasi.” Kata Ji A hanya mengingatnya saja membuatnya bahagia.

“Aku mendapat pesan video darinya.” Kata Rang. Ji A memberitahu kalau Yeon membelikan sepatu ini.

“Dahulu dia menggendongku.” Kata Rang. Ji memberitahu kalau Yeon menunggunya setiap hari.

“Aku membencimu.” Kata Rang kesal karena tak bisa membalasnya.

“Aku baru sadar, kita berdua menerima banyak hal darinya.” Ucap Yeon. Ji  bertanya  apak Ji  tahu apa impiannya.

“Manusia. Dia ingin menjadi manusia.” kata Ji A mencoba agar tak menangis. Keduanya pun hanya bisa diam saja. 



“Ayolah.. Kakak... Terkadang ada pengecualian untuk peraturan.” Ucapnenek Yeon berbicara ditelp dengan nada memohon.

“Tidak... Dia tidak bunuh diri. Dia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan ribuan nyawa. Ada lebih dari sepuluh hakim akhirat! Kenapa ini sulit sekali? Apa Raja Yeomra hanya boneka?” teriak Nenek Yeon marah dan membuat Tuan Hyun yang baru datang terkejut.

“Halo? Yeomra?  Yeomra! Hei!” teriak Nenek Yeon marah. Tuan Hyun mencoba untuk menenangkan istrinya.

“Kau sudah berusaha semampumu.” Ucap Tuan Hyun. Nenek Yeon mengeluh kalau Lebih baik bicara dengan dinding.

“Dia terus membahas interpretasi otoritatif atau semacamnya. Dia seperti burung beo.” Nenek Yeon. Tuan Hyun mengingatkan kalau nenek Yeon  akan dihukum.

“Bagaimana bisa seseorang begitu keras kepala?” ucap Nenek Yeon marah. Tuan Hyun hanya bisa tertawa mendengarnya. Nenek Yeon heran suaminya itu masih bisa tertawa.

“Hanya saja aneh mendengarmu bicara tentang keras kepala.” Ejek Tuan Hyun

“Jaga sikapmu. Aku tidak akan selalu bersikap baik.” Kata Nenek Yeon. Tuan Hyun pun mengajak untuk makan tteokbokki.

“Rasanya antara tidak pedas dan pedas. Ini Pedas sedang.” Kata Tuan Hyun dan bahagia karena ada pangsit gratis.



Yoo Ri menunggu di restoran, Shin Joo datang membawa gitar dan langsung menyanyi dengan lirik Aku ingin menciummu  Saat aku berdua denganmu seperti ini, Aku ingin memelukmu, Aku mencintaimu, Aku sangat mencintaimu Yoo Ri hanya bisa tertunduk.

“Apa Kau menangis?” tanya Shin Joo selesai bernyanyi. Yoo Ri mengaku malu dan meminta Shin Joo agar  Jangan bicara padanya.

“Yoo-ri... Menikahlah denganku. Rubah hanya punya satu pasangan dalam hidupnya. Maukah kau menjadi cintaku seumur hidupku?” ucap Shi Joo berlutut memberikan satu cincin.

“Apa Hanya dengan satu cincin?” tanya Yoo Ri. Shin Joo buru-buru mengeluarkan sesuatu dari saku celanaya.

“Aku juga punya apartemen. Masih baru. Jika kau mau, bisa atas nama bersama. Sebenarnya, bisa atas namamu.” Kata Shin Joo memberikan kartu akses.

“Terserah atas nama siapa, tapi kita mungkin harus tinggal dengan orang lain. Jika kau tidak keberatan.” Ucap Yoo Ri

“Artinya kau bersedia?” tanya Shin Joo. Yoo Ri memakai cincinnya sendiri dan mengaku mau melamar Shin Joo jika tidak melamarnya. 


Su Ho datang melempar bunga dan semua orang datang memberikan selamat.  Rang memperingatakan Shin Joo Jika  membuat Yu-ri menangis, maka akan membunuhnya. Yoo Ri senang melihat Rang yang mendukungnya. Ji A sibuk merekam dengan kameranya.

“Kau Pergilah. Kau menjalani hidup yang nyaman denganku. Cobalah yang sulit dengan Shin-ju. Aku mengurus orang tua pasarayamu. Mereka tidak akan menunggumu.” Ucap Rang

“Aku berjanji akan bahagia.”ucap Yoo Ri. Nyonya Bok pun memberikan selamat pada Shin Joo.

“Aku yang traktir makanan hari ini.”kata Nyonya Bok. Shin Joo pun mengucapkan terimakasih.

“Yoo-ri, terima kasih. Meski dia tidak hadir hari ini, aku berterima kasih kepada Yeon. Aku merindukannya. Kuharap dia bisa memimpin pernikahan kami. Pasti menyenangkan jika dia bersama kita hari ini... Lee Yeon.” Ucap Shin Joo tak bisa menahan tangisnya. 



Mereka akhirnya mulai makan, Ji A mengambil kamera meminta Tuan Hyun mengatakan sesuatu untuk Lee Yeon.

“Hei, Yeon... Nenek akhirnya berhenti merokok. Sekitar 80 persen berkat kau. Kuharap dia juga berhenti memarahiku, tapi itu tidak berjalan lancar.” Ucap Tuan Hyun

“Astaga. Kenapa kau mengadukannya seperti itu?” keluh Nyonya Bok. Akhirnya Ji Meminta Nyonya Bok katakan sesuatu juga.


“Lee Yeon... Saat aku mulai menyukai petani manusia, hanya kau yang mendukungku. Kau bilang pernah mengalami cinta seperti itu. Wanita itu menunggumu dengan berani. Kuharap kalian berdua akan bertemu lagi. Sama seperti aku dan suamiku.” Ucap Nyonya Bok malu-malu.

Tuan Choi datang, Nyonya Bok langsung menghampirinya. Tuan Choi  memberikan sesuatu didepan pintu. Nyonya Bok bertanya apa isinya dan bahagia ternyata Tteok madu. Tuan Choi mengaku  tahu itu kesukaannya. Nyonya Bok pikir Tuan Choi itu tampan.

Rang duduk disisi Su Ho dengan sangat perhatian mengelap mulut Su Ho yang belepotan.  Ji A akhirnya duduk menatap sekeliling dan terlihat seperti kehidupan biasa saja.

“Bahkan saat ketiadaan Lee Yeon terasa menyakitkan, aku tidak menangis lagi. Aku takut jika aku menangis, cerita ini akan menjadi sebuah tragedi.” Gumam Ji A 



[Enam bulan kemudian]

Ji A sibuk mengedit video  "Kisah Kumiho" yang dikerjakan selesai. Ia merasa seperti kebohongan, tapi mendapat pesan dari Yeon. Tuan Nam memanggil anaknya agar turun, Ji A bingung ada apa. Tuan Nam menyuruh agar cepat turun saja karena penting.

“Kejutan... Selamat ulang tahun untuk putri kesayangan kami.” Ucap Ibunya dengan kue tart ditangan.

“Apa Ini hari ulang tahunku? Aku benar-benar lupa.” Kata Ji A lalu meniupkan lilinya. Mereka pun mengucakan Selamat ulang tahun.

“Baiklah, ini hadiah dari ayah. Ini buatan tangan.” Kata Tuan Nam memberikan syal wol. Ji A memuji kalau itu cantik.

“Hadiah dari ibu buatan pabrik.” Kata Ibunya. Ji A mengucapkan Terima kasih dan bahagia karena ibunya tahu kalau tali arlojiku putus.

“Dari siapa itu?” tanya Ji A melihat sebuah kotak diatas meja. Keduanya menyuruh Ji A agar membukanya.

Ji A melihat isinya sebuah gaun putih dan teringat saat Yeon bertanya apa yang dinginkan saat hari ulang tahunya.

“Beri aku sesuatu yang belum pernah kudapatkan, seperti hadiah lamaran.” Bisik Ji A. Yeon pun berjanji akan menyiapkan. Yeon sempat memilih gaun sebelum pergi untuk selama-lamanya.

“Ini dari Lee Yeon, bukan? Apa Dia datang ke sini?” kata Ji A.  Ayahnya memberitahu kalau  dikirim ke sini tadi dan Ada surat juga.



Diatas lemari terlihat foto pernikahan Shin Joo dan juga Yoo Ri. Shin Joo keluar dari kamar mandi dan melihat istri, Rang dan Su Ho menonton TV dengan cemilan yang berantkan dilantai. Ia pu mengeluh pada mereka kalau jangan makan camilan di sofa.

“Beri aku makanan.” Kata Rang tak peduli. Shin Joo megeluh agar bisa letakkan baki selagi makan.

“Minggir. Aku tidak bisa melihat.” Kata Rang mendorong Shin Joo denga kakinya. Shin Joo pun terjungkal.

“Sayang. Bukankah sudah kubilang masukkan kaus kaki yang kau pakai ke keranjang?” kata Shin Joo.  Yoo Ri mengaku lupa lalu menemukan pasangan kaos kaki lainya.

“Dari kalian bertiga, kenapa hanya Su-ho yang membersihkan diri?” keluh Shin Joo. Su Ho bahagai karena sudah tak seperti dulu lagi. 



Mereka akhirnya makan bersama dengan Shin Joo yang masih memakain celemek. Rang mengeluh kalau supnya agak asin hari ini. Shin Joo pun menahan emosi bertanya pada Rang  , sampai kapan akan tinggal di sini bersama mereka.

“Kenapa kau menanyakan itu? Kami bertiga adalah satu paket.” Kata Yoo Ri marah

“Tidak apa-apa, tapi kenapa kau memperlakukanku seperti pelayan di rumahku sendiri?” keluh Shin Joo

“Aku memesan kulkas kimchi.” Kata Rang. Shin Joo tersenyum bahagia mendengarnya.

“Kulkas yang kita lihat di pasaraya waktu itu?” kata Shin Joo. Yoo Ri memberitahuk kalau Lee Rang membelikannya untuk mereka dan Sore ini akan dikirim.

“Aku menyayangimu, Rang Hyungnim!” kata Shin Joo. Rang mengeluh mendengar namanya.

“Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama depanmu. Rang Hyungnim!” kata Shin Joo bahagia. Rang pun memujinya

“Rasanya kita menjadi keluarga sungguhan. Benar, bukan?” kata Yoo Ri. Mereka pun tersenyum. Su Ho pun terlihat bahagia.

Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar