Seorang
pria duduk di sebuah ruangan, dengan hujan yang cukup deras. Lalu pria lainya
masuk dengan setelan jas dan Si pria menengok melihat pria berjas, Ga Yeon Woo
menatap pria yang baru datang seperti sangat berharap bantuan.
Choi Kang
Seok datang melihat Ga Yeon Woo duduk di ruang interogasi dan keduanya saling
menatap.
“Takdir
diputuskan oleh pilihan yang kau buat, bukan secara kebetulan.”
[Suits 1 -Takdir diputuskan oleh pilihan yang
kau buat, bukan secara kebetulan.]
Di sebuah
ruang, terlihat beberapa orang seperti sedang beragumentasi, Pria lainya
bernama Chae Geun Sik menatap dari luar sambil berkomentar “Tak peduli seberapa
keras kalian menjulurkan leher, hewan tak berkelas seperti kalian tidak bisa
menjadi jerapah.” Lalu berjalan ke sebuah ruangan.
“Sepertinya
ini akan gagal, seperti prediksiku.”ucap Geun Sik. Wanita bernama Kang Ha Yeon
bertanya Apa prediksinya itu.
“Merger
dan akuisisi antara Joseong Group dan Perusahaan Taejin. Aku sudah memberitahu Anda
sebelumnya...” kata Geun Sik dan Nyonya Kang meminta agar Langsung ke inti saja.
“Presiden
Park dari Joseong Group ingin CEO Oh mengundurkan diri dari kursi
kepresidenannya.Dia tidak punya kuasa dan hanya punya gelar.” Kata Geun Sik
“Apa Kau
sudah menjelaskan itu padanya?” tanya Nyonya Kang. Geun Sik mengaku sudah
pasti.
“Tapi,
dia tidak mengerti kenapa harus menanggalkan jabatan CEO selama setahun.” Ucap
Geun Sik
“Aku
mengerti. Dia mengejar Oh Tae Shik, bukan Perusahaan Taejin.” Balas Nyonya
Kang. Geun Sik membenarkan.
“Mereka
berasal dari kampung halaman sama, dan pergi ke sekolah bersama. Mereka
memperebutkan harga diri sendiri. Aku mengetahuinya dengan cepat...” kata Geun
Sik dan langsun disela oleh Nyonya Kang.
“Di mana
Kang Seok?” tanya Nyonya Kang. Geun Sik terlihat tak sukan mendengar nama Kang
Seok.
“Kang
Seok... Apa Anda pikir dia masih di kantor jam segini? Ibu Kang. Aku akan mengambil
kasus ini...” ucap Geun Sik
“Bukan,
bukan kau, Geun Sik. Aku ingin Kang Seok.” Tegas Nyonya Kang.
Seseorang
pria dengan duduk mencukur rambut dan pria lainya sibuk memainkan kartu
remi. Si pria menceritakan saat
usianya sekitar 12 tahun, Ayahnya
meletakkan setumpuk kartu dan bilang "Kau
ingin menjadi kartu apa? Pilihan selalu datang dengan konsekuensi. Kau harus
berhati-hati." Pria yang sedang dicukur bagian kumis dan janggutnya
bertanya apa kelanjutanya.
“Lalu,
aku mengatakan ini... "Ayah... Aku tidak ingin menjadi kartu yang dipegang
di tangan seseorang. Aku ingin menjadi orang yang memainkan permainan dengan
kartu-kartu itu." Kata Choi Kang Seok yang sudah menjejer kartu jadi empat
bagian.
“Paling
kiri.”pilih si pria tua. Kang Seok membuka dan itu adalah kartu As.
“Tamatlah
kau. Kau tidak akan punya kesempatan untuk melawan balik malam ini.” Komentar
Si pria tua.
“Aku
belum memilih kartu. Jadi Aku masih punya kesempatan.” Ucap Kang Seok merasa
bisa menang.
“Tentu
saja... Aku tahu betul kau tidak suka kalah.” Kata Pria tua.
“Jika aku
menang, boleh aku memintamu menjadi klien Kang dan Ham?” ucap Kang Seok sambil
berdiri memegang buku. Pria tua mengaku tahu apa maksud perkataan Kang Seok
“ Pilihan
selalu datang dengan harga. Anda harus berhati-hati, Parlemen Cho.” Kata Kang
Seok
“Baiklah.
Sebagai gantinya, jika aku kalah, maka aku akan menyumbangkan beasiswa atas
nama Kang dan Ham.” Kata Tuan Cho
Kang Seok
melihat ponselnya yang berdering berpikir kalau akan menunda taruhan kita. Tuan Cho pikir Kang
Seok itu takut sekarang telah membuat taruhan. Kang Seok menyangkal dan
membenarkan kalau ia benci kalah, tapi bukan pengecut lalu memilih satu kartu
“Sama
seperti Joker ini... Dia tidak memiliki peran signifikan, tapi bisa berubah
menjadi apa pun.” Ucap Kang Seok setelah membuka kartu joker pilihanya.
“Hei, Kang
Seok... Itu trik murahan.” Komentar Tuan Cho
“Bagaimana
aku bisa menjadi bos dari permainan tanpa mengetahui beberapa trik sulap? Bagaimana
pun, Kapan aku mendapatkan sertifikat beasiswa yang akan Anda beri?” kata Kang
Seok menagih. Tuan Cho setuju karena Itu
taruhan.
“Aku akan
mengambil kartu ini sebagai hadiah.” Ucap Kang Seok lalu keluar dari ruangan.
Seorang
pria tambun, Presdir Park terlihat sangat marah di ruangan Nyonya Kang kalau
akan memberikan lebih banyak uang jadi meminta agar menghapus saja nama Tae
Shik. Nyonya Kang pikir pria itu tahu kalau ini bukan hanya tentang uang.
“Itu akan
mempengaruhi karyawan Taejin secara positif jika Anda memutuskan untuk menghormati
CEO Oh sementara waktu. Lebih dari itu, ini kesempatan bagus untuk menunjukkan
kepemimpinan Anda. CEO Oh juga meminta Anda melakukan ini bukan karena
namanya...” kata Nyonya Kang terlihat santai.
“Kau
bilang CEO Oh?... Bu Kang... Kurasa kau bingung tentang siapa klienmu.” Kata
Tuan Park marah. Geun Sik yang melihatnya meminta agar Tuan Kang bisa tenang
lebih dulu. Nyonya Kang malah meminta Geun Sik agar keluar dari ruangan saja.
“Anda
sudah memburu target. Yang dia minta dari Anda adalah meninggalkan namanya di
sana hanya untuk setahun.” Kata Nyonya Kang setelah Geun Sik keluar dari
ruangan.
“Aku
masuk ke sini dengan niat awal untuk memotong kepalanya. Aku tidak akan
menunggu.” Tegas Tuan Park.
Geun Sik
hanya bisa melihat dari depan pintu, Kang Seok datang bertanya Apa yang terjadi. Geun Sik pikir Kang Seok
sudak tahu sambil mengeluh selalu datang tiba-tiba sampai tak menyadari
kedatanganya. Kang Seok mencoba menegaskan apa sebenarnya yang terjadi di dalam
ruangan.
“Apa Kau
tidak tahu? Presiden Park dari Joseong Group ingin menghapus... nama CEO Oh...
“ ucap Geun Sik dan Kang Seok langsung mengambil berkas dari tangan rekan
kerjanya lalu pergi.
“Nama CEO
Oh dari kursi kepresidenannya... Apa Kau dengar? Wah... Aku tahu kau akan
begini... Berhenti berpura-pura belum mendengarnya.” Keluh Geun Sik yang
ditinggalkan begitu saja.
Kang Seok
masuk ruangan lalu bertanya pada Tuan Park, Apa ini pertama kalinya melakukan
merger. Nyonya Kang memperkenalkan
Pengacara Choi Kang Seok, jagoan Kang dan Ham. Tuan Park seperti tak
yakin kalau Kang Seok sebagai “Ace” di perusahaan.
“Jika kau
berbakat seperti itu, dari mana saja kau selama ini sampai sekarang? Mengingat
zaman Pak Ham, Aku tidak pernah peduli dengan masalah kasar seperti ini. Bu
Kang, kurasa ini terlalu berlebihan bagimu menjalankan tempat ini sendirian.”
Ucap Tuan Park. Nyonya Kang terlihat tak suka dengan ucapan Tuan Park.
“Kurasa yang
tidak paham adalah Anda. Orang yang serakah akan sesuatu yang tidak bisa dia
dapatkan.” Kata Kang Seok
“Serakah?
Kupikir kau jagoan di sini. Tidak bisa kau baca angka-angka itu? Aku memberimu
lebih banyak uang.” Ucap Tuan Park.
“Anda
mengatakan ini sebagai persaingan merger dan akuisisi dan membuatnya terdengar
luar biasa tapi ini semua hanya perburuan. Tapi, seperti yang Anda lihat,
bahkan pemburu menunjukkan sedikit rasa hormat pada hewan yang mereka bunuh.”
Jelas Kang Seok
“Dan
sekarang, semua yang karyawan inginkan adalah menghormati presiden mereka yang
akan kehilangan karyawan dan perusahaannya sekaligus. Tapi, jika Anda bahkan
tidak mau melakukan itu untuk mereka, Bukankah Anda tidak memiliki sifat
mendasar sebagai pemburu?” kata Kang Seok sedikit menyindir.
“Apa kau
mencoba menceramahiku sekarang?” keluh Tuan Kaang. Kang Seok pikir itu tak
mungkin.
“Aku
hanya memberi Anda beberapa saran yang memadai sebagai seorang pengacara yang
di bayar karena pekerjaanku.” Jelas Kang Seok
“Itulah
maksudku... Firma hukum ini bukan satu-satunya firma hukum di negeri ini. Apa
Kau pikir aku akan tetap membayar biaya hukummu jika tingkahmu seperti ini?”
komentar Tuan Park
“Kau
bilang Biaya hukum? Maaf memberitahukan ini, tapi itu baru saja di transfer ke
akun kami.” Kata Kang Seok memperlihatkan pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Tuan Park
melihat pesan [500.000 dolar telah ditransfer ke akun Kang dan Ham.] Kang Seok
pikir kalau memang Tuan Park tidak puas
dengan hasilnya, maka boleh menuntut mereka menurutnya sebagai pengacara harus
mematuhi semua aturan sesuai situasi tertentu.
“Dan yang
terpenting, jika mereka mengetahui bahwa aku lawan mereka, Anda tidak akan
punya banyak pilihan.” Komentar Kang Seok. Tuan Park marah dan memina pembelaan
pada Nyonya Kang.
“Apa... kau
akan... membiarkan dia bicara padaku seperti ini?” ucap Tuan Park marah
“Sudah
kubilang... Dia jagoan yang kami punya... Kang Seok mengatakannya, untukku dan
perusahaan.” Ucap Nyonya Kang. Tuan Park makin kaget mendengarnya.
“Sekarang,
jika Anda paham situasinya, maka aku menyarankan Anda untuk keluar dari sini dan
setujui kesepakatan selagi itu masih ada di tangan Anda.” Kata Kang Seok. Tuan
Park dengan wajah kesal akhirnya keluar dari ruangan.
Kang Seok
duduk di ruangan, Nyonya Kang merasa
kalau tak masalah memiliki musuh,tetapi jangan pernah baik dengan penjahat dan
memikirkan cara agar melonggarkan klien
mereka nanti. Kang Seok pikir mereka
harus membuat kesepakatan, dan itulah yang penting.
“Kenapa
kau peduli tentang perasaannya?” keluh Kang Seok. Nyonya Kang lalu membahas
bertanya apakah Kang mereka sudah dibayar?
“Oh, itu?
Anggota Kongres Jo menyumbangkan sejumlah uang untuk beasiswa.” Ucap Kang Seok
“Aku
paham niatmu, tapi itu bukan metode tepat. Kau tidak boleh membuat gertakan.”
Keluh Nyonya Kang
“Kau bilang,
aku berbicara untukmu... dan perusahaan. Sekarang, itu bukan gertakan, kan? Kau
tahu... Aku tidak pernah bersikap sabar dengan siapa pun yang merendahkanmu.”
Kata Kang Seok. Nyonya Kang binggung
mendengarnya.
“Di mana
lagi kau akan menemukan rekan sepertiku?” kata Kang Seok.
Di sebuah
parkiran mobil, seseorang turun dari mobil mewah lalu berjalan masuk pada
sebuah tempat karaoke. Seorang teman menyapanya, keduanya pun akhirnya masuk ke
sebuah ruangan dengan seorang pria dengan ditemani oleh dua wanita.
“Halo... Aku
desainer kehidupan kedua Anda... Anda bisa memanggilku Naga.” Ucap si pria
bernama Cheol Soon. Si Pria mengeluh tak ingin panjang lebar. Dan dua wanita melihat sosok Go Yeon Woo yang
cukup terkenal.
“Aku akan
perkenalkan pemain kami. Dia mengingat semua yang dilihat. Dia yang
terpintar...” kata Cheol Soon sambil memukul meja layaknya drum, si pria
sombong menyuruh agar diam.
“Kudengar
kau bekerja sebagai parkir valet. Jika kau bekerja di sini, maka kau pasti mengenalku.”
Ucap si Pria sombong.
“Platmu 2
minggu yang lalu 61B5016... Minggu lalu, 18J2018. Dan hari ini, 17H3010.” Ucap
Yeon Woo. Dua wanita bertanya apakah yang dikatakan benar. Si pria mengaku
kalau ia sendiri tak ingat nomor plat mobilnya.
“Tapi,
dia berhasil menarik perhatianku. Jadi Mari kita mulai... Taruhanmu besar.. Ayo
main game... Jika kau menjawabnya dengan benar, ambil cek ini. Jika kau salah,
minumlah sekali teguk. Bagaimana? Kau suka apa yang kukatakan?” ucap si pria
sengaja menaruh cek dibawah minuman. Yeon Woo pun menyetujuinya.
“Apa
rasio cakupan likuiditas?” tanya Si pria melihat dari tabnya.
“Itu mengacu
pada aset likuiditas tinggi yang diperlukan dibanding dengan arus kas bersih,
dengan asumsi ada arus keluar cepat mata uang asing dalam jangka waktu sebulan.”
Ucap Yeon Woo dengan cepat lalu mengambil uang dari bawah gelas. , Kedua wanita
tak percaya kalau itu benar.
“Jelaskan
Teori Inflasi... “ ucap si pria merasa tak tak percaya.
“Ada
empat kekuatan dasar yang ada di alam semesta... Gravitasi, gaya
elektromagnetik, tenaga, dan gaya kuat.. Dan energi yang keluar sebagai tenaga
terpisah dari gaya kuat membuat alam semesta bertambah ukurannya sebesar 10
pangkat 43 sekitar 10 dengan pangkat negatif 35 detik.” Kata Yeon Woo. Dua wanita hanya bisa melonggo
karena jawabanya benar.
“Dia
benar menjawab bahkan, kata per kata... Aku belum pernah mendengar yang ini... Apa
itu Abbacchio alla Cacciatora?” ucap Si Pria
“Itu
adalah hidangan Italia yang dimasak dengan domba, bawang putih, teri, rosemary,
dan beberapa bahan lainnya.” Kata Yeon Woo berhasil menjawab dan mengambil uang
kembali
Si pria
pun memuji Yeon Woo cerdas, hebat dan punya otak yang seksi jadi membuatnya
iri. Yeon Woo tak peduli memilih untuk pergi setelah melihat sipria yang memberikan
dua tetes cairan ke dalam minuman, si pria kembali memanggil Yeon Woo karena
baru saja mulai menikmati jadi menyuruhnya untuk ikut minum.
“Sudah
kubilang, jangan mengundangku ke tempat seperti ini.” Ucap Yeon Woo marah pada
Cheol Soon.
“Kau
bilang "Tempat seperti ini"? Sepertinya aku belum cukup bermurah hati
dengan uangku... Ayo.. Kemari... Mari bertaruh dengan semua uang yang kau
menangkan... Jika kau minum ini sekaligus, aku akan memberimu 10.000 dolar.”
Ucap Si pria sengaja menyuruh Yeon Woo dari ember es batu.
“Bagaimana?
Apa Kau puas? Apa gunanya menghafal semuanya? Kau bahkan tidak bisa
menggunakannya dengan baik. Sekarang Aku memberimu kesempatan sebagai imbalan
telah menghiburku dengan bakatmu.” Kata Si pria. Cheol Soon pikir Yeon Woo akan
berusaha bersikap baik.
“Tidak
ada anjing yang menolak diperlakukan kasar.” Ejek Si pria melihat Yeon Woo
kembali mendekat.
“Hidup
mengajarkanku bahwa hal paling menakutkan di dunia ini adalah uang. Lebih dari
itu, dia bahkan tahu cara bersenang-senang. Dan barang Ini jauh lebih berharga
daripada hidupmu... Jadi, berhati-hatilah.” Ucap si pria memberikan cairan yang
bawanya.
“Baik, katakanlah
aku tidak lebih baik dari seekor anjing. Tapi, kau tidak tampak berbeda dengan
melihatmu minum alkohol ditambah obat-obatan.” Kata Yeon Wook sengaja meremukan
botol obat terlarang begitu saja.
“Apa
katamu? Apa Kau pikir kita setara... hanya karena aku bersikap baik?” ucap si
pria marah. Yeon Wook marah langsung mengambil ember dan siap menyiram.
“Seekor
anjing tidak pernah menggigit pemiliknya. Tapi, dia menggigit anjing lain. Terutama
ketika anjing itu tidak peduli dengan apa pun tak terkecuali uang.” Kata Yeon
Woo marah dan membuang semua uang lalu pergi.
Cheol
Soon akhirnya menemui temanya dibelakang, lalu mengaku bisa mengerti sikap Yeon
Woo dan berpikir kalau ini kesempatan bagus untuk mendapatkan uang serta
meminta maaf karena sudah membuat kesalahan. Yeon Woo tak suka dianggap sebagai
Kesalahan?
“Apa Kau
sebut ini kesalahan lagi?” ucap Yeon Woo marah. Cheol Soon tak suka dengan
kata "Lagi"
“Hei... Kau
juga tidak melakukan hal yang hebat di sana. ApaKau pikir orang lebih menakutkan
dari uang? Berhenti menipu diri sendiri. Tidak ada yang lebih lucu dari pada
seseorang yang berdiri di depan uang.” Ucap Cheol Soon seperti melakukan segala
cara untuk mendapatkan sesuatu.
“Apa itu
sebabnya kau melibatkan diri dengan pecandu?” sindir Yeon Woo. Cheol Soon tak
ingin membahasnya mengajak minum saja.
Saat itu
Seorang wanita datang, Cheol Soon langsung menyambutnya menyapa Se Hee, sambil
bertanya Apa kegiatanya lancar hari ini. Se Hee mengeluh Cheol Soon itu mabuk
lagi. Cheol Soon mengaku tidak mabuk den merasa kalau tak pernah melihatnya
yang melakukan kesalahan setelah mabuk. Se Hee mengaku sudah tahu hal itu.
“Kau
selalu membuat kesalahan. Apa yang
terjadi? Apa Kalian merayakan sesuatu?” ucap Se Hee.
“Tidak,
tidak merayakan apa pun.” Kata Yeo Woo.
Cheol Soon menceritakan kalau Yeon Woo memberikan pelajaran berharga
kepada putra konglomerat lalu melihat ponselnya.
“Aku
penasaran siapa yang menelepon.” Ucap Cheol Soon, setelah melihat namanya
langsung meminta mereka agar tetap ditempat saja.
Se Hee
berkomentar kalau Cheol Soon it sangat tidak dewasa. Yeon woo mengejek kalau Se
Hee bilang itu pesonanya. Sementara Cheol Soon mengangkat telp disisi lain
seperti berbicara dengan bosnya, Se Hee ingin tahu Apa yang terjadi hari ini,
tapi Yeon Woo mengaku Tidak ada.
“Tidak,
pasti ada sesuatu... Kau tidak pandai berbohong... Aku bisa melihat matamu.”
Ucap Se Hee. Yeon Woo pikir benar.
“Apa Kau
sungguh bisa melihatnya?” ejek Yeon Woo. Se He melihat Yeon Woo cerdas dan baik
hati.
“Kau
sangat berbeda dari Cheol Soon Oppa. Itu sebabnya aku merasa kasihan padamu.”
Kata Se Hee. Yeon Woo mengaku kalau
tidak seperti itu.
Cheol
Soon berbicara di telp meminta maaf dan
berpikir kalau seharusnya mengajari bagaimana Yeon Woo harus bersikap. Si pria
yang menelp mengucap syukur karean Cheol Soon bisa paham, lalu bertanya obat
yang sebelumnya meminta agar bisa mendapatkan kembali.
“Itu
tidak mudah, tetapi jika Anda mau, aku pastikan untuk mendapatkannya.” Ucap
Cheol Soon.
“Baiklah.
Tapi dengan satu syarat... Barangnya harus dikirimkan oleh orang itu tidak
peduli apa pun.” Kata Si pria. Cheol
Soon terdiam menatap Yeon Woo sedang berbicara dengan Se Hee.
Yeon Woo
pergi ke sebuah rumah sakit, terlihat seorang wanita dengan rambut beruban
berbaring di ruangan, seperti ia memiliki nenek yang sedang sakit. Esok
paginya, Yeon Woo duduk di sofa bertanya pada Cheol Wook apakah sungguh harus
melakukan ini dan ingin tahu apa itu kopernya.
“Kau
tidak perlu tahu... Berikan saja padanya dan terima uangnya... ucap Cheol Soon
berbaring di tempat tidur.
“Kau
sadar permintaanmu...” kata Yeon Woo menahan amarahnya. Cheol Soon pikir kalau
Yeon Woo harus tahu kala melakukan ini bukan untuk memperkaya dirinya.
“Kau juga
butuh uang...Yeon Woo... Aku... berbicara dengannya ketika dia sadar... Dia
sebenarnya baik.” Ucap Cheol Soon akhirnya turun dari tempat tidur.
“Terserah.
Aku tidak peduli siapa dia atau apa ini. Singkirkan.” Kata Yeon Woo menolak
“Yeon
Woo. Ini kesempatan yang sangat bagus.” Ucap Cheol Soon merayu. Yeon Woo tak
suka kalau dianggap Kesempatan bagus dan menyurug agar menyingkirkan itu
sekarang.
Kang Seok
sarapan dengan membeli roti bakar di depan kantor, sementara Geun Sik dengan
alat perekamnya berdiri depan ruangan Nyonya Kang, sambil memandangnya membuat
sebuah puisi.
“Hanya di
pagar yang dingin dan tinggi, bunga yang dipanggil "kau" telah mekar.
Aku datang untukmu saat kau mekar penuh. Namun, kau hanya berada di pagar. Sampai
kau menjalar ke arahku, aku harus berdiri dan menunggu seperti pagar dan pada
akhirnya memelukmu.” Ucap Geun Sik seperti jatuh cinta dengan Nyonya Kang.
“Tidak...
Jangan lemah, Geun Sik.” Kata Geun Sik
sudah siap untuk masuk ruangan.
Geun Sik
masuk ruangan Nyonya Kang mengatakan kala Minggu lalu, bekerja 138 jam 57 menit
dan ketika belajar untuk ujian, rata-rata tidur empat jam Tapi minggu lalu,
hanya tidur sekitar 3 jam 43 menit 27 detik.
“Apa itu
benar? Lalu, kau seharusnya tidur lebih banyak.” Ucap Nyonya Kang seperti tak
peduli.
“Ya, aku
harus... Jadi, maksudku... Aku bisa menangani Presiden Park dengan sendiri.”
Kata Geun Sik.
“Tentu
saja... Aku tidak pernah meragukan bakatmu.” Kata Nyonya Kang
“Lalu,
mengapa? Mengapa selalu Kang Seok dan bukan aku?” keluh Geun Sik kesal
Saat itu
Kang Seok masuk mengaku kalau ia bukan seperi Geun Sik,dengan bisa tidur tujuh
jam sehari, bekerja hanya 70 jam seminggu, dan mendapatkan hasil yang lebih
sempurna. Geun Seik mengeluh dengan sikap Kang Seok.
“Kau
datang bekerja tepat sebelum waktu makan siang dan pulang tepat sebelum waktu
makan malam. “ kata Geun Sik mengejek
“Itulah
mengapa aku bersinar lebih cerah dari pada kau yang bekerja lebih lama.” Balas
Kang Seok.
“Kalian
berdua, hentikan..Jangan buat rekanmu menjadi musuh... Sudah kubilang. Membuang
energi untuk menghancurkan kerjasama tim, tidak dapat diterima.” Tegas Nyonya
Kang menyudahi keduanya untuk tak saling sindir.
“Kang
Seok... Besok wawancara asosiasi masa percobaan.” Ucap Nyonya Kang. Kang Seok mengeluh apakah harus datang.
“Universitas
elit hampir sama... Memilih siapa saja.” Kata Kang Seok seperti tak peduli
“Kau
bilang, Kurang lebih sama... Coba Lihat, Bu Kang. Orang ini... Kang Seok memang
seperti ini.” Ejek Geun Sik.
“Kang
Seok, bukankah kau salah satu dari mereka?” kata Nyonya Kang.
“Aku
kasus yang sangat spesial. Mengapa kau bersikeras mempekerjakan anak-anak dari
universitas bergengsi?” kata Kang Seok
“Karena
mereka elit terbaik di negeri ini. Dulu, sekarang, dan nanti.” ucap Geun Sik.
“Jadi,
jika kau tidak berasal dari sekolah bagus, maka kau bukan elit? Balas Kang Seok
“Tentu
saja. Rusa adalah rusa dan jerapah adalah jerapah..” Tegas Geun Sik
“Itulah
mengapa aku, seekor rusa, lebih baik daripada kau, jerapah Kita tidak perlu
merekrut. Aku tidak butuh rekan.” Kata Kang Seok
“Wah.. Menyedihkan.
Kami tidak mempekerjakan rekan untukmu.” Balas Geun Sik.
Kang Seok
menolak, bertanya apakah pernah melihat
Mitra Senior tanpa rekan. Geun Sik pikir benar karena Seorang Mitra Senior harus memiliki, lalu
tersadar kalau Nyonya Kang mengatakan “Mitra senior”. Nyonya Kang
mengatakan Kang Seok dipromosikan menjadi
Mitra Senior.
“Selamat,
Kang Seok...” kata Nyonya Kang. Geun Sik yang terkejut memilih keluar dari
ruangan.
“Karena
aku wanita berwawasan,maka aku memilih bakat sepertimu. Jadi, kau pilih rekan
sendiri.” Ucap Nyonya Kang.
“Bakat
sepertiku... Ini bukan misi mudah.” Kata Kang Seok. Nyonya Kang memberikan
hadiah sebuah dasi karena menurutnya cocok untuk acara besok.
“Pilih
dengan hati-hati dan benar. Kau tidak boleh membuat kesalahan. Begitu Mitra
Senior membuat kesalahan, maka dia keluar.” Ucap Nyonya Kang memberikan
nasehat.
Papan
nama pun diubah menjadi [Choi Kang Seok, Mitra Senior] Seorang wanita
melihatnya pun senang, Hong Da Ham pun masuk ruangan setelah Kang Seok masuk
ruangan. Kang Seol pikir mendapat promosi enam bulan lebih lambat dari yang
diharapkan, tapi walaupun begitu tetap bisa mendapatkannya.
“Bagaimana
pun, selamat. Pak Mitra Senior.” Ucap Da Ham. Kang Seol pun mengucapkan
terimakasih.
“Tapi Kenapa
kau mengatakan "bagaimana pun", Bu Hong?”tanya Kang Seol
“Kau
pasti sangat senang, tapi aku merasa sangat sedih. Aku tidak pernah beruntung
pada pria atau pun uang. Semua yang kupunya hanya pekerjaan yang tak pernah
berakhir. Mereka bilang kehidupan wanita tergantung pada suaminya. Kurasa itu
benar, bukan begitu?.” Kata Da Ham mengeluh
“Kupikir
promosiku tidak akan memakan waktu lama kecuali beberapa perawan tua berdoa untuk
menentangnya setiap hari. Sepertinya perawan tua itu kau.” Ejek Kang Seok.
Keduanya saling menatap seperti musuh bebuyutan.
Kang Seok
menyebut 8 persen. Da Ham meminta 18 persen. Kang Seok menaikan jadi 10 persen.
Tapi Da Ham tetap di angka 18 persen. Kang Seok mencoba naik menjadi 12, Da Ham
tetap ingin 18. Kang Seol mengeluh aklau benci ketika Da Ham menggunakan taktik
yang dipelajari darinya.
“Itu
sebabnya aku meminta 18 persen. Jika aku memakai apa yang kupelajari darimu,
akan kuminta 20.” Ucap Da Ham. Keduanya saling berpikir dengan memainkan jari.
“Baiklah...
18 persen termasuk bonus. Apa Kontrak diperbarui?” kata Kang Seol. Da Ham pun
setuju.
Kang Seol
meminta agar Da Ham memberikan tanda tangan, Da Ham memberikan tanda tangan
diatas telapak tangan Kang Seol, lalu keluar dari ruangan. Kang Seol hanya bisa
mengeleng kepala melihat tingkah Da Ham.
Yeon Woo
datang menemui nenek yang ada dirumah sakit. Si nenek mengeluh karena Yeon Woo
datang ke rumah sakit. Yeon Woo mengaku kalau ingin melihat Nyonya Cho Gwi Sim.
Nyonya Cho mengeluh kalau itu nama lamnya dan namanya sekarang Cho Sook Hee
yaitu Artinya "gadis polos".
“Apa Semuanya
baik-baik saja?” tanya Nenek Cho. Yeon Woo menganguk kalau baik-baik saja.
“Kehidupan
terbaik adalah hidup tanpa masalah besar. Kau tidak bergaul dengan Cheol Soon,
kan?” ucap Nenek Cho menasehati.
“Aku
sudah berjanji.” Ucap Yeon Woo sedikit gugup. Nenek Cho pun meminta agar Yeon
Woo tak melupakan itu.
“Jika kau
menyentuh batubara...” kata Nenek Cho dan langsung disela oleh Yeon Woo kalau
kelanjutanya "Tanganmu akan kotor."
“Jangan
lupa bahwa cucumu ini orang yang jenius.” Ucap Yeon Woo bangga. Nenek Cho pun
merasa senang melihat cucunya.
“Tapi
orang di rumah sakit mungkin marah padamu. Kau sebaiknya pergi.” Kata Nenek Cho
“Apa
Nenek khawatir tentang tagihannya? Jangan khawatir, aku akan mengurusnya.” Ucap
Yeon Woo menyakinkan.
“Bahkan
kebohongan terdengar manis bagiku karena kau cucu Nenek.” Kata Nenek Cho. Yeon
Woo mengaku kalau ucapanya serius.
“Ketika
pria meninggalkan rumahnya untuk melakukan perjalanan, maka dia mengambil
sepasang sepatu dan setidaknya ada satu kebohongan. Itu yang dikatakan nenek
moyang kita.” Kata Nenek Cho
“Aku
sungguh tidak berbohong.” Ucap Yeon Woo menyakinkan agar membuat neneknya tak
khawatir saat itu seseorang masuk.
Perawat
berbicara dengan Yeon Woo kalau Nyonya Cho tidak bisa memperpanjang waktunya di
rumah sakit dan harus pindah ke tempat lain akhir bulan ini. Yeon Woo hanya
bisa meminta maaf. Perawat pikir jangan
meminta maaf padanya tapi lebih baik pada Nenek Cho.
“Kau
masih muda. Kau punya banyak peluang bagus.” Kata perawat menyakinkan lalu
berjalan pergi.
"Aku
memang muda, tapi tidak punya banyak peluang.” Ucap Yeon Woo seperti berusaha
menyakinkan diri.
Yeon Woo
pulang dengan mengayuh sepedanya, lalu melihat dua pria seperti preman ada
didepan rumah, saat naik ke kamar. Cheol Soon terlihat sedang sibuk mencium bau
Parfum yang harum. Yeon Woo dengan gugup mengatakan kalau hanya akan
mengantarkan tas.
“Yeon Woo,
aku mencintaimu... Ide bagus, Yeon Woo... Kau akan mendapatkan banyak uang setelah
mengirim ini” kata Cheol Soon memeluk Yeon Woo.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar