PS : All images credit and content copyright : KBS
Seorang
anak kecil berjalan di lorong jalan sambil bersenandung, lalu terlihat seorang
pria mengikutinya dari belakang. Si anak seperti tak sadar kalau ada pria yang
mengikutinya dari belakang.
Sung Woo
seperti canggung dengan Seol Ok yang menyuapinya makanan, bahkan Seol Ok
menyuapi jeruk dan juga coklat. Sung Woo heran dengan sikap Seol Ok yang
memberikan perhatian, Wan Seung menyuruh Sung Woo untuk menerima saja apa yang
diberikan oleh Seol Ok.
“Ahjumaa,
kenapa kamu melakukan ini untukku?” keluh Sung Woo yang tak nyaman
“Dia
bukan Ahjumma, tapi Dia asisten administrasi.” Kata Wan Seung seperti enggan
ada orang yang memanggil Ahjumma selain dirinya.
“Pak Gye
memanggilku "Ahjumma " dan membuat kata itu terdengar seksi seperti
bahasa Prancis.” Komentar Seol Ok membela diri.
“Kudengar
kau selalu masuk tiga besar di Akademi Polisi. Semua orang di sana sangat
pintar. Mengagumkan sekali.” Puji Seol Ok pada Sung Woo
“Dia
nomor tiga, aku nomor satu.” Komenata Wan Seung tak ingin dikalahkan Sung Woo
“Pak Gye,
pasti ingatanmu juga bagus. Benar, kan?” kata Seol Ok terus mencoba menyuapi
Sung Woo. Sung Woo tak ingin
berlama-lama meminta Seol Ok mengatakan yang dinginkanya.
“Apa Kau
mengingat semua kasus lama yang pernah kau investigasi? Misalnya, kasus orang
hilang dari tujuh tahun lalu.” Ucap Seol Ok. Sung Woo terlihat binggung
mendengar Kasus orang hilang tujuh tahun lalu.
Han Min
mengantar Ah Ram ke sekolah sambil berpesan
Jangan berkelahi dengan temannya. Ah Ram pun berlari masuk ke sekolah
melambaikan tangan pada ayahnya. Han Min lalu melihat jam tanganya kalau ia
akan terlambat sampai ke kantor.
Sesampai di "Unit Satu Tindak Pidana Berat"
“Kopral
Gong, Apa tahu pukul berapa ini?” ucap
Sung Woo memarahi Han Min yang baru saja datang. Hee Min hanya bisa
tertunduk meminta maaf.
“Unit
Satu Tindak Pidana Berat adalah pusat utama polsek kita. Apa Kau sudah lupa
betapa sibuknya kita? Datanglah tepat waktu.” Tegas Sung Woo
“Maaf.
Tadi aku harus ke toilet.” Ungkap Han Min mencoba untuk mencari alasan.
Seol Ok
kembali bertanya apakah Sung Woo masih ingat
siapa yang melaporkannya hilang tujuh tahun lalu. Sung Woo menjebut nama
Jang Se Yeon. Seol Ok tak percaya kalau Sung Woo bahkan mengingat nama
putrinya. Sung Woo pikir Semua detektif
bisa mengingat hal semacam itu. Seol Ok dengan tatapanya mengejek Wan Seung itu
pelupa.
“Ahhh..
Coba kuingat, tujuh tahun lalu? Ya, saat itulah keadaan menjadi kacau balau. Aku
ingat Il Hoon Gang dan Jo Byeong Dal... Astaga, pukulannya sangat gesit. Lalu Siapa
lagi yah? Aku ingat Sang Tak Gang dan orang nomor dua mereka. Lengan kirinya
sudah tidak ada. Selain itu, Nam Jin dari Geng Namguro. Dia jago menyanyi. Aku
yakin dia sedang menyanyi di suatu penjara.” Ucap Wan Seung mencoba mengingat
semua kejadian.
Na Ra
datang ke tim dua dengan kardusnya, Sung
Ha masih menatap komputer memberitahu kalau Kursinya ada di belakang. Na Ra pun
memindahkan ke samping meja Wan Seung. Sung Ha bertanya apakah Detektif Ha
berada di Unit Satu Tindak Pidana Berat. Na Ra kaget Sung Ha bisa
mengetahuinya.
“Tolong
minta dia mampir ke Unit Dua jika ada waktu.” Ucap Sung Ha tanpa menatap Na Ra.
“Pak
Woo... Aku ingin bertanya... Kapan kita akan makan malam tim?” uap Na Ra. Sung
Ha hanya bisa terdiam karena mereka belum makan malam bersama sebagai tim.
Seol Ok
menuliskan di papan "Unit Dua Tindak Pidana Berat, Pak Gye versus Ha Wan
Seung" Lalu bertanya Siapa nama orang hilang itu. Wan Seung menjawab Jang
Myung Hoon. Seol Ok pun memberikan nilai lalu bertanya kembali Siapa nama
istrinya. Wan Seung terbata-bata mengingatnya.
“Apa-apaan
ini? Park Kyung Ja.” Ucap Sung Woo menjawab dengan nada kesal.
“Siapa
rekan bisnis Jang Myung Hoon?” tanya Seol Ok. Wan Seung pikir tak mungkin
mengetahuinya.
“Ki Young
Sub. Nama istrinya Lee Hyun Sook.” Ucap Sung Woo. Seol Ok memuji ingatan Sung
Woo memang bagus.
“Kapan
Jang Myung Hoon menghilang?” tanya Seol Ok
“Tanggal
20 Maret 2011, Hari Minggu.” Jawab Sung Woo. Wan Seung tak percaya kalau Sung
Woo bisa mengetahuinya.
“Dia
dilaporkan menghilang pada 24 Maret 2011. Putrinya, Jang Se Yeon, yang
melaporkan. Saat itu usianya 21 tahun.” Ucap Sung Woo
Seol Ok
merasakan ada yang Aneh, kalau Jang Myung Hoon tidak menghilang pada hari
Minggu, tapi Sung Woo yakin karena Ingatannya tidak pernah salah. Wan Seung membela
kalau Sung Woo sangat jago menghafal saat di sekolah Tapi kurang kreatif dan
tidak bisa menangkap penjahat.
“Hari
Senin... Seseorang melihat Jang Myung Hoon... Tetangganya.” Kata Seol Ok mengingat saat bertemu dengan tetangga Tuan
Jang.
Flash Back
Wan Seun
bertanya apakah ia melihat Pak Jang keluar dari rumahnya pada hari dia
menghilang. Si Bibi mengaku kalau Tuan Jang itu membawa sebuah tas besar
pagi-pagi sekali dan berpikir kalau mau bepergian atau semacamnya.
“Aku
mengingat wanita itu...” kata Sung Woo
Dia
melihat Pak Jang saat hendak pergi untuk ibadah pagi. Di Gereja Joongjin Baru
di dekat rumahnya.” Kata Seol Ok. Wan Seung mengeluh kenapa Seol Ok membahas
hal itu.
“Gereja
Joongjin Baru tidak mengadakan ibadah pagi di hari Minggu. Dan Hanya pada hari
kerja.” Kata Seol Ok
“Kau
menemukan petunjuk yang sangat penting. Tapi aku harus pergi rapat sekarang.”
Ucap Sung Woo lalu bergegas pergi.
Wan Seung
dan Seol Ok berdiri didepan pintu ruang rapat. Wan Seung mengeluh kalau harusnya melakukan ini. Seol Ok menyuruh Wan
Seung agar menyingkirkan harga dirinya
karena Hanya Pak Gye yang tahu tentang kasus ini lalu menyapa Sung Woo yang
baru keluar dari ruang rapat.
“Sedang
apa kalian di sini? Apa yang kalian lakukan?” keluh Sung Woo. Seol Ok mengaku
kalau Sudah menunggu sejak tadi.
“Baiklah.
Kau mau tahu apa lagi? Cepat tanyakan.” Kata Sung Woo kesal
“Bisakah
kami mendapatkan lebih banyak informasi detail tentang kasus itu?” kata Seol Ok
“Semua
dokumennya sudah dibuang karena investigasi itu sudah ditutup, mengerti? Sudah
kubilang tidak ada lagi.” Tegas Sung Woo
“Tapi kau
masih mengingatnya, Pak Gye.” Kata Seol Ok mengejer Sung Woo untuk mendapatkan
informasi.
Di depan
pintu "Area Terlarang" Kyung Mi dikagetkan dengan Tuan Hwang sudah
ada dibawah jendela dan bertanya apa yang sedang dilakukan. Tuan Hwang mengaku sedang memulai harinya. dengan
membersihkan gagang pintu. Kyung Mi menawarkan diri agar bisa melakukanya. Tuan
Hwang menolak.
“Aku
harus melakukannya sendiri. Membersihkan sidik jari harus dilakukan dengan
metode sehalus mengambil sidik jari.” Ucap Tuan Hwang terus mengosok gagang
pintu.
“Omong-omong,
kenapa Anda membersihkan sidik jari?” tanya Kyung Mi heran
“Untuk bisa
mendapatkan sidik jari baru, kita membutuhkan bidang yang bersih. Aku paling
benci sidik jari yang tumpang tindih.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi pun menganguk
mengerti.
Kyung Mi
mmberikan cap sidik jarinya pada sebuah buku, Tuan Hwang memberikan selamat
pada Kyung Mi karena telah terdaftar di
basis data sidik jarinya. Kyung Mi kaget karena Tuan Hwang membuat basis data.
Tuan Hwang pikir Karena mereka kolega, jadi harus mempunyai sidik jari Kyung Mi
juga.
“Apa itu
semacam persahabatan?” tanya Kyung Mi. Tuan Hwang pikir seperti itu dengan
senyumannya.
“Hari ini,
aku akan mengajarimu cara mendeteksi dan mengambil sidik jari.” Kata Tuan Hwang
lalu menunjuk memulai dengan benda Senter. Kyung Mi panik karena senter itu
pernah dipakai untuk menangkap pelaku mesum.
“Aku mau
keluar sebentar dan Carilah sidik jari di sana.” Perintah Tuan Hwang. Kyung Mi
menganguk mengerti dan setelah Tuan Hwang pergi langsung berusaha menghapusnya.
Wan Seung
berdiri disamping Sung Woo sementara Seol Ok menatap bunga sakura didepanya.
Wan Seung membahas Sung Woo itu jagoan
tim jadi mengajak agar bisa menyelesaikan karena Tidak ada yang bisa
menghentikannya saat Seol Ok memulai sesuatu.
“Mungkin
dia menyukaiku.” Pikir Sung Woo percaya diri. Wan Seung mengeluh kalau itu Mustahil.
“Dia
berselera tinggi.” Tegas Wan Seung tak ingin merelakan Seol Ok. Tapi Sung Woo
pikir itu memang dirinya yang memiliki selera tinggi. Seol Ok hanya diam saja
dengan menatap Bunga sakura dan mereka berada di ruma Tuan Jang.
Mereka
masuk ke kamar Sung Woo pikir kamar ini tidak berubah sedikit pun. Wan Seung
bertanya Kapan suaminya menghilang. Nyonya Jang menjawab Tanggal 21 Maret. Seol
Ok melihat di ponselnya kalau Tanggal 21
Maret adalah hari Senin. Nyonya Jang menganguk membenarkan.
“Anda
bersaksi 21 Maret hari Minggu.” Kata Sung Woo. Nyonya Jang binggung bertanya
kapan mengatakannya
“Aku
pernah kemari tujuh tahun lalu untuk menginvestigasi kasus ini. Apa Anda tidak
ingat?” ucap Sung Woo. Nyonya Jang berusaha mengingatnya.
“Aku ingat
sekarang.. Waktu itu aku bingung. Aku baru sadar yang benar hari Senin setelah mendengar
kesaksian tetanggaku.” Ucap Nyonya Jang.
“Bukankah
aneh dia mengetahui tanggal suaminya menghilang dari tetangganya?” kata Seol Ok
berjalan keluar dari rumah
“Pasti
pikirannya sangat kacau karena suaminya menghilang.” Kata Sung Woo tak curiga
“Kalau
begitu, dia harus menghubungi putrinya lebih dahulu,kan?” kata Seol Ok
“Dia
menelepon putrinya empat hari kemudian. Mungkin dia tidak mau putrinya cemas.”
Komentar Sung Woo.
Seol Ok
menunjuk sebuah pintu dan mereka masuk ke dalam ruangan. Sung Woo setuju tapi
sempat menutup pintu lebih dulu karena enggan tapi akhirnya ikut masuk bersama
Seol Ok dan Wan Seung.
Seol Ok
merasa kalau Tempat ini juga aneh, karena Nyonya Jang yakin suaminya akan
kembali, jadi, tidak pernah pindah rumah. Ia mengingat yag dikatakan anak Tuan
Jang saat pertama kali bertemu.
“Ibuku
menunggu ayahku seumur hidupnya. Rumah itu sudah tua, tapi dia tidak mau
pindah.” Ucap Anak Tuan Jang
“Kenapa
dia menyimpan barang-barang suaminya di gudang?” tanya Wan Seung
“Barang-barangnya
sudah di sini sejak awal. Dia menggunakan tempat ini sebagai studio pribadi. Tidak
ada banyak perubahan dari tujuh tahun lalu. Kecuali debunya.” Ucap Sung Woo
melihat sekeliling.
Tapi Ia
menemukan sesuatu, kalau Benda itu tidak ada. Wan Seung bertanya apa itu yang
dimasuk. Sung Woo memberitahu kalau itu
Kunci dan mengingat tentang sebelumnya ada kunci diatas kotak, Dengan
gantungan kunci kelinci biru tapi kuncinya itu tak ada.
Flash Back
“Untuk
apa kunci itu?” tanya Sung Woo saat masuk ke ruangan kerja Tuan Jang.
“Untuk
kantor personalia yang suamiku dan mitranya kelola.” Jawab Nyonya Jang. Sung
Woo pun mencatat dan juga mengingat bentuk gantungan kunci.
Wan Seung
menatap Sung Woo ingin tahu Apa anehnya, Mereka pergi ke tempat kerja Tuan Jang
dengan rekan kerjanya. Sung Woo
memberitahu kalau Tuan Jang terlihat meninggalkan rumah dengan sebuah tas besar
pada pukul 4.30 pagi hari Senin.
Flash Back
Sung Woo
menginterogasi si Bibi meminta agar menceritakan yang di lihat, Si Bibi mengaku kalau Pada hari Senin, saat ingin
pergi ibadah pagi. Sung Woo mencatat kalau “Hari Senin, Ibadah pagi.”
Sung Woo
memberitahu Ada juga yang melihat kunci
itu pada pukul 5.00, karena melihat kuncinya tergantung di pintu. Ia yakin
menemukan orang yang melihat, dan Tuan Jang selalu membawa Kunci dengan hiasan
gantungan kelinci biru.
“Kunci
itu ada di rumahnya, Artinya dia sempat pulang.” Kata Seol Ok melihat kunci
terakhir ada dirumah. Wan Seung pikir Seol Ok sedang mendapat firasat,
“Kupikir...”
ucap Seol Ok tapi saat itu Tuan Jo kembali menelp lalu bergegas pergi karena harus
membeli cangkir kertas untuk rapat di kantor.
Sung Woo
melonggo melihatnya, Wan Seung pikir Sung Woo baru tahu kalau Seol Ok itu pergi
sangat cepat. Lalu keduanya pergi ke parkiran, wan Seung hanya diam saja. Sung
Woo bertanya apakah Wan Seung tidak kembali ke kantor.
“Aku
harus menangkap orang mesum... Tapi Di mana aku bisa menemukan mereka?” keluh
Wan Seung sambil membuka jaket memperagakanya.
“Apa
kesalahanmu? Kenapa Manajer Jo membencimu?” tanya Sung Woo heran
“Kau juga
merasa dia membenciku, kan? Kupikir Pak Kapolsek menyukaiku, tapi Manajer Jo
selalu mengganggu.. Dia tidak mau aku dekat dengan Pak Kapolsek. Aku benarkan?”
kata Wan Seung bangga. Sung Woo seperti kesal mendengarnya.
“Beri
tahu Ahjumma itu, aku sudah memberitahunya semua yang kuingat.” Kata Sung Woo
tak mau di ganggu.
“Percuma.
Aku tahu benar sifatnya. Dia akan menggenggammu sampai kasus itu selesai.”
Tegas Wan Seung
“Kau yang
ada dalam genggamannya... Bukan aku.” Ucap Sung Woo. Wan Seung mengelak kalau
tidak ada dalam genggaman Seol Ok. Sung Woo tak ingin membahasnya memilih untuk
pergi saja.
“Hei.
Kamu terus menyebutnya "Ahjumma", tapi dia staf di polsek kita.” Ucap
Wan Seung sebelum Sung Woo pergi.
Tuan
Hwang datang menemui Kyung Mi bertanya apakah sudah menemukan sidik jari. Kyung
Mi mengaku tidak bisa menemukan satu pun. Tuan Hwang terlihat marah kalau itu
hanya Omong kosong, karena Jumlah sidik jari yang harus ditemukan adalah lima
sidik jari Kyung Mi, tiga milik Yoo Seol Ok, dan empat milik Shin Na Ra. Kyung
Mi kaget mendengarnya.
“Kau
membuat tiga sidik jari tumpang tindih yang paling kubenci. Beginilah
urutannya, Kim Kyung Mi, Yoo Seol Ok, dan Shin Na Ra. Khususnya Shin Na Ra, dia
menyentuh bagian ini dan itu, termasuk tombol ini.” Kata Tuan Hwang, Kyung Mi
menarik nafas panjang.
Flash Back
Kyung Mi
mengambil koper untuk menemukan sidik jari, lalu dikagetkan dengan orang yang
masuk ruangan. Tapi ternyata Na Ra yang datang, dengan senyuman menemui Kyung
Mi yang ingin membantu menemukan pelaku mesum. Kyung Mi pun bisa bernafas lega.
“Di mana
Seol Ok?” tanya Kyung Mi. Na Ra
mengatakan kalau Seol Ok akan segera
datang. Mereka pun bergantian memegang senter.
“Kim
Kyung Mi menyerahkannya kepada Yoo Seol Ok. Kemudian Tamtama Shin menyalakan
senter ini. Kau tidak kreatif sama sekali, Untuk menyelesaikan kasus kriminal
sekacau ini, maka aku membuang waktuku sepanjang pagi.” Ucap Tuan Hwang dengan
nada tinggi.
“Maafkan
aku, Pak Hwang... Aku tidak tahu Anda bisa menemukan semua sidik jari itu.”
Ucap Kyung Mi mengaku.
“Tentu
saja, kau pasti tidak menyangka aku seterampil ini.” Kata Tuan Hwang bangga.
“Andai
kami tahu Anda akan menemukan sidik jari tumpang tindih seperti ini, pasti kami
tidak berani melakukanya.” Kata Kyung Mi
Han Mi
datang menjemput anaknya, terlihat sangat bahagia bertanya Apa kegiatannya di
sekolah tadi. Ah Ram menceritakan kalau tadi main meramal cuaca dan mendikte.
Han Mi yakin kalau Artinya anaknya banyak belajar dan ingin membelikan ayam
hari ini. Ah Ram menolaknya, Han Mi binggung kenapa menolaknya.
“Aku tahu
Ayah tidak punya banyak uang.” Ucap Ah Ram. Han Mi mengeluh siapa yang
mengatakan dan berpikir kalau itu ibu Ah Ram sambil mengeluh pada istrinya.
“Ayah
punya banyak uang dan bisa membelikan semua yang ingin kamu makan dan miliki.”
Ucap Han Mi. Ah Ram seperti tak percaya.
Tapi Ah Ram menyakinkan.
“Kalau
begitu, aku mau makan ayam.” Kata Ah Ram. Han Mi pun dengan penuh semangat
mengajak untuk makan ayam.
Mereka pergi
di jalan lorong untuk membeli "Ayam Goreng" saat itu Ah Ram menatap
ke arah lorong. Han Mi bertanya apa yang dilihatnya. Ah Ram mengaku kalau Ada
Paman aneh di lorong itu. Han Mi binggung apa maksudnya.
“Aku
selalu mengambil jalan ini saat pergi les dan selalu melihat Paman aneh setiap
kali lewat di sana.” Cerita Ah Ram.
Flash Back
Ah Ram
berjalan pulang les lalu di panggil oleh paman aneh, setelah itu membuka
jaketnya. Ia menceritakan kalau paman itu menurunkan celananya saat lewat. Ah Ram hanya terdiam melihatnya, saat
itu juga dua polisi yang sedang berpatroli melihatnya langsung mengejarnya.
“Dia
telanjang dan itu memalukan. Itu Lucu, kan?” ucap Ah Ram yang polos. Han Mi
mendengar cerita anaknya mencoba menutupi rasa gugup dan hanya membenarkan yang
dikatakan anaknya.
Han Mi
akhirnya pergi ke tempat petugas Lee yang berpatroli lalu mengomel karena
teledor saat berpatroli di gang. Petugas Lee membela diri kalau rutin melakukannya. Han Mi pikir kalau Tapi
itu tidak berguna karena Orang mesum ada di tiap gang di lingkungan mereka.
“Belum
ada laporan.” Pikir Petugas Lee binggung.
“Anak-anak
tidak tahu apa pun dan Mereka tidak bisa melaporkan ini.” Kata Han Mi makin
marah karena anaknya menjadi korban.
“Kami
tidak bisa berpatroli di setiap gang jika tidak ada laporan.” Kata Petugas Lee
“Walau
begitu, kalian harus berpatroli... Astaga! Yang benar saja.” Kata Han Mi
meluapkan semua amarahnya.
Sung Woo
duduk diruangan bertanya apakah sudah
menemukan tersangka kasus pembunuhan studio itu. Dua anak buahnya hanya diam
saja. Sung Woo akhirnya menanyakan pada detektif Yuk, Detektif Yuk mengaku
belum.
“Jika
begini terus, itu bisa menjadi kasus tidak terungkap Kenapa kita tidak melihat
adanya perkembangan?” ucap Sung Woo terlihat sangat marah
“Kopral
Gong... Apa Kau membantu mengurus kasus itu?” kata Sung Woo pada Han Mi
“Aku
sedang menginvestigasi kasus paternitas.” Kata Han Mi. Sung Woo ingin tahu
Kasus apa itu
“Ada
seorang pria yang menurunkan celananya di sebuah gang di dekat SD.” Kata Han Mi.
Detektif Yuk bertanya apakah maksudnya Orang mesum berjas hujan. Han Mi
membenarkan.
“Ini
bukan saat yang tepat untuk itu.” Kata Sung Woo. Han Mi pikir kalau kasus ini
berbahaya karena terjadi di dekat SD. Detektif Yuk pikir Itu tidak sebanding
dengan masalah kematian.
“Bagaimana
jika ternyata dia pencabul anak?” ucap Han Mi menahan amarah
“Aku
mengerti, tapi sekarang kita sudah dipusingkan dengan beban kita ini! Hubungi
Divisi Patroli dan minta mereka menambah patroli mereka. Jangan ikut campur.”
Tegas Sung Woo
“Sebagai
detektif, kita harus menangkapnya.” Kata Han Mi mengingat saat mengatakan hal
yang menyepelekan pada Na Ra.
“Banyak sekali orang seperti dia. Kantor
polisi tidak bisa berfungsi jika mau menangkap semuanya... Kenapa
melampiaskannya kepadaku?.. Aku hanya memaparkan kenyataan... Mereka pikir bisa
menangkap penjahat sesuka mereka.” ucap Han
Mi yang menyepelekan saat kejadian mesum pada Na Ra.
“Lalu siapa
yang akan menangkap mereka? Murid-murid SD tidak bisa menangkapnya sendiri. Haruskah
anak-anak itu menangkap mereka? Siapa yang bisa menangkap mereka jika bukan
polisi?” ucap Han Mi tak bisa lagi menahan amarahnya akhirnya meninggalkan
ruangan.
Han Mi
datang menemui Sung Ha di ruangan "Unit Investigasi Khusus Kasus
Orang-orang Mesum" mengatakan kalau akan mendaftar untuk unit Sung Ha
sekarang. Sung Ha terlihat binggung melihat lembaran lamaran pindah unit. Sung
Ha pikir kalau Tidak bisa pindah ke unit dua.
“Kami
butuh tenaga, jadi, tidak ada alasan untuk menolakmu. Tapi kenapa tiba-tiba?”
ucap Sung Ha. Na Ra juga heran Han Mi yang mau pindah unit.
“Aku...
Karena unit kasus mesum, Aku harus
menangkap orang itu apa pun yang terjadi.” Ucap Han Mi
“Apa Kau
mau menangkap orang mesum? Katamu mereka bisa dibebaskan dengan membayar
denda.” Kata Na Ra makin heran
“Ya... Polisi
tetap harus menangkap mereka.” Kata Han Mi. Akhirnya Sung Ha mengucapkan selamat
bergabung.
“Terima
kasih... Aku akan memakai meja ini.” Ucap Han Mi memilih mejanya sendiri dan
mengeluarkan barangnya.
Seol Ok
dan Wan Seung duduk di cafe seperti menunggu seseorang. Wan Seun heran Kenapa
Seol Ok membeli sebanyak itu. Seol Ok pikir membeli secukupnya saja dengan
banyak gelas cup membuat kopi. Saat itu anak tuan Jang datang menemui keduanya.
“Pernikahanku
tidak lama lagi, jadi Persiapannya lebih banyak daripada dugaanku.” Ucap anak
Tuan Jang.
“Pasti
berat menyiapkannya sendirian dan Biasanya ibu mempelai wanita ikut membantu.”
Kata Seol Ok kasihan.
“Ibuku
tidak keluar rumah. Sebenarnya kami juga melewati pertemuan orang tua. Aku
merasa bersalah kepada calon suamiku.” Kata Anak Tuan Jang.
“Kau
harus cepat menemukan ayahmu” kata Seol Ok.
Anak Tuan Jang juga berpikir seperti itu karena bisa menikah dengan
tenang.
“Omong-omong,
kenapa kalian mau menemuiku?” tanya anak Tuan Jang
“Sebelum
ayahmu menghilang, dia meminjam sebuah buku. Apa Kau tahu soal buku itu?” tanya
Wan Seung.
Anak Tuan
Jang binggung karena tidak pernah melihat ayahnya membaca buku, Wan Seung pikir
Di gudang itu juga tidak ada buku. Seol Ok mengingat saat pergi ke ruang kerja
melihat sebuah buku yang sudah berdebu.
Mereka
pergi ke gereja tempat "Alkitab" milik Tuan Jang yaitu Gereja
Joongjin Baru" Pendeta memberitahu Tuan Jang yang menghadiri kebaktian
setiap hari Minggu dan sempat bekerja di kantor Pak Jang berkat koneksi itu.
“Apa Anda
orang yang melihat gantungan kunci itu?” tanya Seol Ok. Si pendeta mengaku
pernah.
“Omong-omong,
kenapa Anda ke sana pukul 5.00?” tanya Wan Seung heran , pendeta mengaku bekerja
di sana waktu itu.
“Bukankah
itu terlalu pagi untuk bekerja?” kata Wan Seung
“Aku
melihatnya dalam perjalanan menuju gereja. Aku terlambat untuk ibadah pagi,
jadi, aku pun berlari. Saat itulah aku melihat pintu kantornya terbuka. Aku
memeriksa apa kantor itu kemalingan dan Aku lega setelah melihat gantungan
kunci itu tergantung.” Cerita Pendeta mengingat kunci yang tergantung di pintu.
Saat itu
pendeta menyapa seorang wanita, lalu
memberitahu kalau wanita itu adalah
istri pemilik Kantor Personalia Yongmyung. Wan Seung tahu kalau Pemiliknya adalah
mitra Pak Jang, si Petinju itu. Istri si petinju terlihat ketakutan.
“Benar...
Para kolegaku sering pergi ke restorannya untuk makan. Pasti dia sangat tahu.”
Kata pendeta. Istri itu terlihat gugup seperti menyembunyikan sesuatu. Wan
Seung dan Seol Ok pun menatap curiga.
Keduanya
pergi menemui istri petinju ingin tahu Kapan
terakhir kali melihat Pak Jang. Si wanita mengaku datang untuk makan bersama
koleganya. Wan Seung ingin tahu apakah Ada yang tidak lazim darinya. Si wanita
merasa tak ada sambil terus membersihkan meja.
“Pasti
Anda suka membaca novel.” Ucap Seol Ok melihat ada sebuah buku diatas meja.
“Ya, aku
suka membaca novel roman.” Akui Si wanita. Seol Ok yakin kalau wanita itu sering
bertemu dengan Pak Jang, Si bibi langsung menyangkalnya.
“Untuk
apa aku menemuinya?” kata Si bibi mengelaknya.
“Bukankah
Anda sering menemuinya di gereja dahulu? Kami dengar kalian berdua ke gereja
setiap Minggu.” Ucap Wan Seung. Si Bibi mengaku kalau melihat Tuan Jang di
gereja. Saat itu suaminya yang petinju datang terlihat sangat marah
“Kenapa
kalian mengganggunya di tempat kerja?”teriak Paman dengan mata melotot
“Kami
sedang menginvestigasi kasus hilangnya Pak Jang.” Ucap Seol Ok
“Itu
sudah lama sekali. Berhentilah mengganggunya!” kata Si paman. Si bibi yang
ketakutan mengaku tidak tahu apa-apa dan meminta keduanya agar pergi.
Si paman
pun mengusir keduanya agar pergi dari tokonya, keduanya akhirnya keluar. Si
paman terlihat marah berpikir kalau istrinya yang memanggil keduanya. Si Bibi
mengaku bukan ia yang memanggilnya.
Seol Ok
merasa kalau itu mencurigakan. Wan Seung yakin kalau Ada yang mencurigakan di
tempat itu dan Firasatnya mengatakan itu. Seol Ok melihat restocan "Gopchang
Jeongol dan Gopchang Gui" sementara Wan Seung menerima telp dari Tuan Park
“Jam
kerja sudah hampir selesai. Di mana kamu? Ini hari Kamis. Kau harus mengawasi
Kapolsek Shin. Kenapa kau di luar? Aku menolak klien karenamu...” ucap Tuan
Park
“Aku
segera ke kantor.” Kata Wan Seung. Tuan Park mengaku suda tidak peduli soal
Kapolsek Shin dan memilih pergi.
“Aku hanya
bisa mengalah beberapa kali.” Kata Tuan Park. Wan Seung meminta agar menahan
Tuan Shin sebentar saja lalu menutup telpnya.
“Jangan khawatir...
Aku pasti akan menuntaskan kasus orang hilang ini.” Kata Seol Ok lalu saat itu
juga ponselnya berdering.
Manager
Jo menelp meminta agar dibawakan tonik karena Tanamannya layu semua dan
mengeluh kalau Seol Ok itu pergi ke Indonesia
untuk membeli tonik itu karena lama kembali ke kantor. Seol Ok mengaku pergi ke Pasar Dongmun, pasar terbesar di
area mereka tapi tokonya tutup, jadi, harus kembali ke Pasar Joongjin.
“Kau selalu
lama jika disuruh sesuatu. Jika semua tanamanku mati, maka aku akan memaksamu
membiayai perkabungan mereka.” Ucap Manager Jo marah. Seol Ok mengatakan kalau
segera kembali.
“Caramu
menghadapi orang masih sama seperti menghadapi mantan mertuamu.” Komentar Wan
Seung
“Untunglah,
sekarang aku tahu cara menangani mereka” kata Seol Ok bangga. Akhirnya mereka
pun berpisah arah.
Wan Seung
sudah ada di dekat ruangan Tuan Shin,
sambil mengeluh kalau Sudah 10 tahun aku menjadi detektif, tapi baru
kali ini mengintai di dalam kantor. Ia pun heran dengan Seok Ok yang harus
pergi ke rumah sakit. Ia lalu menelp Tuan Park kalau Tuan Shin yang tak keluar
dari kantornya.
“Entah
apa yang dilakukannya... Dia tidak mau keluar.” Keluh Wan Seung sampai akhirnya
Tuan Shin keluar. Ia pun segera menutup telp kalau akan mengintai gerak gerik
Tuan Shin.
Saat itu
Wan Seung melihat Sung Woo berjalan di lorong meminta agar Pergil ke rumah
sakit. Sung Woo binggung kenapa harus dirinya,
Wan Seung mengaku ditelepon bahwa Bu Lee masuk rumah sakit dan merasa
kalau perbuatan suaminya.
“Maksudku,
berbahaya jika Bu Yoo sendirian. Kumohon, aku minta bantuanmu dan Tolong
buangkan bungkus ini juga.” Ucap Wan Seung lalu bergegas pergi dengan
meninggalkan bungkus roti ditangan Sung Woo.
“Sulit
kupercaya... Wan Seung baru saja meminta bantuan dariku. Tapi Kenapa dia tidak
membuangnya sendiri?” ucap Sung Woo sadar kalau ada bungkus roti ditanganya.
Seol Ok
bersam dengan Nyonya Lee heran melihat Sung Woo mengetahui mereka ada dirumah
sakit dan berpikir kalau datang untuk menyelesaikan kasus ini. Sung Woo mengaku
seperti itu dan ingin tahu Apa yang
telah terjadi. Nyonya Lee mengaku jatuh terpeleset.
“Rumah
sakit ini masih sama seperti dahulu dan Anda juga ke rumah sakit ini tujuh
tahun silam saat jatuh terpeleset. Benar, kan?” ucap Sung Woo. Nyonya Lee
terlihat ketakutan.
“Aku bisa
mengecek rekam medis Anda... Artinya Pak Gi sudah biasa menganiaya dia.” Kata
Sung Woo. Nyonya Lee terlihat makin ketakutan.
Tuan Shin
sibuk mengecek ruangan konferensi dengan memastikan kalau semua di pasangan dan
dipersiapkan dengan baik. Wan Seung menatap terlihat binggung karena Tuan Shin
tak keluar dari gedung. Ia menelp Tuan Park berpiki kalau bukan hari ini,
karena Ada upacara pembukaan jadi Tuan Shin fokus mempersiapkanya.
“Hei, Pak
Gye. Dimana ibu itu? Awasi dia. Ibu itu tidak bisa diprediksi.” Ucap Wan Seung
menelp rekan kerjanya. Sung Woo mengeluh Wan Seung yang mengaturnya lagi.
“Kenapa
aku harus melakukannya? Aku sedang menangani banyak kasus serius. Aku tidak
punya waktu untuk kasus tujuh tahun lalu. Kalau begitu, kau saja yang
mengawasinya.” Ucap Sung Woo kesal dengan nada berbisik agar Nyonya Lee tak
mendengarnya.
Nyonya
Lee ketakutan kalau Tuan Gi yang akan
menemukan dan membunuh di mana pun keberadaanya. Seol Ok menyakinakn akan memastikan Tuan
Gi tidak melakukan itu dan Nyonya Lee tidak
bisa terus hidup seperti ini. Saat itu Tuan Gi datang dengan mengumpat marah.
“Kenapa
kalian kemari lagi? Kenapa kalian terus datang dan menanyai istriku tentang
orang hilang itu?” ucap Tuan Gi marah
“Pak
Gi... Anda ditahan atas tuduhan KDRT karena telah menganiaya dan melukainya.”
Ucap Sung Woo. Tuan Gi malah melawan bahkan ingin memukulnya. Sung Woo bisa
menangkapnya dan membuatya berbaring dan siap memborgolnya.
“Aku
senang Anda berhenti bertinju, Anda tidak berbakat selain memukuli wanita.”
Kata Sung Woo bisa menangkap Tuan Gi.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar