Shin
mencium So Bong yang bersembunyi di balik pintu, So Bong kaget tiba-tiba dicium
oleh majikanya. Semua orang yang ada di ruangan hanya bisa melonggo kaget
begitu juga Ye Na. So Bong mendorong Shin agar menjauh, terlihat sangat marah.
“Kalian
semua pasti sudah tahu maksud tindakanku tadi, 'kan?” ucap Shin lalu menarik So
Bong pergi dari restoran.
So Bong
berteriak meminta agar Shin melepaskan tanganya. Shin melepaskan tanganya lalu
menegaskan kalau takkan meminta maaf karena Internet menyarankan tidak
boleh minta maaf pada wanita sehabis menciumnya. So Bong
terlihat binggung.
“Tapi,
terima kasih. Berkat bantuanmu, aku berhasil menolak pernikahan itu.” Kata Shin
santai
“Kau
bilang, Berkat bantuanku? Kapan aku bilang akan membantumu dengan bibirku?
Kalau kau manusia, ini bisa dianggap kekerasan seksual!” teriak So Bong marah
“Berarti
ada untungnya aku bukan manusia.”ucap Shin lalu memegang wajah So Bong
“Suhu
badanmu naik dua derajat. Pori-pori kulitmu membesar dan produksi sebummu mulai meningkat. Produksi kolagen yang
berkurang.” Jelas Shin. So Bong tak mengerti maksudnya.
“Kenapa
suhu tubuhmu naik? Padahal aku tidak punya emosi dan kau mungkin tidak merasakan ciuman itu. Apa jangan-jangan, kau
bergairah?” goda Shin.
So Bong
terlihat kesal mendengarnya, Shin pikir
kalau Wanita Korea rata-rata ciuman pertamanya
berlangsung pada usia 18 lalu menduga kalau tadi adalahciuman
pertamanya. So Bong makin marah
mendengarnya karen Shin itu tak perlu tahu tentang pengalaman ciumannya, lalu
mengumpat kalau Shin itu Cabul dan bergegas pergi.
Shin
terlihat binggung, lalu menerima telp dari Tuan Ji. Tuan Jin mengeluh Shin yang
diluar dugaan padahal menolak pernikahan,
bukannya mencium seseorang. Shin mengatakan kalau sengaja menolak Ye Na
dengan cara menciumnya.
“Sekarang
Ikuti saja si Kang So Bong dulu. Dia pasti panik jadi tenangkan dia, dan antar dia pulang.” Perintah Tuan Ji. Shin pun
bergegas mengikuti perginya So Bong. Tuan Ji melihat dari kejauhan.
Tuan Ji
kembali ke ruangan lmeminta maaf ddan memberitahu kalau Shins sudah pergi. Ye Na merasa yakin kalau Shin
itu tidak sungguh-sungguh dan sangat mustahil menyukai wanita seperti So Bong.
“Bukan
karena dia menyukainya. Dia itu cuma
tidak menyukaimu.” Kata Ho Yeon mengejek
“Dia itu
bertingkah...Ini tidak serius.” Ucap Tuan Nam menyakinkan.
“Tapi
sepenglihatanku, dia tampaknya serius. Jika memang dia menyukai wanita itu,
maka kita harus menunda pernikahan ini untuk sementara waktu. Akan kuanggap
perjanjian ini tidak pernah terjadi.” Tegas
Tuan Seo lalu mengajak Ye Na pergi.
“Tadi
memang tak terduga sekali. Aku juga duluan, Ayah.” Kata Ho Yeon ikut pergi
setelah Ye Na dan ayahnya pergi.
Tuan Nam
ingin tahu keberadaan Shin, karena merasa kalau bisa kabur begitu saja setelah buat masalah. Tuan Ji hanya bisa memohon
maaf, Tuan Nam mengajak Tuan Ji makan
saja dulu karena merasa sangat lapa. Tuan Ji hanya diam saja dan kembali
meminta maaf,sambil tertunduk.
“Lagipula
ini bukan pertama kalinya, dia memanfaatkan wanita untuk memberontak jadi Angkat
kepalamu.” Perintah Tuan Nam. Tuan Ji pun mengangkat kepalanya.
“Young
Hoon... Selama ini, pasti berat menghadapi perlakuanku padamu, 'kan? Padahal
Shin yang selalu buat masalah tapi aku selalu memarahi dan memukulmu.” Ucap Tuan Nam setelah meminta
Tuan Ji mendekat. Tuan Ji merasa kalau tak masalah.
“Karena
aku tahu Anda begitu agar si Shin bisa sadar.” Kata Tuan Ji. Tuan Nam hanya
bisa tersenyum mendengarnya.
“Mana
mungkin kau tak apa? Berhentilah menatap orang tua ini dan Pergilah makanlah di
tempat lain sebelum nafsu makanmu hilang.” Kata Tuan Nam mengeluarkan uang dari
dompetnya.
“Itu
terlalu banyak, Pak.” Kata Tuan Ji dengan nada menolak.
“Tidak
bisakah aku memberimu sebanyak ini? Jadi Terimalah. Tanganku mulai capek.” Kata
Tuan Nam. Tuan Ji hanya bisa menatapnya.
Flash Back
Tuan Nam
memberikan amlpop berisi uang. Tuan Ji melihat kalau uang itu terlalu banyak untuk biaya kuliah. Tuan Nam
menyuruh Tuan Ji agar keluar dari panti asuhan jadi meminta agar menerima saja
uang darinya. Tuan Ji menolaknya.
“Jika aku
menerima ini, nanti aku mulai
ketergantungan.” Kata Tuan Ji.
“Kalau
begitu keluar dari sana, dan pindahlah ke rumahku.” Ucap Tuan Nam
“Apa Anda
menyuruhku pindah dan mengajar Shin?” tanya Tuan Ji
“Tidak,
aku menyuruhmu menjadi bayangan Shin.
Semua yang kau kerjakan akan
menjadi miliknya. Semua kesalahan dia akan menjadi kesalahanmu. Aku ini
menyuruhmu untuk menjalani kehidupan
yang tidak adil. Tapi sebagai imbalannya, kau akan menikmati kemewahan sama seperti Shin. Aku bisa
menjanjikan hal itu.” Ucap Tuan Nam
Tuan Ji
hanya bisa terdiam, Tuan Nam meminta maaf labih dulu kalau ingin membeli
hidupnya dengan uang belaka. Tuan Ji mengaku orang yang ebih realistis.
“Ketidakadilan
yang akan kualami sebagai bayangan Shin tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan
ketidakadilan yang mungkin kuhadapi karena
menjadi yatim piatu.” Kata Tuan Ji
“Terima
kasih. Akan kupastikan kau tidak menyesalinya.” Ucap Tuan Nam
“Tidak,
Pak... Terima kasih sudah bernegosiasi dengan masa depanku yang tidak berguna.”
Kata Tuan Ji
Tuan Ji
keluar dari ruangan melihat Cek 1 juta won ada ditanganya, lalu menerima telp
dari Dokter Cha dan sedikit menjauh.
Dokter cha mengatakan perlu membahas pengobatan Direktur Nam jadi meminta agar datang ke tempat persembunyian mereka sekarang.
So Bong berjalan dengan wajah kesal, lalu
melihat lampu untuk menyebrang hanya tinggal 3 detik tapi tiba-tiba membalik
melambat. Shin melihat dari kejauhan, So Bong menatap sinis lalu menyuruh diam
saja dan tak mengikutinya. Shin pun hanya menatap So Bong yang bergegas
menyeberang lalu menaiki bus.
So Bong
duduk di bus mengingat saat Shin menciumnya lalu berteriak mengumpat kesak
“Dasar robot bodoh” karena berani mencium bibirnya. Beberapa penumpang melihat
So Bong berteriak dengan tatapan heran.
Akhirnya So Bong menelp Reporter Jo di dalam bus.
“Reporter
Jo... Aku tadi menerima pelecehan seksual tingkat terdepan.” Cerita So Bong.
Reporter Jo binggung apa itu maksudnya"Tingkat terdepan"
“Pelecehan
seksual itu semuanya primitif. Jadi Terdepan darimananya? Siapa? Brengsek mana
yang berani-beraninya menyentuh sayangku?” kata Reporter Jo
“Bukan brengsek,
tapi sebongkah logam... Ahh... Sudahlah. Lagipula dia bukan manusia, jadi aku tidak
bisa melaporkannya.”ucap So Bong, Reporter Jo terlihat binggung lagi saat
mengatakan Logam
“Apa Dia
bukan manusia? Kau bercanda atau apa? Kau dimana?” tanya Reporter Jo
“Entahlah.
Aku tadi asal naik bis.” Kata So Bong dan pamit untuk menutup telp karena akan
turun dari bus.
So Bong
turun di halte dan kaget melihat Shin sudah ada didepanya. Lalu bertanya kenapa
bisa ada di helte tersebut, lalu menduga kalau sengaja mengikutinya. Shin
dengan santai menjawab itu dari GPS dan sudah mengatakan sebelumnya bisa menemukan
So Bong di mana saja.
“Siapa
yang menyuruhmu mengikutiku? Siapa yang menyuruhmu melacak lokasiku...” teriak
So Bong lalu terdengar suara perut yang lapar.
“Ada
Makanan panas terdekat, Daging babi. Jarak lima menit. Kedua. Spaghetti
pizza.12 menit. Dan Itu makanan paling populer di kalangan mahasiswi. LaluKetiga. Burger daging
sapi kualitas terbaik. 25 menit....Keempat...” ucap Shin memperlihatkan layar
didepanya dengan menu makanan.
“Kemampuanmu itu aneh sekali... Tapi
bagaimanapun... Itu bukan makanan yang ingin kumakan.” Kata So Bong sinis
“Warung
tenda pertama, warung tenda kedua, warung tenda ketiga, dan warung tenda
keempat. Aku mencocokkannya dengan
anggaran uang dan seleramu. Yang pertama yang paling direkomendasikan.
Ratingnya 4,3 bintang. "Telur gulung kejunya sangat enak." Kata Shin
mencoba bersikap baik.
“Apa Kau
pikir aku bakal tergiur dengan telur gulung?” teriak So Bong marah lalu
bergegas pergi.
So Bong
makan dengan lahap telur gulung isi sosis dan juga soju, wajahnya terihat
bahagia karena rasanya sangat enak. Shin
hanya duduk melihat dari luar jendela, tapi So Bong tak mengubrisnya. Bibi
pemilik pun mendekati So Bong.
“Daritadi,
dia cuma melihatmu. Apa Kau tidak mengenalnya?” ucap Bibi. So Bong mengaku tak
mengenalnya. Shin tetap menunggu di depan restoran walaupun So Bong
mengabaikanya.
Tuan So
menelp SoBong ingin tahu ada apa sebenarnya hubungan keduanya dan apa yang
terjadi tadi. So Bong mengaku kalau hubungan dengan Shin itu tak seperti itu,
tapi Direktur Nam itu benar-benar memanfaatkannya. Tuan Seo meminta agar So
Bong menunggu sebentar.
Ia masuk
ke dalam kamar anaknya dan langsung menarik selimut, Ye Na terlihat kesal dengan sikap Ayahnya yang tidak punya sopan
santun dan hanya ingin tidur saja.
“Kang So
Bong.. Aku minta maaf tapi bisakah kau mengatakannya sekali lagi? Putriku lagi
mendengarkan jadi katakan bagaimana perasaan Shin.” Kata Tuan Seo
“Direktur
Nam itu benar-benar memanfaatkanku. Aku merasa tak enak karena mengatakan ini
tapi sepertinya pernikahan putri Anda takkan terjadi, Karena kurasa Direktur
Nam tidak menginginkannya.” Ucap So Bong dengan melirik Shin yang masih
menunggu di luar.
“Terima
kasih, Kang So Bong sudah mengatakan yang sebenarnya.” Kata Tuan Seo lalu
menutup telpnya.
Ye Na
seperti tak peduli meminta ayahnya keluar dari kamar kalau sudah selesai
bicara, Tuan Seo mengeluh dengan sikap
anaknya, dan berbohong kalau sengaja mencari nomor telepon So Bong dan bergegas
menelpnya demi sang anak.
“Bisa-bisanya
kau mau nikah dengan orang yang sembarangan
mencium siapa pun karena dia tidak menyukaimu?” kata Tuan Seo marah
“Lagipula
bibirnya akan menjadi milikku. Jadi aku tidak keberatan meminjamkan bibirnya
sebentar ke siapapun. Lebih baik begitu di depanku daripada melakukannya di
belakangku seperti orang lain.” Ucap Ye Na. Tuan Seo merasa tak tak habis pikir
dengan sikap anaknya.
“Baiklah.
Aku akan mempertimbangkannya lagi besok. Aku mau tidur, jadi jangan bangunkan
aku.” Ucap Ye Na ketus
“Baiklah...
Besok kita bahas lagi.” Kata Tuan Seo.
So Bong
mengeluh dengan Sikap Tuan Seo yang konyol karena Sekarang, membuat dirinya
berbohong pada putrinya. Ia merasa kalau sekarang menjadi drama tanpa henti
lalu berteriak meminta membawa Satu botol soju lagi.
“Hei..
Nona.. Apa Kau bakal terus mengabaikan pemuda itu? Dia daritadi hanya berdiri
disitu berjam-jam. Apa Kau tak kasihan sama dia? Aku tidak tahu dia salah ap
tapi sesama manusia tak boleh begitu.” Ucap Bibi membawakan Soju
“Ahjumma
tahu apa? Dia itu bukan manusia.” Kata So Bong sinis
“Bukan
manusia apanya, tapi Sikapmu ini yang bukan manusia.” Ucap Si Bibi lalu melihat
Shin yang sudah pergi karena diluar turun hujan dan berharap agar Shin untuk
pulang saja.
So Bong
akan keluar dari restoran dan melihat hujan yang belum reda, lalu memilih untuk
berlari sambil menutup kepalanya. Tapi seseorang datang membawakan payung. Shin
memberikan payung agar So Bong tak kehujanan.
“Kau
mengira aku sudah pergi, 'kan?” ucap Shin dengan senyumanya. So Bong tak peduli Shin itu pergi atau tidak
lalu berjalan pergi
“Aku cukup
berguna, 'kan?” kata Shin bangga mengikuti So Bong dan mencegahnya pergi. So
Bong kesal dengan sikap Shin.
“Kau
pasti marah padaku. Jadi manfaatkanlah aku sesukamu sampai kau tak marah lagi.
Aku kuat, cerdas, dan gigih jadi Sebutkan saja apapun. Karena kau membantuku, maka
aku akan membantumu juga.” Ucap Shin
“Aku
tidak butuh bantuanmu...” ucap So Bong mengambil payung dan pergi. Shin pun
hanya diam membiarkan tubuhnya basah dengan hujan.
“Hei,
Lapisan Kaleng... Mulai sekarang, aku bicara
santai padamu. Jadi Pegang payung itu.” Ucap So Bong.
Shin
tersenyum mengambil payung dari tangan So Bong tanpa memayunginya. So Bong
mengeluh menyuruh Shin juga memakai payung karena nanti akan mengira dirinya
jahat. Shin pun mengikuti perintah So Bong dengan jarak yang lebih dekat.
“Mulai
hari ini, kau jadi robot kacungku. Kau tadi bilang aku boleh memanfaatkanmu dan
akan membantuku. Di depan orang lain, kau itu direktur utama. Tapi di depanku,
kau robot kacungku. Aku akan menyuruh-nyuruhmu. Apa kau Tak suka?” ucap So Bong
sinis
“Tidak,
aku suka.. Mulai sekarang, aku robot kacungmu.” Kata Shin
“Ini cuma
rahasia antara manusia dan robot, Jadi
Awas kalau kau beritahu Manajer Tim Ji.
Dan Sekarang Carikan taksi.” Perintah So Bong.
Sebuah
taksi datang di pinggir jalan,So Bong melonggo binggung. Shin memberitahu kalau
sudah menelepon taksi dengan program yang ada diotaknya. So Bong memuji Shin
yang memang berguna juga dan mengajak segera pergi dengan memanggilnya Robot
Kacung.
Nyonya Oh
mengartikan Shin dan So Bong sedang bersama sekarang. Tuan Ji membenarkan dan
merasa bersyukur mereka berhasil
melewati situasi ini. David seperti tak percaya kalau Shin mencium wanita.
Nyonya Oh pikir Shin mungkin menyimpulkan itu pilihan terbaik.
“Baik
atau buruk, dia belajar bagaimana
tindakan manusia.” Kata Nyonya Oh
“Kita
tidak memikirkan sampai masalah pernikahan. Jadi apa yang harus kita lakukan?”
ucap David
“Direktur
Eksekutif Seo juga menentangnya, jadi
kita harus meyakinkan anaknya.” Kata Nyonya Oh
“Tapi
Hanya Shin yang bisa membujuk Manajer Tim Seo Ye Na.” Kata Tuan Ji
David
merasa gelisah karena Shin belum siuman sekarang. Dokter Seo berkata kalau Shin
pasti bisa siuman dan Ada cara untuk membangkitkan kesadarannya. Ia
memperlihatkan mesin ultrasound khusus.
“Jika kita
menstimulasi otak dengan gelombang
ultrasound, dia bisa bangun.” Jelas Dokter Cha
“Apa
sudah pernah ada studi kasus seperti ini
sebelumnya?” tanya Tuan Ji
“Tahun
2016, seorang pria berusia 25 tahun
terbangun dengan menggunakan mesin ini di AS. Dia mampu mengekspresikan
perasaannya dengan gerakan, Bahkan dia pun menyapa orang.” Jelas Dokter Cha
“Apakah
ada bukti kalau itu hasil dari ultrasound?” Dia bisa saja siuman secara alami.”
Ucap David.
“Tentu
saja, itu cuma kemungkinan semata. Orang yang mengujinya pun berhati-hati.”
Jelas Dokter Cha
Nyonya Oh
pikir kalau mereka harus mencobanya. David merasa kalau pilihan Nyonya Oh
sedikit memaksakan diri. Nyonya Oh mengaku sebagai ibu yang meninggalkan Shin
dan membuat alasan yang menakutkan kalau kakek Shin akan mencelakai anaknya.
“Aku
malah membuat anak lain karena merindukannya. Selama 20 tahun anak ini tidak
bersama ibunya, tapi aku punya anak itu
yang menghiburku dan bisa melupakan anak ini. Aku merasa malu dan
bersalah.” Kata Nyonya Oh menatap anaknya.
“Aku
merasa bersalah... Kau boleh marah pada Ibu jadi bangunlah, Shin. Sekarang Ibu
akan hidup hanya untukmu dan hanya memperhatikanmu saja. Apapun caranya, berapa
pun kemungkinan Keberhasilannya, Ibu
mohon, Shin.” Kata Nyonya Oh berharap anaknya kembali sadar.
Shin
turun dari mobil dan langsung membuka pintu taksi agar So Bong bisa turun. Saat
itu Ye Na sudah ada didepan rumah menyapa Shin yang baru pulang, Shin sinis
melihat Ye Na yang sudah ada di rumahnya. Ye Na mengaku kalau datang bukan ingin
bertemu dengan Shin.
“Aku mau
ketemu dia karena ingin dekat dengannya.” Ucap Ye Na dengan merangkul lengan So
Bong.
“Dan
Bawalah koperku, Oppa... Aku mau sapa Kakek dulu... Unni, sampai nanti.” kata
Ye Na berjalan pergi masuk ke dalam rumah.
So Bong
tak percaya melihat Ye Na itu seperti baja, menurutnya Kaleng dan Baja adalah pasangan yang
sempurna. Shin menegaskan kalau ia bukan terbuat dari kaleng, tapi CNT.... So Bong menyela kalau tak peduli
dengan hal itu.
“Dia bawa
koper, berarti ini bahaya. Bagaimana kalau kau ketahuan?” ucap So Bong khawatir
lalu menyuruh Shin si Kacung membawa koper. Shin pun menuruti perintah So Bong
sebagai kacungnya.
Ye Na
menemui Tuan Nam kalau sudah menandatangani perjanjian pranikah dan membatalkannya. Ho Yeon ikut
duduk bersama ayahnya seperti tak percaya. Ye Na mengaku sudah meninggalkan
mobil, perhiasan, pakaian dan semua barang yang ayahnya belikan untuknya.
“Jika
ayahku terus menentang, maka aku takkan
menjadi anaknya.”tegas Ye Na.
“Dasar
Gila.... Ayah. Bukankah Ayah bersyukur dia bukan anakmu?.. Ini Gara-gara Shin
mencium wanita itu, kau jadi gila..”sindir Ho Yeon
“Ye Na.
Kalau aku orang yang lemah dan tak punya
kuasa, apa kau akan tetap menikah dengan Shin?” tanya Tuan Nam
“Lagipula,
aku 'kan bukannya mau menikahi Kakek.” Kata Ye Na. Ho Yeon tak percaya
mendengar jawaban Ye Na merasa Otak Ye Na itu memang rusak.
“Sekarang
Akan kupecat wanita itu.” Ucap Tuan Nam. Ye Na merasa tak masalah.
“Begitu
kami menikah, aku akan menjadikannya pengawalku.” Kata Ye Na. Ho Yeon yang
mendengarnya merasa kalau merinding.
“Hei...
Semua ini tidak ada gunanya... Kau itu persis mirip ayahmu.” Ejek Ho Yeon. Ye
Na terdiam mendengarnya.
So Bong
akhirnya menelp Tuan Seo memberitahu tentang Ye Na. Tuan Seo kaget
mendengarnya. So Bong menceritakan Ye Na membawa kopernya dan pergi menemui ketua Nam. Tuan Seo mengatakan
akan datang jadi meminta So Bong kalau tidak ada yang terjadi dengan Shin.
“Kang So
Bong...Terima kasih sudah menelepon.” Ucap Tuan Nam
“Dia
harusnya menjemputnya pulang sekarang.” Keluh So Bong
Ye Na
masuk ke dalam kamar lalu berkomentar kalau ruangan itu cukup sempit buat dua
orang. So Bong binggung mendengarnya lalu bertanya apakah Ye Na akan tidur
dikamarnya.
“Apa kau Tidak
mau? Kalau begitu aku ke kamar Shin Oppa saja.” Ucap Ye Na. So Bong menahanya
agar Ye Na tak pergi.
“Kau Tidurlah
di sini saja dan Aku bisa tidur di lantai. Tapi jangan membongkar kopermu atau
apapun, tapi Kenapa pula kau harus tidur
di kamar sempit ini?” ucap So Bong heran. Ye Na seperti tak peduli
langsung membuka kopernya.
Shin
membuka kamarnya melihat Tuan Ji datang ke kamarnya, senyuman sangat lebar
melihat teman baiknya itu datang. Tuan Ji membahas kalau tadi pasti melihat Ye
Na yang datang ke rumah. Shin mengeleng.
“Dia menginap
di kamar So Bong, jadi waspadalah malam ini.” Pesan Tuan Ji
“Aku akan
membuat dia pergi dari rumah ini besok.”kata Shin lalu Tuan Ji pun pergi
meninggalkanya.
Tuan Ji
terlihat gelisah dalam kamarnya, karena masalah makin semeraut. Shin datang
memperlihatkan bir ditanganya,
menurutnya Bir dingin di penghujung hari
yang melelahkan dan setelah menonton iklan. Tuan Ji bisa tersenyum lalu
menyuruh Shin masuk kamarnya.
“Kang So
Bong tidak marah lagi.” Cerita Shin bangga. Tuan Ji mengucap syukur.
“Tapi
masih sulit memahami emosi manusia yang
tak kentara. Mulai sekarang aku akan melakukan apapun perintahmu. Jadi teruslah
bantu aku.” Kata Shin.
Tuan Ji
menatap Shin mengingat kembali yang diucapan Nyonya Oh “Ada tombol kill
switch.Dia belum tahu soal itu. Karena jika Shin yang asli siuman, maka Shin
palsu harus menghilang.”
“Maafkan
aku.” Ucap Tuan Ji. Shin binggung untuk apa meminta maaf.
“Karena
sudah membuatmu datang ke sini, lalu sudah membuatmu pura-pura menjadi Shin, karena marah padamu, dan
lainnya.” Kata Tuan Ji. Shin merasa tak masalah dengan hal itu.
“Itu 'kan
karena kau peduli sama si manusia Nam Shin.” Kata Shin. Tuan Ji mengaku tak
yakin kalau itu tentang peduli.
“Aku saja
kadang bingung sendiri... Apa aku menyukai Shin atau aku menyukai apa yang dia
miliki? Aku juga penasaran apa aku marah karena hal-hal yang bisa kunikmati saat
aku bersama Shin.” Akui Tuan Ji. Shin hanya bisa menatap Tuan Ji seperti tak
percaya.
“Apa Kau
mau pegang tanganku? Aku ingin memastikan bagaimana perasaanku sebenarnya.” Kata Tuan Ji
“Tidak
ada gunanya. Karena Konflik dan perang batin tak bisa dinilai oleh pendeteksi kebohongan.”
Kata Shin
“Konflik
dan perang batin... Berarti begitulah perasaanku.” Ucap Tuan Ji terlihat sedih
“Tapi aku
mengenali emosi di wajahmu sekarang.
Kesedihan dan kesengsaraan.” Ucap Shin
“Jangan
terlalu mudah mempercayai manusia.” Pesan Tuan Ji. Shin bertanya apakah
termasuk Tuan Ji juga atau pun Ibu dan
David juga.
Shin
berjalan sendirian di malam hari, mengingat kembali yang dikatakan Tuan Ji “Jangan
terlalu mudah mempercayai manusia.”
“Kalau
aku tidak boleh mempercayai manusia, lalu siapa yang harus kupercayai?” kata
Shin merasa bimbang.
Bersambung
ke Episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar