PS : All images credit and content copyright : KBS
Sebuah
robot dengan mata merah menyala, seorang wanita memasang bentuk wajah pada
robot, lalu berubah menjadi sosok anak kecil dan menyapa “Halo. Aku seorang
robot AI, Nam Shin I. Wanita tersebut dengan berkaca-kaca menyapa Shin mengaku
sangat rindu pada anaknya. Robot AI pun langsung memberikan pelukan.
[Episode 1- Terwujudnya pembuatan manusia.]
[Satu tahun sebelumnya]
[Seoul,
1997]
Dalam
sebuah ruangan, semua orang memberikan tepuk tangan saat Nyonya Oh masuk ke
ruangan dengan presentasi robotnya.
“Anak
laki-laki ini saat ini adalah pilihan terbaik, tapi itu tidak cukup baik
untukku. Dalam waktu dekat robot yang bisa disalahartikan sebagai manusia akan
muncul yang bisa menjadi pengganti orang-orang
tercinta yang berada jauh dari kita.” Ucap Nyonya Oh, Tiba-tiba seorang
anak kecil menyela
“Tidak!
Itu bukan aku! Aku bukan robot, tapi orang!” ucap Shin melihat wajahnya menjadi
seorang robot.
“Ya, kau
memang orang.” Ucap Nyonya Oh lalu memperkenalkanpada semua orang kalau Shin Il
adalah anaknya yang berumur tujuh tahun.
“Aku
terkadang berharap dia ini robot kecil yang penurut.” Akui Nyonya Shin lalu
mengoda anaknya kalau memintanya agar
tetap tenang.
“Aku memang
orang yang susah diatur. Teruskan saja penjelasannya.” Balas Shin Il lalu
Nyonya Oh pun meminta anaknya bisa menjaga sikap.
“Kalau
tidak, Ibu nanti akan membuat robot mirip kau, dan lebih menyayangi dia.” Kata Nyonya
Oh mengejek
“Tak
masalah. Aku juga lebih suka sama Ayah.” Balas Shin Il. Nyonya Oh hanya bisa
tersenyum mendengarnya.
Keduanya
keluar dari gedung, berjalan sambil bergandengan. Shin Il bertanya apakah
ibunya marah karena mengataan lebih suka Ayah. Nyonya Oh mengelengkan kepala,
sambil mengoda anaknya kalau suaminya itu lebih menyukai dirinya dibanding
anaknya.
“Kata
siapa? Apa Ibu masuk ke dalam hati Ayah
dan memeriksanya?” ejek Shin Il
“Kalau
kau penasaran, tanya saja sendiri sama Ayah.Ayah juga akan segera datang. Ayo
kita ke bandara dan pulang.” Kata Nyonya Oh
“Aku mau
menelepon Ayah dan bertanya sama dia.” Ucap Shin Il berlari mengambil ponsel
dari tangan ibunya.
Shin Il
menelp dan keduanya mendengar kalau suara deringan telp Ayah Shin yang dekat
dengan mereka. Seseorang berdiri menatap sinis pada keduanya, tiba-tiba
beberapa orang langsung menarik Shin Il dan memasukan ke dalam mobil. Nyonya Oh
berteriak bertanya siapa yang berani mengambl anaknya.
“Maaf
jika kami mengagetkan Anda. Ketua ingin bertemu Shin.” Ucap pria bernama Seo
Jong Gil. Nyonya Oh ingin tahu alasannya.
“Kami
sudah hidup tenang di luar negeri selama ini karena dia menolak menerima kami sebagai
menantu atau cucu, jadi kenapa?” ucap Nyonya Oh. Tuan Seo hanya bisa meminta
maaf.
“Aku baru
saja mengajar kelas. Jika kau mengizinkan aku bertemu suamiku, kami tidak akan
kembali lagi...” kata Nyonya Oh lalu
tersadar kalau ponsel suaminya ada ditangan Tuan Seo.
Tuan Seo
hanya memberikan sebuah surat, Nyonya Oh ingin tahu apa maksudnya. Tuan Seo memberitahu
kalau isi suratnya adalah konfirmasi
kematian Jung Woo dan Peti matinya sudah dibawa dari rumah semalam. Nyonya Oh
kaget, dengan memastikan kalau maksudnya Jung Woo meninggal.
“Dia
bunuh diri.” Ucap Tuan Seo. Nyonya Oh tak percaya ingin tahu alasan suaminya
bunuh diri
“Padahal
Shin kami ingin mengunjungi ayahnya
selama beberapa hari, jadi kenapa?” kata Nyonya Oh berteriak ingin mengambil
Shin dari mobil tapi mobil sudah lebih dulu beranjak pergi.
“Ketua
berpesan dia akan mengurus cucunya. Jika Anda memeriksa rekening bank
Anda, Anda pasti akan tenang.” Kata Tuan
Seo lalu pergi meninggalkan Nyonya Oh yang terjatuh.
Nyonya Oh
akhirnya menangis menemui tempat abu Nam Jung Woo, sambil berkata kalau merasa
kesepian dan ia juga bisa merasakan kalau anaknya yang dibawa juga pasti
kesepian.
“Jangan
khawatir... Aku pasti akan menjemput Shin” ucap Nyonya Oh berjanji pada
suaminya.
Nyonya Oh
mengemudikan mobilnya dan langsung menerobos masuk ke dalam gerbang dan
akhirnya berhenti didepan rumah. Tuan Seo dan para penjaga sudah siap
menghalangi sebelum masuk. Nyonya Oh membawa tumpukan uang dalam tas besar.
“Cuma ini
sisa uangnya, setelah beli mobil. Jika kau memberiku lebih banyak uang, aku
pasti akan beli mobil yang lebih mahal. Kau tahu 'kan uang itu akan kugunakan
buat apa?” ucap Nyonya Oh dengan nada tinggi.
“Aku jadi
tercengang. Kukira kau masih berduka atas berpulangnya Jung Woo.” Ejek Tuan
Seo. Nyonya Oh tak peduli langsung berteriak memanggil Shin agar bisa keluar
dari rumah untuk menjemputnya.
Tuan Seo
membiarkan Nyonya Oh berteriak mencari Shin sampai akhirnya Shin keluar dengan
pakaian seperti anak chaebol. Nyonya Oh langsung memastikan kalau anaknya
baik-baik saja karena sangat khawatir dan sangat rindu pada anak satu-satunya.
“Aku
takkan ikut Ibu... Disini lebih enak... Aku mau tinggal di sini sama Kakek.” Ucap
Shin dengan nada ketus.
“Apa maksudmu?
Apa ada orang yang menghasutmu? Apa
mereka mengancammu?” kata Nyonya Oh kaget mendengar tanggapan anaknya. Shin
mengaku bukan seperti itu.
“Terus
apa? Ayo kita pulang.” Kata Nyonya Oh ingin mengajak anaknya pergi.
“Aku
tidak ingin mati seperti Ayah! Ayah meninggal karena Ibu.” Teriak Shin. Nyonya
Oh kaget bertanya siapa yang mengatakan itu pada anaknya.
“Aku tak
mau memberitahu Ibu. Aku sudah tahu
semuanya. Gara-gara Ibu, Ayah jadi
kesulitan... Aku tidak ikut, jadi jangan kembali kesini. Kalau tidak,
aku juga akan mati.” Ucap Shin lalu berjalan pergi. Nyonya Oh berteriak
memanggilnya dan para pengawal menahan agar tak mengejar Shin.
Shin
menemui Tuan Nam Gun Ho yang terlihat dingin sambil berkata kalau sudah
menepati janjinya dengan memastikan kalau kakeknya itu tak melakukan apapun
pada ibunya. Tuan Nam pun mengangguk. Sementara Nyonya Shin terus berteriak
akan mengambil anaknya dari rumah keluarga suaminya.
“Shin
juga akan terluka.” Ucap Tuan Seo sebelum Nyonya Shin akan pergi. Nyonya Shin
seperti tak percaya.
“Cara
Ketua pasti selalu berhasil. Jung Woo meninggal karena dia menentang Ketua. Bukankah anakmu tetap hidup
lebih penting daripada anakmu terus disampingmu? Bagaimana jika Shin terluka karena
keserakahanmu? Apa Kau bisa mengatasinya?” ucap Tuan Seo. Nyonya Oh pun hanya
bisa terdiam.
Di dalam
sebuah penerbangan, Pramugari ingin membantu menyalakan lampu melihat Nyonya Oh
yang memegang sesuatu. Nyonya Oh ternyata sengaja mematikan lampu karena terus
menangis menatap foto anaknya yang diambil paksa oleh keluarga suaminya.
Sementara
Shin menangis ketakutan karena ada bunyi petir, di depan pintu pelayan ingin
masuk ke dalam. Shin berteriak melarang agar tak masuk dan terus menangis
sambil menutup telinganya.
[Republik Ceko, 1998]
Nyonya Oh
akhirnya memasang wajah anak kecil pada sebuah robot, dan wajahnya mirip dengan
Shin anak yang diambil oleh keluarga suaminya. Shin menyapa Nyonya Oh dengan
bahasanya “Halo. Aku seorang robot AI Nam Shin Il dan memanggilnya Ibu.
“Bisakah
kau memanggilku "Ibu" sekali lagi?” ucap Nyonya Oh tak percaya. Robot
Shin pun kembali memanggilnya.
“Ibu
rindu padamu... Sangat rindu.” Ungkap Nyonya Oh dengan berkaca-kaca
“Aturan
Nomor Satu... Peluk mereka jika mereka menangis.” Kata Shin lalu memeluk Nyonya
Oh dengan erat.
Robot Shin
keluar dari rumah, lalu melihat ada tangga didepanya dan hanya terdiam. Nyonya
Oh didalam rumah memanggil Shin sampai akhirnya melihat kalau Shin sudah
terjatuh ditangga. Akhirnya Ia membawa Shin kembali ke dalam rumah dan memasang
alat pada bagian belakang leher.
[Seoul, 2004]
Shin
sudah mulai beranjak dewasa, hanya duduk diatap sendirian sambil mendengarkan
musik.
[Republik
Ceko, 2004]
Nyonya Oh
hanya bisa melihat wajah Shin mulai dewasa dari foto-foto, wajahnya terlihat
sangat rindu pada anaknya.
[Republik Ceko, 2006]
Nyonya Oh
membuat kembali Shin dalam wajah remaja,
dan kembali menyapa “seorang robot AI, Nam Shin II dan melihat kalau
ibunya sekarang lebih pendek dibanding dirinya. Nyonya Oh mengaku tidak makin
pendek tapi Shin yang makin tinggi.
“Lengan
dan kakiku lebih panjang, dan tangan serta kakiku lebih besar.” Ucap Shin
melihatnya. Nyonya Oh membenarkan.
“Kau juga
jauh lebih kuat dari Ibu dan Ibu ada hadiah buatmu.” Kata Nyonya Oh bangga lalu
mengajaknya ke depan rumah.
“Di anak
tangga itu, Ibu pernah jatuh disitu. Apa Kau mau coba?” kata Nyonya Oh. Shin
akhirnya melangkah kakinya menuruni tangga sambil ke bawah.
“Anak Ibu
hebat sekali.” Puji Nyonya Oh tersenyum lebar. Shin menatap Nyonya Oh dengan
wajah seperti heran. Nyonya Oh bertanya apakah Shin merasa
tak nyaman
“Tersenyum
lebar itu bagaimana caranya? Aku juga ingin tersenyum seperti Ibu.” Ucap Shin
sebagai seorang robot.
“Ibu juga
ingin kau bisa tersenyum... Ibu pasti akan membuatmu tersenyum, Shin.” Kata Nyonya
Oh.
[Republik Ceko, 2015]
Nyonya Oh
kembali membuat robot dan sosok Shin menjadi lebih dewasa dengan mata biru
keluar dari tabung. Shin terlihat seperti sosok manusia walaupun tatapan robot.
Shin berdiri memakai kemeja dan celananya, lalu melihat ibunya berdiri tak jauh
darinya dan menatapnya.
“Ibu Cuma
teringat seseorang.” Ucap Nyonya Oh dengan mata berkaca-kaca.
“Aturan
nomor satu. Jika seseorang menangis, peluklah mereka.” Kata Shin lalu memeluk
Nyonya Oh pada ibunya.
[Seoul, 2018]
Shin
sudah beranjak dewasa duduk dibelakang sopir mobilnya dan kacamata hitam
layaknya seorang Chaebol, ditanganya terlihat ponsel dengan berita ["Di
mana insinyur robotika jenius yang menghilang 20 tahun silam?"] dengan
foto ibunya.
Sementara
di mobil lain, beberapa pengawal berkumpul dengan Ketua pengawal memberitahu Paparazzi
menyerbu mereka adalah aib bagi tim
keamanan PK Group jadi meminta agar membuat pertahanan yang tak tertembus hari ini.
“Jika
kalian gagal, kalian akan dipecat. Mengerti?” ucap Ketua. Semua mengangguk
mengerti termasuk Kang So Bong
“Ini uang
untuk kameranya. Pecahkan kamera mereka dan lemparkan ini.” Kata Ketua. So Bong
melotot melihat uang dalam amplop yang tebal.
Akhirnya
Shin turun dari mobil dan semua pengawal langsung melindunginye dengan
memastikan kalau tak ada wartawan yang mengambil gambar. So Bong tiba-tiba
melihat seseorang mengambil dari kejauhan dan langsung berteriak akan mengejar
dan menangkapnya. Si wartawan panik langsung masuk ke dalam mobil.
“Kau
pikir mau kemana?” ucap So Bong melihat mobil Si wartawan yang mogok lalu masuk
ke dalam mobil untuk menangkapnya. Tapi setelah itu keduanya malah terlihat
akrab dengan senyuman. Reporter Jo meminta bayaran.
“Setengah-setengah..
Oke..” ucap So Bong memberikan uang dan meminta kamera dari tangan temanya.
“Yang
lain pasti terkejut kalau mereka tahu kau mengambil foto paparazzi Nam Shin. Tapi,
siapa sangka, seorang pengawal akan mengambil dan menjual foto VIP?” ucap
Reporter Jo memberikan sebuah jam tangan sebagai kamera.
“Ini
pertama kalinya aku menggunakan kamera tersembunyi. Semoga saja aku tak
ketahuan.” Kata So Bong gugup.
“Kenapa,
kau gugup? Kau biasanya pegang itu tiap kali kau gugup. kudengar dia sekarang lebih suka sama aktris daripada idol. Akan
Kubayar kau dua kali lipat kalau ada wajah baru yang dekat sama dia.” Kata Reporter
Jo. So Bong pun dengan senang hati mendapatkan bayaran mahal lalu beranjak
pergi.
So Bong
melapor pada atasanya kalau sudah memecahkan kameranya dan memberikan uang.
Ketua memujinya, dengan mengeluh kalau
reportera itu memotret dan menjual foto yang bukan miliknya, dan mengejek kalau
Reporter memang manusia yang paling parah.
"Manusia
harus hidup jujur untuk menjadi orang yang jujur." Itulah pelajaran hidup
yang selalu Anda tekankan pada kami. Respect, respect.” Ucap So Bong dengan
nada tinggi. Ketua terlihat malu hanya memujinya lalu menyuruh pergi.
So Bong
akhirnya berdiri dengan para pengawal lainya yang memberikan acungan jempol
sebagai pujianya. Saat itu Shin sedang duduk di ruang tunggu lalu terlihat
sosok wanita mendekati Shin mengunakan jaket.
Ia teringat ucapan Reporter Jo “Katanya dia sekarang lebih suka sama aktris daripada idol. Kubayar
kau dua kali lipat kalau ada wajah baru yang dekat sama dia.”
“Berita
daebak! Bukankah itu Go Sae Hee dari Girl Crush?” ucap pegawal lain melihat
Shin duduk dengan seorang wanita.
“Hei... Lindungilah
kehidupan pribadi VIP seperti hidupmu sendiri. Jika kau tidak ingin dipecat,
awasi terus.” Tegas So Bong. Juniornya pun segera membalikan badan untuk
berjaga-jaga.
So Bong mengambil
gambar dari jam tanganya, terlihat gambar Shin seperti sedang berpelukan bahkan
berciuman. Setelah itu bergegas meminta izin untuk ke kamar kecil dengan
senyuman bahagia karena misinya selesai dan akan mendapatkan bayaran.
Saat akan
masuk toilet, tiba-tiba jam tanganya diambil oleh Shin yang berdiri didepan So
Bong. Shin menyindir kalau sangat
menarik melihat Kamera tersembunyi di jam tangan, Shin panik meminta agar jangan salah paham dengan beralasan kaalu baru
saja mengambil i dari paparazzi.
“Kau
siapa? Apa benar kau itu pengawal? Kau selama ini menjualku, kan? Foto-foto yang
di Internet itu dari kau, kan?” ucap Shin marah
“Anda
salah paham. Aku merasa bersalah, Direktur Nam.” Kata So Bong panik
“Apa Kau
merasa bersalah? Ternyata Kau tidak kenal takut juga ? Kau tadi pasti
memotretku. Aku itu tadi mencium dia
untuk memancingmu.” Akui Shin
“Aku
takkan pernah melakukan hal seperti itu.
Paparazzi itu yang..” kata So Bong membela diri tapi Shin sudah lebih dulu
memukulnya.
“Apa kau
meremehkanku? Jangan pura-pura polos kau!” teriak Shin akhirnya semua orang
melihat dan mengambil foto dengan ponsel
“Kenapa
kalian pada memotret? Kalian juga memotret buat dapat uang, kan? Silakan potret
saja.” Teriak Shin meluapkan semua amarahnya.
Beberapa pengawal
akhirnya datang mencoba agar orang-orang tak mengambil foto Shin. So Bong
dengan wajah kacau ingin mengambil SD Card dari jam tangan, tapi Ji Young Hoon lebh
dulu datang mengambilnya, berpikir kalau akan bicarakan nanti.
“Di mana
Direktur Nam?” tanya Tuan Ji. So Bong binggung karena tak melihat Shin ada di
dekatnya.
“Sepertinya
dia sudah naik pesawat... Penerbangan langsung ke L.A.” kata Kepala Pengawal
melapor.
Tuan Ji
bergegas masuk ke dalam pesawat tapi tak melihat Shin duduk di bangku pesawat.
Saat itu ponselnya berdering. Shin mengejeknya, Tuan Ji ingin tahu keberadaan
Shin sekarang. Shin mengaku kalau ada pesawat dan Tuan Ji sedang bersamanya.
“Tak usah
bercanda. Dimana kau?” ucap Tuan Ji menahan amarah
“Aku
kasih kau petunjuk.... Aku lihat ada awan putih.. Bahkan , cuma awan putih yang
kulihat.” Ucap Shin dengan nada mengejek duduk dibangku pesawat.
“Berarti
kau di pesawat lain, kan.. Shin, selesaikan presentasi mobil otonom dulu
sebelum kau pergi.” Kata Tuan Ji
“Aku
lebih suka pesawat daripada mobil... Karena aku bisa pergi jauh.” Kata Shin
“Kau mau
kemana sebenarnya? Bagaimana kalau Ketua tahu...” ucap Tuan Ji disela oleh Tuan
Shin.
“Bukankah
semuanya ada di media sosial? Aku sudah terkenal sebagai sampah masyarakat yang
memukuli wanita sekarang. Jika aku presentasi sekarang yang ada bisnis utama
grup kita dicacimaki juga. Jadi, aku akan menghilang demi perusahaan. Kakek dan
Direktur Eksekutif pasti juga senang
kalau aku pergi. Hyung juga, tak usah mengikutiku. Kalau begitu, selamat
tinggal.” Ucap Shin dan langsung menutup telpnya dari atas pesawat.
Ketua
memarahi So Bong karena sudah memerintahkan untuk melindungi Shin tapi malah memotret. Ia
bahkan menerima cibiran karena Seluruh tim keamanan terhina akibat ulang So
Bong. So Bong hanya bisa diam tanpa bisa melawan.
“Jadi apa
tidak ada masalah asal uangmu banyak?” teriak Ketua. Tuan Ji datang
menghentikan omelan Ketua pengawal.
“Harap
diproses surat pengunduran dirinya Kang So Bong. Dan serahkan dokumen resmi
agar dia tidak bisa bekerja sebagai pengawal.” Ucap Tuan Ji. So Bong kaget
mendengarnya.
“Aku
takut kau nanti menyakiti orang lain. Kuharap kita tidak akan pernah melihatmu lagi.” Ucap Tuan Ji lalu berjalan
pergi. So Bong hanya bisa terdiam.
So Bong
akhirnya menemui Reporter Jo memberikan sebuah plastik. Reporter Jo binggung
apa maksudnya. So Bong memberitahu kalu
itu Kamera tersembunyi yang sudah hancur lebur, bahkan dipecat jadi
tidak bisa membayarnya.
“Jadi apa
rencanamu? Apalagi kau dipecat karena aku.” Ucap Reporter Jo merasa bersalah.
So Bong pikir temanya itu bersikap berlebihan.
“Aku juga
ingin melakukannya. Akulah orang yang terlena karena uang. Kenapa kau
menyalahkan dirimu sendiri?” kata So Bong
“Ini
karena aku merasa bersalah.” Kata Reporter Jo. So Bong tak ingin membahasnya
lagi.
“kalau
perlu, Aku akan kerja jadi penjaga anjing
keluarga kaya” kata So Bong santai lalu berjalan pergi dengan melambaikan
tangan dan menahan sedih. Repoter Jo tak
enak hati memanggil So Bong.
Saat itu
Reporter Jo menerima telp dari Shin melaporkan kalau So Bong belum tahu dan mengomel karena memukul So
Bong. Ia kesal karena Shin itu sebenarnya sudah tahu apa yang akan terjadi
karena merencanakannya dan tak enak hati dengan So Bong yang merahasiakanya.
Shin seperti tak peduli dan langsung menutup telpnya.
Shin
sudah duduk diatas pesawat dengan santai lalu meminta minum pada pramugari.
Saat itu seorang pria diam-diam duduk dibelakang menatap Shin dari kejauhan. Dia
adalah Choi Sang Guk.
Bersambung ke Episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar