PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 27 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 7

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Jong Ryul melihat Dong Baek dan Yong Sik masuk bar mengeluh alau  Ternyata hidup Dong Baek itu  menyenangkan dan itu yang membuat agak terganggu. Jong Ryul akan pergi meninggalkan tapi Hwang Mi tiba-tiba mengetuk jendela mobilnya.
“Kau lagi... Kau pernah kemari, 'kan? Kau menutupi wajahmu dengan topi hitam dan memakai kaus aneh. Aku kerja di sini.” Ucap Hwang Mi
“Baiklah. Kalau begitu, masuklah.” Ucap Jong Ryul akan pergi, Hwang Mi binggung Jong Ryul yang pergi dan tak mau masuk
“Jangan pedulikan aku. Masuk saja dan mulai shif kerjamu.” Ucap Jong Ryul
“Ini hanya aneh. Aku akan panggil kau pelanggan jika kau masuk. Orang yang berkeliaran masuk dua kategori ini. Entah kemari untuk pinjam uang atau karena merindukan seseorang. Pasti ada alasan kau tak bisa pergi ke restoran Dongbaek.” Komentar Hwang Mi
“Kau penjual yang hebat.” Komentar Jong Ryul tak bisa berkata-kata. 

Di dalam bar
Dong Baek terlihat gugup melihat tulisan “Pengusil” lalu mengaku kalua membuatnya  sangat bingung sekarang. Hwang Mi masuk memanggil Dong Baek, lalu memberitahu kalau kenal dengan Jong Ryul. Dong Baek kaget Jong Ryul dateng ke barnya.
“Aku penasaran kenapa Superman terus kemari.” Ucap Hwang Mi, Dong Baek hanya diam saja dan Yong Si hanya bisa melonggo, Jong Ryul pun terlihat canggung. 

Hwang Mi memberikan tumis babi diatas meja dengan porsi bersar. Jong Ryul pikir tak bisa menghabiskan ini. Hwang M memberitahu kalau ini porsi kecil. Jong Ryul pikir Dong Baek itu Tak ada yang berubah sepuluh tahun terakhir.
Dong Baek hanya bisa menatap dari meja kasir seolah tak peduli, sementar Yong Sik sibuk main melempar panah. Beberapa saat kemudia, Jong Ryul sudah lahap makan tumis daging dan meminta semangkuk nasi tadi, Hwang Mi memberitahu kalau sedang memasaknya.
“Dasar babi... Apa dia kelaparan berhari-hari?” ejek Hwang Mi melihat Jong Ryul. Akhirnya Dong Baek membawakan nasi yang baru masak. 
“Di mana anak itu? Kuharap kau beri dia makan walau sibuk kencan. Di mana dia? Sekarang sudah malam.” Sindir Jong Ryul
“Apa Kau pernah membesarkan anak delapan tahun? Apa Kau tahu anak delapan tahun sibuk? Aku jual babi tumis untuk pastikan kebutuhan Pil-gu terpenuhi. Kau Tonton saja pertunjukan lumba-lumba dengan putrimu tersayang. Jangan bodohi dirimu setelah sekian lama.” Balas Dong Baek menyindir.
“Apa Kau menonton acara itu? Namun, katamu kau lupa wajahku.” Ucap Jong Ryul
“Mereka selalu menayangkan ulang acara itu.” Ucap Dong Baek lalu tak sengaja memegang mangkuk panas telur kukus.


“Apa Kau tak apa-apa? Astaga.” Ucap Jong Ryul panik melihat tangan Dong Baek. Dong Baek mengaku tak apa-apa lalu menarik tanganya.
Tiba-tiba Yong Sik datang dengan membawa buku gambar milik Pil Goo, dengan wajah bahagia Yong Sik akhirnya mendapatkan tanda tangan Jong Ryul dan tertulis [UNTUK HWANG YONG-SIK, BAHAGIALAH!] Ia terus memamerkan dengan bangga.
“Tuan Kang... Aku tahu semua... Apa kata untuk itu? Sorakan. Aku tahu semua sorakannya.. Satu, dua. Satu, dua, tiga, empat.. Jong-Ryul, ayo Jong-Ryul. Cetak pukulan hari ini, Jong-Ryul” teriak Yong Sik dengan penuh semangat.
“Apa ini tipe Dongbaek?” gumam Jong Ryul melihat Yong Sik seperti tak tahu malu. Dong Baek hanya bisa terdiam.
“Jong Ryul tahu soal dia< saat pertama bertemu.”gumam Dong Baek, akhirnya Yong Sik pun duduk disamping Jong Ryul
“Sudah kubilang. Aku tak hanya mengatakannya untuk bersikap sopan. Aku sungguh... Aku penggemar beratmu.” Ungkap Yong Sik penuh semangat. Jong Ryul mengaku bisa melihatnya.
“Apa Dia sungguh penggemar?” gumam Dong Baek tak percaya. Yong Sik pun bertanya pada Dong Baek apakah  tahu Sepuluh Juta Kang Jong Ryul
“Aku Tidak tahu. Aku benci bisbol.” Ucap Dong Baek, Jong Ryul tak percaya mendengarnya begitu juga Yong Sik.
“Tetap saja, kenapa kau tak tahu?”keluh Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu Apa itu "Sepuluh Juta?"
“Kurasa kalian wanita sungguh tak tahu. Dia memimpin sepuluh juta penonton. Dari situ asal julukannya. Apa itu sekitar sepuluh tahun lalu? Di final WBC... Saat itu Korea versus Jepang. Selama pertandingan Korea lawan Jepang di final WBC, dia hanya berdiri terpaku alih-alih lari ke base  ketiga dari kedua.” Cerita Yong Sik mengebu-gebu.
“Kita kalah telak dari Jepang karena dia. Setelah itu... Astaga. Dia dapat sepuluh juta antipenggemar. Itu asal Sepuluh Juta Jong Ryul. .. Coba Lihat? Aku tahu semua.” Kata Yong Sik bangga, Jung Ryul yang terlihat sedih.
“Tepatnya, itu delapan tahun lalu.” Kata Jong Ryul menatap Dong Baek penuh arti.
“Apa itu delapan tahun lalu?.. Tunggu. Kudengar kau sekolah di SD-ku  selama setahun. Kita satu sekolah dan satu kota. Dia seharusnya dapat kacang gratis, 'kan?” kata Yong Sik
“Tidak, aku tak pernah menawarkan. Siapa kau menyuruhku memberinya kacang gratis?” kata Dong Baek
“Kurasa kalian berdua tak sedekat itu.” Komentar Jong Ryul, Yong Sik binggung menjelaskanya. 




Didepan bar, Yong Sik dengan bangga mengajak Selfie Jong Ryul sebagai bukti pernah bertemu dengan pemain baseball nasional dan akan menggunakan ini sebagai foto profil Dong Baek akhirnya berbicara dengan Yong Sik.
“Kau tak bergabung dengan kepolisian dengan skor ujian polisimu, 'kan?” ucap Dong Baek. Yong Sik tak mengubrisnya. 
“Silakan kunjungi kami lagi kali lain kau di Provinsi Chungcheong.” Kata Yong Sik pada Jong Ryul
“Baiklah. Kau bicara seakan kau pemilik tempat ini.” Sindir Jong Ryul. Yong Sik pikir ini seperti bisnisnya dan memang ingin seperti itu.
“Dia hanya orang kampung.” Gumam Jong Ryul lalu mencoba memikirkan kalimat yang bagus untuk Yong Sik.
“Kau tampaknya rendah hati... Ya. Tampaknya kau tenang dan santai. Teman-teman priamu pasti menyukaimu.” Ucap Jong Ryul. Yong Sik membenarkan.
“Kurasa banyak wanita akan menganggap itu memesona.” Kata Dong Baek. Yong Sik kaget Dong Baek mengatakan Memesona.
“Anjing kampung lebih lucu daripada ras murni. Di dunia penuh orang berengsek yang hanya tampan, orang kampung rendah hati menarik” kata Dong Baek
“Maksudmu aku, 'kan?” ucap Yong Sik sambil memegang dadanya karena tak percaya mendengarnya.
Yong Sik pun dianggap sebagai ANAK DESA, Jong Ryul pun terlihat tak percaya Dong Baek lebih menyukai Yong Sik dibanding dirinya. 



Yong Sik berjalan bersama dengan Dong Baek, Dong Baek merasa tak yakin kalau Dong Baek akan mengantarnya setiap hari. Yong Sik pikir  Setidaknya  harus menemaninya pergi dan pulang kerja setiap hariSebagai pria mempesona... lalu mengubahkan sebagai seorang polisi.
“Jika dipikir-pikir, kata-kata itu tidak tiba-tiba dituliskan di sana. Pengusil tak membunuhku lima tahun lalu, kini lebih sulit membunuhku.” Ucap Dong Baek
“Kenapa? Apa Karena aku di sisimu?” kata Yong Sik bangga. Dong Baek menjawab bukan tapi karena ia adalah ibu tunggal.
“Butuh tekad untuk membesarkan putra sendirian. Aku akan bisa menghadapi Pengusil satu lawan satu. Aku selamat dari pertemuan itu, bahkan Pengusil berhenti membunuh setelah bertemu aku.” Ucap Dong Baek. 

Flash Back
Tuan Byun berbicaraa dengan anak buahnya tentang Senjata Yang ditemukan di TKP. Juniornya memberitahu kalau Ini pertama kalinya Pengusil meninggalkan senjata di TKP, tapi bukan itu saja.
“Apa ini Pengusil? Apa ada catatan?” tanya Tuan Byun. Juniornya memberitahu kalau  Ada penyintas.
“Seorang wanita selamat di TKP.” Kata Juniornya, Tuan Byun masuk dan banyak pihak forensik sedang memeriksa TKP.
Tuan Byun melihat dibagian saluran air saat terjadi kebakaran seperti menyala, lalu terlihat ada kabel juga. Juniornya memberitahu kalau sangat jelas bahwa Pengusil terkejut.
“Wanita ini pasti menangkap basah dia.” Ucap Juniornya dan saat itu Dong Baek yang tinggal diaparment terlihat basah kuyup dan dibawa pergi oleh polisi wanita. 


“Kau bertingkah kuat, tapi aku tahu kau takut.” Komentar Yong Sik. Dong Baek bertanya apakah Yong Sik pernah melihat Pengusil. Yong Sik terlihat binggung.
“Orang lain mungkin hanya melihat soal Pengusil di TV, tapi aku bahkan mendengar Pengusil batuk di depanku. Aku bohong jika berkata tidak takut. Aku masih sakit kepala dan mual saat memimpikan hari itu.” Cerita Dong Baek
“Kau bahkan bermimpi soal hari itu? Kau tahu itu apa? Namanya gangguan stres pascatrauma. Sejujurnya, aku merinding saat melihat catatan itu di dinding.” Kata Yong Sik panik
“Harusnya tak kuberi tahu.” Gumam Dong Baek merasa Yong Sik khawatir berlebihan.
“Jika ini membuatmu takut, tutup saja restoran beberapa hari, lalu...” ucap Yong Sik yang langsung disela oleh Dong Baek.
“Tidak perlu.. Dahulu saat seluruh lingkungan tahu aku saksi Pengusil, maka aku tak menutup restoran sehari pun. Kenapa aku harus takut pada orang gila? Pengusil tak bisa lakukan apa pun padaku. "Sebaiknya kau menjauh." Aku menunjukkan itu pada Pengusil selama lima tahun.” Cerita Dong Baek lalu berjalan pergi. 



“Orang-orang lingkungan ini tak begitu pintar, ya? Mereka tak melihat cakarmu.” Komentar Yong Sik. Dong Baek binggung dianggap cakarnya.
“Anjing yang takut adalah yang menggonggong. Mereka yang mudah takut mencari lawan sambil gemetar ketakutan. Sepintas, kau tampak seperti pecundang. Namun kenyataannya, kau tangguh dan berani.” Komentar Yong Sik bangga
“Kurasa aku belum pernah mendengar itu sebelumnya.” Kata Dong Baek malu mendengarnya.
“Walau aku bicara soal melindungimu, aku lebih tahu. Kau bukan wanita yang perlu diselamatkan.” Kata Dong Baek 
“Hingga usia sepuluh tahun, aku biasanya memukuli anak lelaki. Sebenarnya itu yang membuatmu tampak lebih seksi.” Puji Yong Sik
Dong Baek tak percaya Yong Sik yang memujinya dan berpikir kalau sudah gila dengan wajah tersipu malu. 


Malam har di CAMELLIA, seperti hantu terlihat dibak pencuci piring bar dengan rambut yang panjang. Hwang Mi mengangkat rambutnya sambil mendorong bagian salura pembungan karena Tak bisa terus panggil Heung-sik untuk bersihkan saluran.
“Bagaimanapun juga seperti ini lebih baik daripada menjadi gelandangan?” kata Hwang Mi akhirnya berhasil mengangkat gumpalan rambutnya setelah keramas.
Terlihat pintu dibagian samping sudah terbuka, Hwang Mi pun berbaring dilantai dan siap tidu lau berpikir kalau bertanya pada Dongbaek apa boleh menempati satu ruangan.  Tapi menurutnya kalau Dong Baek tahu semua deposit yang dibayarnya lenyap, bahkan orang seperti Dongbaek akan gila.
“Kapan aku bisa kumpulkan 100 juta won? Kapan aku bisa pergi ke Kopenhagen?” ucap Hwang Mi memiringkan wajahnya sambil mengetik diponselnya.
Ia tak sadar kalau ada orang yang masuk ke dalam restoran seperti melakukan sesuatu. Sementara dirumah Tuan No berbaring di tempat tidur melihat status yang dibuat Hwang Mi “Aku juga ingin pergi main ski.” Lalu  teringat dengan ucapan Hwang Mi.
“Aku menghormatimu.” Ucap Hwang Mi dengan bangga. Tuan No seperti hatinya mulai bergetar karena ada orang yang menghormatinya. 


Nyonya Hong sibuk berolahraga di ruang tengah, lalu kaget melihat sesuatu di ponselnya. Ia melihat status suaminya, [No Gyu-tae, pria berhati lebih jernih dari perut kepiting Ongsan. Aku abdi masyarakat yang tahu keutuhan mereka.”
“Kebutuhan.” Keluh Nyonya Hong karena suaminya salah eja dan langsung pergi ke kamar memukul bagian bokongnya.
“Apa lagi?” keluh Tuan No, Nyonya Hong bertanya apakah Tuan No tahu "keutuhan" orang
“Kau bicara soal kelengkapan atau apa? "Kebutuhan," bukan "keutuhan." Kebutuhan masyarakat... Bukan keutuhan, tapi kebutuhan.” Ucap Nyonya Hong. Tuan No mengumpat kesal.
“Jika kau tak tahu..... Pakai saja bahasa Korea. Aku sudah memberi tahu.” Ejek Nyonya Hong
“Kenapa kau membaca profilku? Kenapa membacanya, sial?” keluh Tuan No marah
“Sebagai istrimu, apa aku tak boleh membaca profilmu?” balas Nyonya Hong
“ Itu hanya salah ketik. Kebutuhan. Aku tahu cara mengejanya.” Ucap Tuan No.
Nyonya Hong pun menyuruh suaminya agar mulai mengeja, lalu akhirnya tak ingin membahasnya menyuruh agar Koreksi saja katanya. Tuan No langsung berkomentar kalau Nyonya Hong itu tak menghormatinya. Nyonya Hong terlihat binggung.
“Rumahku sendiri penjara mental dan fisik bagiku. Salahmu kita tak pernah bisa punya putra untuk teruskan nama keluarga.” Ucap Tuan No marah. Nyonya Hong mengerti dan tak ingin membahasnya. 


Tuan Byun masuk bar merasa kalau 99 persen yakin ini hanya candaan. Saat itu Yong Sik ingin melihat tulisan dinding dan kaget karena sudah menghilang karena terlihat terbakar, lalu bertanya pada Hyang Mi apakah membakar ini dengan pemantik
“Ini area bebas rokok.” Ucap Hyang Mi masuk dapur, Dong Baek masuk dengan ember besar. Yong Sik langsung mendorong meja.
“Kepala... Itu bukan apa-apa, 'kan?” ucap Dong Baek, Tuan Byun dengan wajah gugup membenarkan.
“Pengusil hampir menjadi tren saat itu. Sebaiknya aku hapus. Ini membuatku takut.” Kata Dong Baek
“Dongbaek, apa kau...” tanya Tuan Byun ingin memastikan sesuatu dan Yong Sik langsung menyela menyakinkan Ini bukan apa-apa.
“Lebih baik tak takut dengan sesuatu yang remeh. Jadi, jangan diributkan.” Kata Yong Sik
“Kenapa kalian berdua tampak tak nyaman?” komentar Dong Baek jadi makin penasaran. keduanya mengelak dan mencoba kembali duduk.
“Kaki Pil-gu gemetar seperti itu setelah pergi ke arkade diam-diam. Ada apa ini?” ucap Dong Baek mendekati meja.
Yong Sik dan Tuan Baek mencoba menutupinya, saat it Dong Baek kaget melihat tulisan di dinding sudah terbakar.  Tuan Baek menenangkan Dong Baek kalau kamera pengawas di luar berfungsi. 



Yong Sik mengartikan  seseorang datang di malam hari dan membakar tulisan  itu. Tuan Byun pikir orang selain Pengusil cukup gila untuk lakukan ini. Yong Sik pikir mereka jangan langsung menyimpulkan dan periksa kamera pengawas.
“Kita pakai strategi sementara memprioritaskan keamanan Dongbaek.” Ucap Yong Sik. Tuan Byun mengejek kalau Yong Sik sekarangmenjadi Kepala.
“Pengusil sungguhan atau bukan, seseorang membobol masuk restorannya.” Kata Yong Sik kesal
“Kenapa kau kesal? Apa Kau sudah kunjungi Yeong-sim?” kata Tuan Byun. Yong sik makin marah tak ingin membahas tentang itu lagi.
“Apa Kau barusan meneriaki kepalamu? Kau sungguh kurang ajar!” ucap Tuan Byun ikut marah
“Pak, kau kepala polisi. Bagaimana bisa mulutmu besar sekali? Kau bisa berkata itu bukan apa-apa, tapi kau malah tanyakan soal kamera pengawas.” Kata Yong Sik
“Baiklah... Hanya kau yang peduli dan kompeten. Ini Tidak bisa dipercaya.” Komentar Tuan Byun
“Aku baru menaikkan kepercayaan dirinya, tapi kau malah menakutinya. Kenapa menakuti orang dengan mata besar?” ucap Yong Sik. Tuan Byun bingung siapa itu Mata besar
“Korea negara hukum, kau tahu. Semua orang berhak menjual babi tumis tanpa merasa terancam.” Kata Yong Sik.
Tuan Byun menatap Yong Sik penuh curiga, Yong Sik akhirnya mengakui kalau dugaan atasanya itu benar. Tuan Byun masih tak percaya dan berjalan mengelilingi Yong Sik.
“Akhirnya kau menjadi polisi sungguhan. Lihat rasa tanggung jawabmu! Mata besar...” ucap Tuan Byun. Yong Sik binggung tiba-tiba Tuan Byun membahas Mata besar
“Kepala, kau tak menjadi polisi dengan hasil ujian polisimu, 'kan?” keluh Yong Sik. 



Dong Baek sibuk membuat kimchi sambil menatap pesan dari pengusil yang sudah dibakar lalu menegaskan tak akan diam jika dia menyerangnya. Hyang Mi bertanya apakah Dong Baek tak takut. Dong Baek menegaskan dirinya itu berani.
“Aku berani, jadi, kenapa aku takut?” ucap Dong Baek yakin, Pil Goo makan tanpa gairah sambil melihat perjalanan ke china dari ponselnya
“Kau sungguh berani, ya?” ucap Hyang Mi memastikan. Dong Baek pikir Hyang Mi akan paham saat punya anak.
“Biaya sekolah anakmu lebih mengerikan daripada pembunuh.” Ucap Dong Baek.
Pil Goo seperti tak nafsu makan memilih untuk pamit pergi. Dong Baek bingung karena anaknya belum selesai makan dan tak makan sebanyak biasanya?

Seung Yub berbicara pada anak muridnya kalau mereka Kakan lelah di hari pertama jadi akan tidur cepat. Lalu Hari berikutnya, merea ada pertandingan persahabatan dengan SD Qingdao. Lalu hari berikutnya, mereka pergi ke taman hiburan.
Jong Ryul membagikan roti pada semua angota dan memberikan dua buah roti pada Pil Goo. Tapi Pil Goo yang duduk sendirian seperti tak nafsu,  semua anak bergembira karena akan pergi tanding di cina. Pelatih pun menyuruh mereka makan kudapannya.
“Kudengar kau tak ke Tiongkok dengan yang lain. Kenapa tidak pergi?” tanya Jong Ryul mendekati Pil Goo yang makan sendirian ditaman bermain.
“Aku tak mau.” Ucap Pil Goo, Jong Ryul pun ingin tahu alasan Pil Goo tak pergi.
“Bahkan tanpa latihan luar musim, permainan bisbolku masih lebih baik daripada Jong-gu di kelas empat.” Kata Pil goo bangga.
“Sungguh? Apa Kau lebih baik dari Jong-gu?” ucap Jong Ryul terlihat bahagia karena seperti memang turunan darinya.
“Semua berkata aku terlahir sebagai bintang. Itu pun bukan latihan. Mereka pergi bersenang-senang.” Kata Pil Goo seolah tak tertarik.
“Pergi ke Qingdao akan menyenangkan. Kau bisa makan steik domba dan ke taman hiburan.” Kata Jong Ryul
“Uang sebesar 480.000 won cukup untuk menikmati semua itu di sini. Dengan 480.000 won, aku bisa main 1.000 kali gim di arkade, mungkin juga ke Amerika. Llau Ibuku tak perlu menjual 48 piring babi tumis.”kata Pil Goo.
Jong Ryul tak percaya mendengarnya, Pil Goo mengeluh kalau mereka pencundang karena mereka semua ikut kamp latihan. Jung Ryul pun memastikankaalu Pil Goo tak mau pergi karena biayanya 480.000 won. Pil Goo pkir Mereka yang pergi pecundang.
“Aku tak akan jadi salah satunya.” Ucap Pil Goo membela diri. Jong Ryul tak percaya dengan nasib anaknya.
“Jangan katakan kau juga kelaparan.” Kata Jong Ryul tak percaya. 



Di sebuah acara, beberapa orang memegang spanduk dan banyak wartawan mengambil gambar. Tuan No juga ikut karena dianggap orang penting tapi ada dibagian ujung dan tak terlihat. Ia pun akhirnya menyelonong berdiri dibagian tengah seolah kenal dengan pejabat tinggi.
Dua orang melihat tingkah Tuan No di KLUB RELAWAN ONGSAN sambil mengeluh karena Tuan No malah mengendong si Petinggi Ongsan. Sek wanita membeirtahu kalau Tuan No ingin dinominasikan sebagai kandidat. Tuan No dengan bangga mengendong si kepala.

Pejabat pun sudah naik mobil lalu mengeluh kalau Tuan No menganggap dirinya itu mabuk dan setua itu, karena tak meminta untuk menggendongnya seperti itu. Tuan No hanya bisa diam saja dan membungkuk.
“Aku hanya menjadi anggota loyal.” Ucap Tuan No, Si Petinggi yakin kalau ini dilakukan Pasti untuk kamera. Tuan No menyangkalnya.
“Membuat seakan kita dekat tak menjadikanmu kandidat. Aku sendiri sibuk dengan waspada.” Komentar si petinggi.
“Aku berniat mengundangmu ke tempat salmon masu. Aku hanya mengajak teman dekatku ke sana, ada sushi juga semur...” kata Tuan No ingin menjamu.
“Kau sungguh konyol. Kenapa mengundangku ke tempat salmon masu? Bagaimana kau bisa berpolitik saat tak bisa bahasa Korea yang benar? Aku tak tahu caramu bisa menikahi pengacara.”ejek si Petinggi lalu meninggalkan Tuan No. Tuan No akhirnya membungkuk meminta maaf.
“Astaga, haruskah aku menahan malu? Astaga, aku baru membuat kesalahan kecil. Pemimpin sejati tak akan mempermalukan orang di depan umum. Ini alasan aku ingin kekuatan politik.” Komentar Tuan No kesal melihat tingkah si petinggi. 


Tuan No akhirnya bertemu dengan Tuan Byun dan Yong Sik yang sudah menungggunya, dengan gaya sombongnya mengatakan tak akan menunjukanya. Tuan Byun tahu kalau Tuan No pasti malu tentang kejadian tadi.
“tapi jangan balas pada kami.” Pinta Tuan Byun, Tuan No tetap menagaksan  Tak akan menunjukkan.Tuan Byun tetap merayu memintanya.
“Kau salah gunakan otoritas pemerintah untuk masuk propertiku. Kenapa harus kutunjukkan kamera pengawas gedungku? Apa Ada surat penahanan?” kata Tuan No
“Apa Kau ingin ditahan? Kenapa kami menahanmu? Astaga, seperti bicara dengan dinding.” Sindir Yong Sik
“Apa maksudmu? Tak ada dinding di sini.” Ucap Tuan No. Yong Sik membalas kalau ini bukan dalam arti sebenarnya.
“Hei... Pergilah, ya? Tunggu saja di sana.” Ucap Tuan Byun menyuruh Yong Sik menjauh.
“Dia orang yang tak akan cocok denganku.” Kata Yong sik kesal melihat tingkah Tuan No. 


“Kenapa? Ada yang dirampok di jalan?” tanya Tuan No akhirnya lebih santai.
“Tidak, tampaknya seseorang membobol masuk Camellia. Mereka membobol setelah tempat itu tutup, jadi, Dongbaek baik-baik saja.” Ucap Tuan Byun. Tuan Byun panik mendengarnya.
“Dan Juga tak ada yang dicuri.” Kata Tuan Byun menenangkan, Tuan No mengaku sudah tahu tapi bukan itu yang dimaksud.
“Bagaimana Hyang-mi? Apa Kau hanya peduli apakah Dongbaek baik-baik saja?” keluh Tuan No
“Dia baik-baik saja. Jadi, bisa berikan kami rekaman kamera pengawasnya?” ucap Tuan Byun. Tuan No tetap menolaknya.
“Ayolah, jangan keras kepala. Kau tetap akan menunjukkannya juga.” Kata Tuan Byun. Yong Sik yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas.
“Maksudku, kau tahu... Itu palsu. Tak ada alasan memasang kamera pengawas di jalan seperti itu. Kami hanya memasang kamera palsu.” Akui Tuan No. Tuan Byun kaget.
“Astaga. Apa Kita harus terus bicara dengan pria macam dia sebagai polisi?” keluh Yong Sik akhirnya tak bisa menahan emosinya.
“Kau bilang "Pria macam dia?" Apa salahku? Siapa kau menghakimiku?” kata Tuan No
“Bukankah hidupmu palsu?” ejek Yong Sik, Tuan No mengaku kalau palsu tapi menurutnya efektif.


Seung Yup memberitahu anak muridnya kalau Jong Ryul sudah membelikan roti, susu, daging jadi mereka harus berhenti menulis komentar kejam tentang Kang Jong-ryeol di internet. Semua menganguk mengerti. Sementara Jong Ryul berjalan dengan Pil Goo yang berjalan sambil bermain handphone.
“Apa Kalian suka daging?” tanya Jong Ryul.  Pil Goo mengeluh karena Jong Ryul  terus bicara dengannya karena tak bisa fokus.
“Apa Kau tahu betapa mahalnya itu? Aku butuh tahu setidaknya apa kau menyukainya.” Ucap Jong Ryul
“Apa kau akan membayar?” tanya Pil Goo, Jong Ryul mengeluh kalau Pil Goo berpikir akan membuat Pil Goo membayar.
“Kalau begitu daripada daging...” kata Pil Goo terlihat memikirkan sesuatu. 

Pil Goo berjalan di berbagai macam KEPITING RENDAM ONGSAN, Jong Ryul tak percaya kalau anak seperti Pil Gooo suka kepiting rendam. Pil Goo mengaku selalu makan gratis di sini walaupun  Nenek suka mengumpat, tapi menurutnya wanita yang baik lalu menarik tangan Jong Ryul pergi, Jong Ryul tak percaya anaknya mengenggam tangannya. 

Di dalam restoran
Yong Sik mengeluh pada ibunya kalau Polisi bukan orang yang mencari tahu induk dari anak anjing seseorang. Nyonya Kwak memberitahu kalau Yeong-sim ingin membunuh anaknya karena tak pernah datang.
“Astaga, duduk mengupas bawang putih pada jam makan siang bukan tugasku.” Keluh Yong Sik, tiba-tiba segerombolan orang masuk.
“Nyonya Kwak, aku membawa semua pelanggan ini kemari. Aku membawa mereka.” Ucap Pil Goo menarik Jong Ryul masuk ke restoran.
“Astaga, Tuan Kang. Kenapa kau kemari?” kata Yong Sik, Jong Ryul tak percaya kalau mereka bertemu lagi.
“Aku membawanya kemari, minta tanda tangannya dan pasang di dinding.” Ucap Pil Goo bangga.
“Nyonya Kwak, ada aku juga.” Ucap Seung Yeop, Nyonya Kwak heran Seung Yeopp  yang membawa grup besar anak-anak dan mengejek kalau Peniup Seruling.
** 


Akhirnya mereka makan bersama, Jong Ryul akan memberikan lauk pada Pil Goo, tapi Yong Sik lebih dulu memberikan lauk untuk Pil Goo agar makan dengan lahap.  Jong Ryul yang kesal mengeluh karena Yong Sik ikut makan dengan mereka.
“Aku akan bayar sendiri.” Kata Yong Sik bahagia makan dengan Pil Goo dan Jong Ryul.
“Bukankah seharusnya kau berpatroli?” ejek Jong Ryul. Yong Sik mengingatkan kalau Polisi juga harus makan. Jong Ryul mengerti kalau  polisi harus makan.
“Aku juga putra pemilik restoran... Aku penerus...restoran. Aku penerus. Namun, aku harus bagi dengan saudaraku.” Ucap Yong Sik bangga
Jong Ryul tak pedul malah menawarkan anaknya minum sofa. Pil Goo menolak lalu makan dengan memisahkan wortel diatas piringnya. Jong Ryul kaget bertanya apakah tak suka wortel. Pil Goo mengeleng dan masih sibuk makan. Jong Ryul terlihat senang dan bisa tahu kalau pasti tak suka timun juga. Pil Goo heran Jong Ryul bisa tahu.
“Hei, kau harus makan semua agar tumbuh tinggi. Coba Lihat? Kau yang paling kecil di sini karena pemilih makanan.”kata Yong Sik menasehati Pil Goo.
“Nanti dia akan tumbuh. Tingginya setidaknya 180 cm saat SMA nanti.” balas Tuan Kang bangga.
“Bagaimana kau tahu itu, Tuan Kang?” tanya Yong Sik heran, Tuan Kang beralasan beberapa anak lambat tumbuh.
“Apa Kau mau tambah nasi?” tanya Yong Sik melihat nasi Jung Ryul habis.
“Tidak, aku akan makan makanannya.” Kata Jung Ryul mengambil sisa nasi Pil Goo yang belum habis dan makan dengan lahap.
“Tunggu, itu... Aku tahu ini makanan anak-anak, tapi kau sungguh santai.” Komentar Yong Sik. 



Seung Yeop menceritakan kalau  Klub bisbol tak bisa ikut perjalanan sekolah karena latihan menurutanya kalau ia sebut ini latihan luar musim, tapi lebih mirip jalan-jalan. Jong Ryul menyarankan Seung Yup   mengirim mereka semua untuk latihan luar musim
“Aku akan tanggung biayanya.” Ucap Jung Ryul. Yong Sik mendengarnya saat keluar restoran. Seung Yeob kaget dan ingin tahu alasanya.
“Kau tahu, ini seperti memberi beasiswa.”kata Jung Ryul mencari alasan.
“Sudah kuduga. Almamatermu tempat terbaik untuk kembali mencari dukungan.” Kata Seung Yup bangga. 

Yong Sik berjalan sambil membawa tas Pil Goo, Pil Goo heran karena Yong Sik menawarkan membawa tasku. Yong Sik mengaku hanya mencari alasan ke sana, jadi meminta agar mengabaikannya. Ia lalu bertanya pada Pil Goo memukuldengan tangan kiri.
Pil Goo tak menjawabnya karena melihat ibunya langsung berlari menghampirinya. Dong Baek pun menyapa anaknya yang baru saja pulang, Pil Goo dengan wanah bahagia memberitahu ibunya kalau akan pergi ke Tiongkok. Dong Baek kaget mendengarnya.
Mereka memberi kami semua beasiswa. Jadi, aku juga bisa pergi. Ini luar biasa.” Ucap Pil Goo bahagia. Dong Baek binggung dengan Latihan luar musim.
“Ya, hanya Ho-jun di kelas empat dan aku yang tak bisa pergi, tapi kami bisa pergi juga. Kami akan pergi ke taman hiburan dan makan domba juga. Apa lagi, ya?” ucap Pil Goo terlihat sangat bahagia.
“Pil Goo, apa kau mau pergi?” tanya Dong Baek masih binggung, Pil Goo mengaku pasti karena bahkan naik pesawat.
“Lalu kenapa kau bilang tak mau pergi?”komentar Dong Baek, Pil Goo memberitahu Biayanya 480.000 won, tahu ibunya itu tak punya uang.
“Tentu aku ada uang” kata Dong Baek, Pil Goo ingat kalau ibunya sealu berkata, "Aku tak punya uang sama sekali."
“Aku tak sungguh-sungguh. Kau tak perlu cemaskan itu pada usia delapan tahun.” Ucap Dong Baek terlihat merasa bersalah pada anaknya.
“Kang Jong-ryeol pasti sudah gila,  Dia membayar semuanya.”kata Pil Goo lalu masuk ke bar.
Dong Baek terlihat kaget dan melihat ke arah Yong Sik, Yong Sik sedari tadi hanya melihatnya memberitahu kalau hanya ingn membawakan tas Pil Goo. 



Yong Sik sibuk memotong lobak lalu mengeluh kalau  hanya akan membantu, bukan mengerjakan semua sendiri. Hyang Mi melihat Yong sik berkerja menyuruh agar Jangan taruh di sana. Yong Sik seperti tak peduli. Hyang Mi lalu memanggil Dong Baek.
“Dongbaek, bukankah wadah ini milik sahabatmu?” teriak Hyang Mi mengadu.
“Ya, kutinggalkan di sana untuk dikembalikan.” Ucap Dong Baek.  Yong Pil tak percaya Dongbaek pasti punya teman di lingkungan ini.
“Ada. Wanita paling tangguh di lingkungan ini. Sepertinya dia bisa diandalkan.” Ucap Hyang Mi. 

Dong Baek menemani Pil Goo belajar dan terlihat terus tersenyum lalu bertanya apakah sesenang itu karena Jawaban soalnya salah semua, tapi tetap bersenandung. Pil Goo membenarkan karena ia  bahkan tak perlu bermain game arkade.
“Pil-gu, kau boleh ke arkade. Aku akan beri izin tiga kali sebulan.” Ucap Dong Baek
“Apa Kau juga senang aku pergi ke Tiongkok gratis?” kata Pil Goo, Dong Baek mengaku Tidak karena rasanya buruk, Pil Goo ingin tahu alasanya.
“Aku ingin kau hanya memikirkan bolos akademi dan pergi ke arkade.Aku tak mau kau memikirkan berapa piring babi yang harus kujual agar dapat 480.000 won. Jika kau menjadi dewasa saat tinggimu baru 140 cm, aku akan merasa bersalah, 'kan?” ucap Dong Baek. 

Di restoran
Yong Sik mengeluh karena diminta untuk memotong dan Kapan ada waktu  memotong semua lobak dan berpikir mereka sedang berlomba membuat kimchi dan Siapa yang akan makan semua. Nyonya Kwak pikir kalau mereka membagi masing-masing satu kotak, akan cepat habis.
“Berbagi kimchi bagian menyenangkan dari membuat kimchi.” Kata Nyonya Kwak.
“Jika ingin berbagi, bagikan ke semua orang. Jangan tinggalkan yang terasing.” Ucap Yong Sik
“Kenapa memberi orang terasing? Aku tak memberi yang kubenci. Aku tak akan berikan orang yang menjelekkanku. Itu untuk kakakmu, itu untuk kakak keduamu, dan itu untuk sahabatku.” Ucap Nyonya Kwak bahagia.
“Sahabat? Apa Kau punya sahabat?” kata Yong Sik tak percaya, Nyonya Kwak mengeluh kalau anaknya menganggap ia tak boleh punya sahabat
“Astaga, daerah ini suka memiliki sahabat. Siapa? Wanita di toko kue beras?” tanya Yong Sik penasaran. 
Nyonya Kwak menuliskan nama [DONGBAEK] diatas kotak makanya. Dongbaek berjalan dengan wajaha bahagia, Helena melihat Dong Baek langsung memberitahu Nyonya Kwak  kalau Dongbaek datang. Yong Sik kaget mengetahui Dong Baek yang datang.
Bersambung ke EPISODE 8

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar