PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 5

PS : All images credit and content copyright : KBS


Tuan No melihat Yong Sik dan Dong Baek bergendengan bertanya apakah mereka berpacaran. Jong Ryul kaget kalau mereka baru berpacaran. Yong Sik pun bertanya pada Dong Baek untuk memastikan apakah mereka itu berpacaran.
Seung Yub keluar dari bar kaena mengambil koreknya,lalu kebingungan melihat situasi didepanya. Hwang Mi keluar dengan dua pria melihat keduanya bergandengan dengan wajah kaget. Dong Baek langsung melepaskan tangan Yong Sik.
“Belakangan ini, kita tak bisa merokok di bar.” Ucap dua pria bersama Hwang Mi masuk ke dalam bar.
“Kurasa aku melewatkan waktu yang tepat untuk pergi.” kata Tuan Song masuk lagi ke dalam bar dengan Seung Yeob.
“Dongbaek, kau wanita yang sibuk. Kau merawat putramu, berpacaran, dan mengelola bar.” Kata Tuan No sengaja membuat suara yang nyaring
“Dia mengelola bar?” ucap Jong Ryul tak percaya, Tuan No pun meminta agar Dong Baek bisa membayar sewamu di Camellia tepat waktu.
“Maaf aku menarik kata-kataku begitu cepat, tapi... kurasa aku tak bisa berteman. Aku tak mau hanya menjadi teman.” Kata Yong Sik menatap temanya.
“Pengebom sudah siap bergerak, dan tak ada rahasia.” Gumam Dong Baek menatap Yong Sik. 



 [Episode 5- STRATEGI ANJING LIAR]
Esok paginya, Dong Baek berjalan di sepanjang jalan, beberapa orang masih membahas tentang yang terjadi semalam.
“Khususnya di kota kecil ini, Ongsan. Mereka bergandengan, jadi, mereka sudah jauh. Aku penasaran dari mana mereka selarut itu.”
“Astaga, Nyonya Kwak selalu sangat melindungi Dongbaek,Kurasa Dongbaek akan menjadi menantunya. Katanya putranya mengencani pengacara.” 

Didepan toko  KUE BERAS PERSIMPANGAN, Nyonya Park melihat Dong Baek sambil menyindir kalau lebih cantik hari ini bahkan Lihat poniny dan menatanya hari ini. Nyonya Jung kalau kalau Dong Bae memang lebih cantik hari ini.
“Aku kurang tidur semalam, jadi, aku tampak lelah.” Kata Dong Baek, Nyonya Park makin mengejeknya.
“Apa yang terjadi? Kau perlu tidur cukup.” Ejek Nyonya Park, Dong Baek hanya bisa diam saja terus disinggung.
“Apa ini masuk akal untukmu? Kenapa dia memacari ibu tunggal?” sindir Nyonya Jung. Dong Baek tetap diam dan beberapa bibi mengeluh mendengarnya.
“Apa? Aku membicarakan acara TV... Acara TV itu... Maksudku, apa itu mungkin? Entah prianya punya cela serius, atau wanitanya salah paham. Ini hanya acara TV.” Sindir Nyonya Jung
“Aku mau sebungkus injeolmi.” Kata Dong Baek, Nyonya Jung pikir  Tak perlu beli hanya karena merasa bersalah.
“Aku akan bicara dengan Hyang-mi. Akan kuminta dia segera kembalikan satu juta won...” kata Dong Baek menenangkan.
“Kau ingin Bicara dengannya? Yang dia butuhkan adalah tamparan.” Keluh Nyonya Jung 


Saat itu Yong Sik akan bertemu dengan Dongbaek tapi melihat seperti ibu-ibu sedang mengerubunginya. Ia mengeluh karena pada ibu-ibu sedang merundungnya lagi. Nyonya Park mengejek Hwang Mi tak bawa uang.
“Aku pamit. Nanti kuberi tahu Hyang-mi.” Kata Dong Baek memilih pergi setelah melihat Yong Sik. Nyonya Park makin marah melihat Dong Baek pergi.

Dong Baek berjalan cepat, Yong Sik mengejarnya berpikir kalau Dong Baek kabur. Dong Baek mengelak kalau kabur. Yong Sik pun menyindir Dong Baek yang berjalan cepat. Dong Baek kesal menyuruh agar berhenti dan mengikutinya.
“Kenapa kau mengikutiku lagi?” keluh Dong Baek akhirnya kesal memilih untuk berhenti melangkah.
“Begini, bukankah kita perlu bicara tentang insiden tangan semalam... Astaga..  Maksudku, kita perlu bicarakan kejadian semalam, 'kan?”ucap Yong Sik menatap tanganya seperti masih merasakan genggaman tangan.
“Kau tahu, semalam aku tak bisa tidur sama sekali karena tangan ini. Aku terus bertanya pada diriku, "Kenapa Dongbaek menggenggam tanganku?" kata Yong Sik menatap tanganya.
“Bisa berhenti bicarakan tanganmu?” keluh Dong Baek. Tapi Yong sik tetap bicara kalau semalam berpikir "Sebenarnya apa artinya?"
“Aku terus memutar otak, mencoba mencari tahu apa artinya. Omong-omong, apa ini berarti... Apa ini berarti kita bisa bergandengan kapan pun mulai sekarang?’ ucap Yong Sik penuh pengharapan.
“Ayo pergi ke tempat sunyi dan bicara.” Kata Dong Baek, Yong Sik binggung Dong Baek yang ingin mengajak "Tempat sunyi?"


Dong Baek berjalan lebih dulu dan Yong Sik mengikutinya, Yong Sik pikir  Jika ada yang melihat mereka berdua pasti akan mengira polisi dirampok. Ia pun heran Dong Baek yang mengajaknya ke gang terbengkalai ini. Dong Baek berhenti melangkah dan langsung meminta maaf.
“Aku membuat kesalahan. Aku tak bisa menjelaskan semuanya, tapi semalam aku dalam masalah. Itu mendesak, kulakukan tanpa pikir...” ucap Dong Baek
“Baik, aku mengerti... Kau tahu, saat kau memegang tangan seseorang, selalu dilakukan dengan impulsif. Kurasa manusia bisa sejahtera karena pria dan wanita impulsif. Jika kau menghitung semuanya... Astaga, itu membuatnya tampak remeh.” Kata Yong Sik bahagia.
“Akhirnya, entah kau gunakan otak atau tidak... Entah kau ke arah sini atau sana, tidak penting.” Kata Yong Sik terus mengoceh. Dong Baek binggung apa yang dikatakan Yong Sik itu.
“Kau bisa taklukkan hati hanya dalam tiga detik. Aku tahu dalam tiga detik saat pertama melihatmu di toko buku.” Jelas Yong Sik yakin
“Namun, itu bukan niatku. Lagi pula, kau tak tahu banyak tentangku.” Kata Dong Baek
“Aku hanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku tak merencanakan atau memperhitungkan tarik ulur suatu hubungan. "Aku harus mengejarnya jika dia belum menikah." Aku sudah memutuskan.” Kata Yong Sik.
“Kau bicara apa? Kenapa kau begitu ceroboh...” keluh Dong Baek. Yong Sik bisa mengerti mereka  semua harus berhati-hati dan waspada.
“Tapi kupikir lebih penting berusaha sekuat tenaga. Jika aku terus mencoba-coba, maka kau, Diana dari Ongsan, akan menjauh dariku. Saat kau yakin akan sesuatu, maka kau harus kejar.” Tegas Dong Baek.
“Kenapa kau memanggilku "Diana?" keluh Dong Bae lalu bergumam sambil menatap Yong Sik.
“Pria ini tak hanya terus terang. Dia tak menahan diri sama sekali.” gumam Dong Baek.
“Kita seharusnya tak membahas ini di depan "Zona Bebas Kencing." Bagaimana jika kita pergi makan babi goreng nanti?” kata Yong Sik penuh semangat.
“Babi goreng? Kenapa? Apa Kau ingin mengakui cintamu padaku?” ucap Dong Baek bisa mengartikanya.
“Dongbaek, terkadang kau cukup terus terang.” Ucap Yong Sik malu-malu.
“Yong-sik... Aku harus menolakmu lebih dahulu.” Kata Dong Baek dengan tegas. Yong Sik pun hanya bisa terdiam. 




Sebuah mobil datang seperti supplier dari makanan laut menurunkan 18 kepiting pada pedagng. Bibi Park dan Bibi Jung pun duduk bersama memeriksa kepiting. Bibi Jung pun membahas apakah Nyonya Kwak tahu soal ini.
“Jika tahu, dia pasti mengamuk.” Komentar Bibi Park. Bibi Jung heran kenapa Nyonya Kwak marah.
“Dongbaek dan Nyonya Kwak sangat dekat. Mereka mungkin dekat, tapi keadaannya kini berbeda. Dongbaek hanya tetangga malang baginya. Namun, keadaan akan berbeda jika dia mengencani putranya.” Kata bibi Park. Bibi Jung pun setuju dengan hal itu.
“Bahkan wanita paling baik akan gila jika putranya cinta ibu tunggal. Saat Deok-sun tahu, semua akan kacau.” Kata Bibi Park. 


“Siapa yang memberimu izin memanggilku dengan nama depan?” komentar Nyonya Kwak tiba-tiba datang. Keduanya pun langsung berdiri menyapa dengan wajah tegang.
“Jangan salah paham. Kami hanya membicarakan kapan putramu akan menikah.” Ucap Bibi Park.
“Jaga bicaramu. Semua akan kacau. Dia akan menikah saat dia ingin. Jika kau membuat keributan, kau hanya akan mengacaukan semua. Aku hanya akan menunggu dan melihat bagaimana nantinya.” Kata Nyonya Kwak.
“Lalu gadis seperti apa yang kau inginkan sebagai menantumu?” tanya Bibi Park sengaja memancing.
“Kita tak tinggal di abad pertengahan. Hal semacam itu tak penting. Yang penting mereka saling cinta. Aku bukan tipe orang yang cerewet soal menantu. Itu pemikiran yang sangat kuno.” Kata Nyonya Kwak. 

Yong Sik mengejar Dong Baek kalau menurutnya Tidak adil menolaknya di awal seperti itu dan meminta Setidaknya katakan kepadanya alasan tak menyukainya Lalu akan memperbaiki apa pun itu atau memutuskan untuk menyerah.
“Mari buat dia menyerah.” Gumam Dong Baek akhirnya berhenti dan menatap Yong Sik.
“Hidup tak seperti drama yang kau lihat di TV. Ibu tunggal pun punya standar. Hanya karena aku ibu tunggalbukan berarti aku menerima semua yang menyukaiku. Hal yang paling penting, kau sungguh bukan tipeku.” Tegas Dong Baek
“Kalau begitu katakan tipemu. Aku akan menjadi orang seperti itu.” Kata Yong Sik
“Gong Yoo... Aku suka pria nakal... Namun, kau tampak seperti tipe yang mudah meminjamkan uang. Aku suka pria yang dingin. Mereka harus jenaka dan elegan. Aku suka pria yang sensitif dan sulit didapat. Kau mengerti maksudku, 'kan?” ucap Dong Baek. Yong Sik terdiam memegang dadanya.
“Kenapa dia diam saja?<” gumam Dong Baek binggung, Yong Sik pun berbisik bagaimana bisa manusia mengalahkan goblin.
“Aku tak bisa.” Ucap Yong Sik sedih, Dong Baek tak mendengarnya binggung.
“Aku harus patroli lingkungan sekarang.” Kata Yong Sik berjalan pergi, Dong Baek binggung karena tiba-tiba akan pergi dan berpikir terlalu kejam.


“Dia membuatku gelisah.... Tapi Kenapa dia berhenti?” ucap Dong Baek bingung melihat Yong Sik tiba-tiba membalikan badan.
“Dongbaek.. Aku... Begini... Anjing liar adalah tipe anjing paling manis! Kau akan menyukainya tanpa sadar.” Kata Yong Sik. Dong Baek kaget kalau dirinya akan menyukai itu.
“Jangan menyesal nantinya dan mulai mengikutiku ke mana-mana.” Tegas Yong Sik lalu melangkah perg.
“Apa itu? Itu deklarasi perang atau pengakuan cinta?” tanya Dong Baek binggung tapi wajahnya memerah. 

Saat itu Dong Baek masuk ke bar sambil mengipas wajahnya, Hwang Mi sedang menonton TV sambil minum bertanya apakah diluar panas. Dong Baek mengaku tidak. Hwang Mi berkomentar kalau wajah Dong Baek itu seperti berada di depan api.
“Hyang-mi... Kenapa kau meminjam uang dari suami pemilik toko kue beras” tanya Dong Baek
“Itu urusan pribadi.” Ucap Hwang Mi santai. Dong Baek pun mengeluh dengan Hwang Mi berkeliaran meminjam uang dari orang-orang.
“Lalu gaji bulananmu?” tanya Dong Baek. Hwang Mi mengeluh kalau Dong Baek bicara seakan dibayar puluhan juta won.
“Mari bayar dia lebih dahulu.” Kata Dong Baek, Hwang Mi mengaku tak punya uang untuk membayarnya.
“Akan kutanggung.” Ucap Dong Baek, Hwang Mi mengeluh karena Dong Baek mau melakukannya.
“Jalannya masih panjang sebelum dewasa.” Keluh Hwang Mi. Dong Baek pun ingin tahu Berapa nomor rekeningnya, sambil mendinginkan wajahnya memakai botol bir. 

Di lantai atas, Pil Goo sedang makan sambil menonton iklan tempat berlibur. Ia juga mendengar pembicaraan Hwang Mi dengan ibunya.  Hwang Mi pikir Dong Baek itu pasti punya uang.
Pil Goo terus menonton TV dengan perjalanan TIGA HARI DI QINGDAO, sementara dilantai bawah, Dong Baek mengakutak punya uang sama sekali. dan meminta agar Jangan memperburuknya dengan masalah.

Di dalam kamar, Tuan No meminta istrinya agar  Jangan perburuk dengan bersikap dingin kepadanya, lalu mengeluh karena ibunya bahkan jarang berkunjung dan Hanya dua hingga tiga kali sepekan. Ia pun meminta agar istrinya bersikap baik.
“Kudengar kau meninggalkan bar tanpa membayar 8.000 won dan dompetmu disita polisi. Apa Kau tak punya 8.000 won?” sindir Nyonya Hong
“Begini, masalahnya... Ada pegawai baru di polsek. Aku membuat acara untuk menyambutnya, tapi kami malah bertengkar.” Jelas Tuan No
“Lalu kenapa? Apa Kau akan menuntutnya?” tanya Nyonya Hong, Tuan No mengaku Ini bukan soal tuntutan, tapi Ini soal kekuasaanku.
“Apa kau Yakin bukan soal cinta terlarang? Krim mata ini beli satu gratis satu. Jika kau membeli 100 ml, maka kau dapat ukuran 20 ml ini.” Kata Nyonya Hong memperlihatkan bentuk krim kecil sebagai hadiah.
“Apa? Seratus mililiter?” ucap Tuan No berusaha mengelak dan tak mengerti. Nyonya Hong akhirnya berdiri menghampiri suaminya.
“Sayang... Jangan tuntut dia... Kau boleh berkeliaranmempermalukan dirimu. Namun, jangan permalukan aku. Setidaknya yang bisa kau lakukan untukku adalah melindungi harga diriku.” Kata Nyonya Hong lalu masuk ke dalam kamar mandi.
“Kenapa kau tinggal denganku?” teriak Tuan No kesal. 



Didepan gedung PUSAT SENI ONGSAN. Bibi Park mengikuti Nyonya Hong yang barus saja keluar  membahas tentang Camellia bagian dari kontrak lama jadi, itu tak akan dilindungi lagi. Nyonya Hong terlihat binggung, Bibi Park mengulang nama bar Camellia.
“Bar yang kalian sewakan di pasaran.” Ucap bibi Park. Nyonya Hong mengaku sudah mendengar itu.
“Aku sadar kontraknya akan segera berakhir. Apa  Kau akan memperpanjangnya?” tanya Bibi Park.
“Suamiku yang tangani.” Jawab Nyonya Hong dengan tegas. Bibi Park pikir  Nyonya Hong harus terlibat jika mereka putuskan perpanjangan.
“Suamiku yang akan menangani.” Kata Bibi Hong seolah tak peduli dan memberikan semua tanggung jawab pada suaminya.
“Kau harus menengok tetanggamu dan melihat keadaannya.” Kata Bibi Park. Nyonya Hong kembali menegaskan  Suaminya yang akan menangani.
“Akan bagus jika dia menanganinya dengan baik. Namun, aku tak yakin akan begitu.” Ucap Bibi Park.
“Tepat... Tuan No seperti tinggal di sana.” Kata Bibi Jung sengaja ingin membuat Nyonya Hong marah.
“Kenapa katakan itu? Di datang tiga atau empat kali sepekan.” Kata Nyonya Park. Nyonya Hong terus berjalan ke arah parkiran. 


“Bahkan Suamiku tak keberatan meminjamkan sejuta won karena hanya dia orang bodoh di sini.” Keluh Nyonya Jung. Nyonya Park membenarkan.
“Kudengar hanya hanya Tuan Noyang membeli minuman keras di sana. Jika dia tak menyukainya sama sekali, kenapa habiskan uang dan biarkan dia hasilkan banyak uang?” kata Bibi Jung terus mengompori.
“Tuan No mungkin nilainya paling rendah saat masih SMA, tapi aku yakin otaknya masih berfungsi. Tak mungkin dia selingkuh dari istri seksinya dengan ibu tunggal pengelola bar sialan itu. Dia tak punya peluang melawan Nyonya Hong.” Ucap Bibi Park
“Aku hanya berkata dia sebaiknya mengawasi suaminya. Ini bukan hanya masalahmu.” Kata Nyonya Jung. Nyonya Hong langsung menutup pintu mobilnya.
“Jika seorang pria berniat selingkuh, maka dia akan selingkuh tak peduli apa pun. Kau bisa mencoba semuanya mulai dari melacak lokasinya hingga kartu kreditnya, tapi dia akan tetap selingkuh. Jika bukan seperti itu, dia tak akan lakukan.” Ucap Nyonya Hong yang membuat keduanya melonggo.
“Suamiku tak akan selingkuh sekalipun Dongbaek menggodanya. Aku pamit pergi.” kata Nyonya Hong akhirnya masuk ke mobil dan pergi.
“Astaga, selalu mengesankan melihat wanita menyetir. Dia sungguh wanita yang murah hati. Pasti berat bagi Gyu-tae memenuhi standarnya.” Ucap Bibi Jung
“Murah hati apanya. Dia terintimidasi.” Kata Bibi Park. Bibi Jung tak percaya mendengarnya. Dan Bibi Park yakin Tuan No itu jelas terintimidasi.
“Katanya dia tak tahu Camellia. Namun, dia tahu nama Dongbaek.” Kata Bibi No. 



Nyonya Hong mengemudi dengan tatapan dingin lalu berhenti, Pria yang mengemudi disampingnya mengeluh karena Nyonya Hong berhenti saat lampu kuning. Ia pun mengejek kalau ternyat pengemudi mobillnya adalah seorang wanita.
“Jika kau punya waktu luang, pulang dan tidur siang saja. Sedang apa wanita keluar menyetir mobil? Seharusnya kau menikah saja dan memasak untuk suamimu. Kenapa menyetir mobil?” ejek si pria. Nyonya Hong menurunkan kaca dan mengangkat jarinya.
“Apa... Apa maksudnya jari itu?” tanya si pria bingung. Nyonya Hong mengankat jari manis
“Aku sudah menikah.” Ucap Nyonya Hong sengaja memperlihatkan cincin di jarinya. Si pria pun akhirnya terdiam. 

Tuan Byun terlihat tegang karena akan melakukan wawancara,  Watrawan meminta Tuan Byun Jangan gugup dan hanya Lihat ke kamera dan bicara seperti biasa. Tuan Byun bertanya apakah akan mulai sekarang, wajahnya terlihat sangat tegang.
“Hal terbesar yang membingungkan penyelidikan adalah para korban tak memiliki persamaan.” Ucap Tuan Byun. 

Flash Back
Di TKP, Tuan Byun menjadi penyidik pada kasus pertama, dengan Korban pertama adalah pelacur.
“Jadi, kami kira ini kejahatan seks, tapi ternyata bukan. Lalu kami kira mungkin dia hanya sangat membenci wanita, tapi korban berikutnya ternyata pria.”
“Pengantar jjajangmyeon?” ucap wartawan. Tuan Byun membenarkan.
“Lalu dalam 15 hari, presiden asosiasi penghuni apartemen dibunuh. >Korban keempat adalah anak lelaki kelas enam SD. Korban terakhir adalah terapis kulit. Semua korban tak punya kesamaan.”
Berita pun disiarkan dalam TV Nasional, Tuan Byun pun terus menyelidikinya.
“Namun, kami selalu temukan memo yang sama dengan tulisan tangan yang sama.” 

Tuan Byun memperlihatkan foto tentang memo yang ditulis oleh pelaku  [TOLONG JANGAN USIL] Yong Sik datang memberikan kopi sengaja ingin mendengarnya.  Tuan Byun memberitahu kalau tulisan tangan di memo selalu sama dan selalu selesaikan dengan tiga titik di akhir.
“Seakan dia ingin kami tahu itu perbuatannya.” Jelas Tuan Byun. Wartawan pikir Semua orang di negeri ini tahu soal memo itu.
“Apa ada yang baru?” tanya wartawan, Tuan Byun bertanya balik seperti apa itu.
“Kudengar ada penyintas di lokasi kejadian saat terapis kulit dibunuh. Tak ada yang mengangkat isu itu. Boleh kami temui orang itu? Kami akan melindungi identitasnya dan menawarkan kompensasi besar.” Ucap Wartawan penasaran.
“Orang itu saksi, bukan penyintas. Selain itu, jangan telusuri itu.” Akui Tuan Byun tegang dan binggung.
“Tunggu sebentar. Ada saksi?” kata Yong Sik kaget, Tuan Byun menegaskan kalau tak ada. 

Didepan bar
Hwang Mi sibu mencuci, bertanya pada Tuan No Kapan memperbaiki bak cuci. Tuan No memberitahu kalau Heung-sik segera tiba dan ingin ada sesuatu di sana. Hwang Mi pun sibuk mencuci. Tuan No lalu membahas ingin tahu apakah Dong Baek dan Yong Sik sungguh berpacaran.
“Orang tak berpacaran hanya karena berpegangan.” Ucap Hwang Mi. Tuan No ingin tahu alasan mereka berpegangan tangan
“Polisi itu jelas menyukai Dongbaek” Kata Tuan No yakin. Hwag Mi memikirkan tentang berpegangan
“Ini mungkin cinta tak berbalas. Dia sungguh bukan tipenya.” Ucap Hwang Mi, Tuan No pun masih tak habis pikir Dong baek yang memegang tangannya.
“Berhenti ribut... Apa masalahnya berpegangan tangan?” keluh Hwang Mi kesal
“Jika bukan masalah, kenapa dia tak memegang tanganku? Biar kuluruskan. Dia tak keberatan tangannya dipegang olehnya, tapi dia menjauhkan tanganku?” kata Tuan No kesal
“Kau selalu mengajaknya minum dan meminta kacang gratis. Kau mengganggunya.” Ucap Hwang Mi membela Dong Baek.
“Hei, hanya aku yang membeli minuman keras di bar payahnya. Kenapa tak memberi kacang gratis? Dia yang menyebalkan. Dia tak pernah menawari pelanggan semangkuk kacang gratis.” Keluh Tuan No
“Dia menawarkannya...Dia menawarkan kacang gratis, Hanya tidak padamu.” Tegas Hwang Mi. 



Tuan No melihat tulisan di dinding, Hwang Mi memberitahu kalau Dong Baek memberi Yong-sik bahkan memberi Heung-sik dan Seung-yeop persik kaleng. Ia tahu bahkan Mereka hanya pesan soju, tapi Dong Baek  tetap memberi gratis.
“Maksudmu, apa hanya aku yang tak pernah dapat kacang gratis?” kata Tuan No tak percaya.
“Ini krim mata.” Kata Hwang Mi melihat isi dikantung jaket, Tuan No masih tak menyangka kalau Dong Baek mendiskriminasinya dengan kacang
“Apa ini untuk Dongbaek?” tanya Hwang Mi, Tuan No pikir tak ada alasan memberikan pada Dong Baek.
“Lalu kenapa kau bawa kemari? Ini Chadel. Kenapa kau punya edisi terbatas? Kenapa membawa-bawa krim mata 100 ml?” ucap Hwang Mi heran. 

“Lalu kenapa kau bawa kemari? Ini Chadel. Kenapa kau punya edisi terbatas? Kenapa membawa-bawa krim mata 100 ml?” ucap Hwang Mi heran.
“Apa? Kau mau? Ambil saja... Ini tidak mahal. Aku beli di toko bebas pajak karena ada sampel gratis. Namun, aku tak bisa memberikannya kepada istriku saat ini.” UcapTuan No, Hwang Mi pun dengan senang hati menerimanya.
 “Aku beruntung hari ini. Tak kusangka dapat krim mata dari pria sepertimu.” Ucap Hwang Mi langsung mengolehkan diwajahnya.
“Pria sepertiku?” kata Tuan No heran. Hwang Mi menegaskan kalau Tuan No itu di Levelnya beda. Tuan No bingung kenapa Beda
“Kau pemilik gedung, kau pintar, kau calon gubernur, dan rambutmu lebat. Kau salah satu pria terbaik di Ongsan.” Ucap Hwang Mi memuji, wajah Tuan No tersenyum mendengarnya.
“Itu tak masuk akal. Istriku dan Dongbaek anggap aku rendah.” Keluh Tuan No tak  percaya.
“Aku menghormatimu.” Kata Hwang Mi. Tuan No tak percaya mendengar Hwang Mi mengatakan "Hormat?"
“Entah kenapa kata itu menggerakkan hatiku.” Gumam Tuan No merasa selama ini banyak orang yang merendahkanya.
“Sebanyak ini mungkin harganya 2.000 won. Berkat kau, aku bisa menghemat uang untuk mataku.”ucap Hwang Mi mengambil sedikit krim dan mengoles di wajahnya.
“Tak pernah ada wanita yang berkata dia menghormatiku.” Kata Tuan No bangga.
Saat itu terdengar suara seseorang masuk, Hwang Mi memberitahu kalau mereka belum buka, begitu juga Tuan No yang sibuk melihat hiasan di dinding. Tiba-tiba Hwang Mi melonggo ternyata yang datang adalah Nyonya Hong. Nyonya Hong bertanya apakah Hwang Mi tinggal di sini. 


Wartawan meminta agar kameramennya agar memanggil semua kenalannya di Kepolisian Ongsan agar bisa mencari saksi. Tap temanya pikir Tuan Byun yang memberi tahu jangan mencari.
“Acara “Pertanyaan Tak Terjawab”, akan meliput soal Pengusil. Ongsan akhirnya dapat perhatian. Kita harus ambil kesempatan selagi ada.” Ucap si wanita
“Pengusil pun belum ditangkap Bukankah berbahaya mengungkap saksinya?” kata si pria khawatir.
“Tajuk utamanya adalah "Satu-satunya Penyintas" alih-alih "Satu-satunya Saksi." Namun, dia saksi... Siapa tahu Pengusil berencana membunuh orang itu? Bukankah aneh dia membiarkan satu orang lolos dari TKP hidup-hidup?” kata Si wanita. 


Tuan No hanya bisa tertunduk didepan istrinya, Nyonya Hong bertanya apa yang dilakuakan Tuan No di bar yang seharusnya bekerja. Tuan No terlihat bingung dan hanya bisa tertunduk. Nyonya Hong bertanya apakah berbuat salah.
“Kenapa kau terintimidasi?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengelak tak terintimidasi.
“Namun, kau muncul sangat tiba-tiba...” ucap Tuan No, Nyonya Hong pikir apakah ia tak boleh memeriksa gedungnya. Tuan No kaget dianggap gedung milik istrinya.
“Bukankah kita mendaftarkan gedung ini dengan nama kita? Kita sepakat begitu karena gajimu lebih kecil.” Sindir Nyonya Hong, Hwang Mi terus mendengarnya.
Itu bukan karena gajiku...” kata Tuan No panik karena tak ingin Hwang Mi mendengarnya.
“Kenapa kau tak mengusir mereka keluar? Usir mereka.” Ucap Nyonya Hong, Hwang Mi kaget mendengarnya. Tuan No pun ingin tahu alasanya.
“Ini menggangguku.” Ucap Nyonya Hong, Tuan No bingung siapa dan apa maksudnya. Nyonya Hong mengaku semuanya dan menurutnya sangat kotor dengan nada menyindir.
“Namun, tak mudah meminta mereka pergi. Mereka berbisnis di sini.” Ucap Tuan No
“Jadi, kau tak bisa? Apa Kau tak akan melakukannya?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengeluh istrinya yang mencampuri bisnisnya.
“Aku selalu bertanggung jawab menghadapi penyewa.” Kata Tuan No membela diri
“Apa Kau menolak mengusir mereka?” ucap Nyonya Hong, Tuan No pikir akan mengatasinya.
“Sebagai pembuat keputusan di keluarga...” ucap Tuan No dan langsung disela oleh istrinya seperti tak ingin mendengarkan ucapanya.
“Baiklah... Kalau begitu biarkan saja sementara.” Kata Nyonya Hong, Tuan No binggung apa maksud "Sementara?"
“Berdasarkan perilakumu, tampaknya gedung ini akan segera jadi milikku.” Kata Nyonya Hong melihat  ada cream mata diatas meja. 



Tuan Byun keluar dari kantor polisi, merasa Firasatnya mengatakan Pengusil masih ada di sini. Yong Sik tak mengubrisnya bertanya apakah Tuan Byun ingin Makan kepiting rendam. Tuan Byun pikir  Sekarang tepat lima tahun.
“Dan dunia mulai memperhatikannya, jadi, dia mungkin bersemangat lagi. Bedebah sepertinya cenderung suka mencari perhatian.” Ucap Tuan Byun.
“Aku telepon untuk pesan tempat.” Kata Yong Sik mengeluarkan ponsel ingin menelp.
“Apa ibumu tak akan memberi kita diskon? Kau putranya.” Keluh Tuan Byun
“Tak pernah. Dia bahkan memintaku bayar minum.” Kata Yong Sik Tuan Byun pikir kalau bisa memberikan diskon makan siang dan bisa menyarankan.
“Jika dipikir-pikir, harga pasaran kepiting rendam tidak turun saat jam makan siang.” Kata Yong Sik. Tuan Byun mengeluh karena Yong Sik membela ibunya.
“Karena ibuku tak memberi kita diskon untuk makan siang...” kata Yong Sik dengan wajah bahagia. 



Dong Baek membuka rice cooker dan terlihat nasi baru saja matang, Yong Sik dengan bangga kalau menurutnya makanan terbaik untuk dimakan dengan nasi adalah babi tumis, bukan kepiting rendam. Oh Joon hanya tersenyum  melihat tingkah Yong Sik
“Jika ada perang antara babi tumis dan kepiting rendam...” ucap Yong Sik terhenti binggung melihat Oh Joon hanya tersenyum.
“Dongbaek, bukankah kau harus masak nasi karena kami?” kata Tuan Byun.  Dong Baek mengaku Nasi tak butuh waktu selama itu lalu memberikan tiga mangkuk nasi diatas meja. 

“Dongbaek, kenapa tak gunakan peluang ini untuk mulai menjual makan siang? Jika berbisnis di malam hari, ini bar. Namun, jika menjual makan siang, maka ini menjadi tempat makan.” Ucap Yong Sik penuh semangat.
“Biar kuurus sendiri bisnisku.” Kata Dong Baek sinis lalu kembali ke tempatnya.
“Dasar kau nakal. Lihat dirimu... Kau suka dia, 'kan? Firasatku selalu benar. Kenapa tak gunakan firasatmu untuk investigasi saja?” keluh Tuan Byun. Yong Sik binggung untuk menjelaskan.
“Kau suka Hyang-mi, 'kan?” kata Tuan Byun, Oh Joon dan Yong Sik hanya bisa menghela nafas panjang.
“Hei, ayolah. Tatap mataku... Kau tak bisa membodohiku.” Ucap Tuan Byun, Yong Sik tak ingin memperpanjang lagi meminta Tuan Byun makan saja makanannya. 


Saat itu Tuan No masuk dengan nada menyindir karena penasaran kenapa Dong Baek buka lebih cepat hari ini dan ternyata karena ada tamu istimewa. Yong Sik kesal melihat Tuan No seperti menyindir dan ingin mengangu.
“Coba Lihat itu. Kenapa kau memaku kayu di sana? Astaga, kenapa kau lakukan ini? Di mana tepatnya?” ucap Tuan No sibuk mengambil gambar dengan ponselnya memeriksa semua ruangan.
“Kenapa kau mengambil foto?” ucap Dong Baek binggung. Tuan No menegaskan kalau Dong Baek harus perbaiki bak cuci dengan biaya sendiri.
“Kau yang merusaknya, jadi, kau harus membayarnya.” Kata Tuan No, Dong Baek hanya bisa menganguk mengerti.
“Coba Lihat ubin yang pecah itu. Penyewa harus perbaiki semuanya seperti semula.” Kata Tuan No melihat ada retakan ubin.
“Ini sudah seperti ini sebelum aku kemari.” Komentar Dong Baek,Tuan No menyuruh Hyung Sik agar memeriksa semua ubinnya.

Hyung Sik sibuk melihat saluran ditempat cuci piring,  Tuan No mengaluh kalaur semua mahal tapi Dong Baek yang merusaknya. Hyung Sik mengaku kalau dapat sesuatu di bak cuci... Hwang Mi mengoda Hyung Sik agar diam dan minum “misugaru”
“Aku tak percaya kau sungguh merusak dinding ini. Aku sangat suka dinding ini. Aku bahkan tak bisa gunakan ini sebagai gudang lagi. Kau merusak dinding dan menghancurkan ubin.” Ucap Tuan No melihat dinding banyak tulisan .
“Astaga, kau juga memaku sesuatu ke dinding. Jika teken kontrak dengan penyewa yang salah, maka kau akan merusak seluruh gedung.” Sindir Tuan No. 

“Kepala Byun, dari yang kudengar, tempat ini dahulu gudang kotor untuk ikan kering... Maksudku, kenapa Pemiliknya bahkan tak membuatkan jendela? Bahkan Itu bukan jendela, Sinar matahari tak tembus. Ini semua karena karakter pemiliknya buruk.” Balas Yong Sik membela.
“Aku sudah menjadi pemilik gedung yang baik hingga sekarang... Tunggu sebentar.. Apa Kontraknya berakhir di Desember?” ucap Tuan No 
“Beberapa orang masih belum tahu Hukum Perlindungan Sewa. Kita harus tangkap mereka semua untuk mengajari mereka bahwa menjadi bodoh itu dosa.” Ucap Yon Sik terus menyindir.
“Aku tak tahu pencuri tertarik  dengan hukum... Dongbaek, kau harus pilih pasangan yang tepat. Jika kau berkeliaran dengan penjahat, maka kau menyinggung pemilik gedung.” Kata Tuan No.
“Kepala, kau tahu dunia sangat kejam saat ini, 'kan? Salah gunakan kekuatan, semua bisa hilang.” Balas Yong Sik.
Tuan No seperti tak mengubrisnya sibuk melihat dinding yang Kacau sekali dan meminta agar mengembalikan dindingnya hari ini. Dong Baek binggung kemana harus cari orang yang tepat untuk itu. Yong Sik langsung berdiri kalau Dong Baek jangan khawatir.
“Ada pemasang kertas dinding di sini.” Kata Yong Sik. Dong Baek binggung siapa itu.
“Hwang Yong-sik... Kau tahu, aku pemasang kertas dinding dengan lisensi internasional.” Kata Yong Sik dengan bangga.
“Hei, berhenti bersikap konyol... Urus saja dahulu masalah anjing Yeong-sim.” Keluh Tuan Byun.
“Akan kulakukan. Dan Aku akan mengecat dinding di sini malam ini. Tempat ini sangat kecil. Hanya butuh dua sampai tiga jam.” Ucap Yong Sik sambil mengejek.
“Kurasa kau juga memiliki tempat yang sama kecilnya.” Sindir Tuan No pada Yong Sik.
“Hyung-sik, kau punya cat ekstra di tokomu, 'kan?  Aku berencana menghapus semua goresan di dinding malam ini. Apa Kau punya warna yang tepat?” ucap Yong Sik. Hyung Sik terlihat binggung.
“Hyung-sik, makanlah sebelum pergi... Aku memasak banyak nasi” ucap Dong Baek
“Tidak, aku makan dengan ayahku saja...” kata Hyun Sik. Tiba-tiba Tuan No berteriak dan semua terlihat kaget dan bingung.
“Kenapa kau tak menawariku makanan? Jika memasak banyak nasi, kenapa tak menawariku? Kenapa?!!! Ucap Tuan No kesal lalu keluar gedung. Dong Baek dkk terlihat bingung. 



Yong Sik sibuk mengecat dinding dengan keringat yang mengucur, Dong Baek merasa tak enak hati mengatakan akan membayarnya untuk ini. Yong Sik menolaknya karena menurutnya tidak perlu. Dong Baek pikir tetap akan akan membayarnya. Yong Sik pun tak bisa menolaknya.
“Tempat ini bau cat.. Sebaiknya kau tunggu di sana.” Ucap Yong Sik menyuruh agar pergi. 

Dong Baek mengeluh karena Yong Sik terintimidasi semua perkataannya, padahal  Yong Sik pria dewasa, tapi tingkahnya seperti Pil Goo. Hwang Mi pun menyindir Dong Baek ingin memberinya “misugaru”. Dong Baek pikir kalau Yong Sik bekerja sangat keras mengecat dinding.
“Dia mandi keringat saat ini, Pil Goo juga banyak berkeringat. Kenapa pria dewasa bertingkah seperti Pil Goo?” keluh Dong Baek.
“Kau aneh... Entah kenapa kau bertingkah kesal di depannya. Kau sungguh lemah padanya juga. Aku tak pernah melihatmu bicara seperti itu. Kau selalu diam.” komentar Hwang Mi
“Benarkah? Apa Menurutmu aku terlalu kejam padanya?” kata Dong Baek merasa bersalah.
“Kurasa kau menganggapnya mudah.” Ucap Hwang Mi, Dong Baek bingung ingin menjelaskan. 


Yong Sik sedang mengecek, sambil mengeluh kalau Hwang Mi sangat sulit. Sementara Hwang Mi pikir Bukan mudah. Hanya saja menurutnya Yong Sik sangat nyaman.
“Saat semua terasa mudah dengan seseorang, mereka nyaman, lalu sedih, kemudian semua menjadi sangat romantis.” Komentar Hwang Mi
“Tak mungkin... Apa aku terlalu keras padanya?” ucap Dong Baek, Hwang Mi menyuruh Dong Baek agar terus bersikap seperti itu pada Yong Sik.
“Apa Kau tahu tipe wanita yang paling disukai lelaki? Yang membenci mereka.” Kata Hwang Mi. Dong Baek pikir kalau Hwang Mi minum bir lagi,
“Para idiot ini tak paham betapa berharga wanita yang menyukai pria, tapi mereka berusaha untuk yang membencinya.” Kata Hwang Mi
“Hei, kau harus berhenti minum di siang hari. Paham?” keluh Dong Baek. Hwang Mi pikir kalau Dong Baek pasti terus menolaknya.

Yong Sik masih sibuk mengecat sambil mengeluh punggungnya mulai sakit karena terus berjongkok. Ia pun mengeluh ada yang menyebutkan soal kaki Yong Sik di dinding umum ini lalu mengumpat kesal.
“Tunggu, kita perlu cari tahu siapa yang menyebutkan kakinya di sini. Kita harus melacaknya. Pria ini punya ide berbahaya. Aku harus terus selidiki tulisan tangan pria yang menyebutkan kakinya...” ucap Yong Sik lalu melihat sesuatu disamping meja dan mulai mengesernya.
Ia kaget melihat tulisan di dinding [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL]
Bersambung ke episode 6

 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar